Headline

Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Dari Jongos Jadi Bos

Hilda Julaika
05/1/2019 10:00
Dari Jongos Jadi Bos
(MI/PERMANA)

SEBUAH pepatah mengatakan “Siapa yang bersungguh-sungguh, maka dia yang akan berhasil”.  Nyatalah pepatah indah ini berlaku bagi siapa saja, tak memandang asal dan identitas diri. Begitu pula dengan kisah orang-orang yang di masa lalunya harus menjalani hidup dengan terseok-seok dan dipaksa keadaan menjadi pesuruh.

Namun, dengan tekad kuat dan pemikiran yang cerdik mereka bisa paham pentingnya belajar dan memperjuangkan ­impiannya.  Berikut Kick Andy merangkumnya dalam episode Dari Jongos Jadi Bos.

Daniel Mananta, Menjadi Tukang Cuci Piring di Perth
KETIKA mendengar nama besar Daniel Mananta, figur yang hebat nan mengagumkan sangat lekat pada namanya. Bagaimana tidak presenter kawakan ini juga merupakan pemain film yang terbukti sukses merambah dunia bisnis lewat brand t-shirt yang dimilikinya. Seorang pengusaha muda sekaligus public figure membuat sosoknya dikenal menginspirasi banyak orang.

Namun, rupanya pencapaian tersebut bukan tanpa perjuangan yang pahit. Saat di Perth, ia sempat dipaksa keadaan untuk menjadi office boy (OB) dengan pekerjaan berupa mencuci piring, mengepel lantai, dan membersihkan toilet di salah satu restoran makan di Perth. Pekerjaan ini harus dilakukannya agar bisa terus berkuliah karena saat itu ekonomi keluargnya sedang diguncang krisis moneter.

Kala itu, tahun 1998, Daniel yang saat itu sedang menempuh pendidikan di Australia sedang mengalami krisis keuangan. Agar dapat tetap melanjutkan kuliah, Daniel mendapatkan pekerjaan sebagai OB tersebut. Selama 2 tahun, dia mendapatkan AUS$8 per jam hingga AUS$12 per jam. Bagi Daniel saat itu tidak ada kata malu. Ia berpikir untuk mencari cara agar tetap bisa melanjutkan kuliah sebagai hal yang utama. Kegigihannya ini tidak sia-sia, ia berhasil meraih gelar sarjana di salah satu sekolah bisnis di Australia.

“Pada saat itu saya berpikir, gimana caranya supaya bisa membantu papa dan mama agar mereka tidak perlu susah-susah untuk menyekolahkan saya di sini (Perth) sehingga saat itu saya mencari kerjaan di Nandos atau restoran bakar ayam dan saya diposisikan di back kitchen hand yang bertugas mencuci piring,” ungkapnya.

Pembawa acara ajang pencarian bakat Indonesia ini menceritakan tugas dari pekerjaannya, yakni saat restoran sudah tutup, back kitchen sudah menjadi tanggung jawabnya. Hal yang paling sulit baginya ialah saat harus membersihkan oven bekas pembakaran ayam. Di dalam oven tersebut terdapat banyak sisa-sisa kulit ayam yang menempel. Dirinya harus menyikatkan hingga bersih kembali untuk bisa digunakan dan hal ini tidak lebih mudah jika dibandingkan dengan mencuci piring.

“Yang sulit itu, menghilangkan kulit ayam di oven. Kita sampai harus menggunakan chemical dan itu sampai menyakitkan bagi mata dan lain-lain. Mata sipit saya gara-gara itu jujur aja,” kisahnya sembari melontarkan candaan.

Kesuksesannya di Indonesia ini ia rintis ketika menjadi pemenang sebagai video jockey (VJ) di ajang MTV Hunt. Titik pencapaian ini seperti mengubah hidup Daniel untuk menjemput kesempatan-kesempatan lainnya. Ceritanya unik, ia secara tidak sengaja mengasah kemampuan public speaking-nya saat SMA dan berhasil memukau juri saat audisi di ajang MTV tersebut.

“Di zaman-zaman SMA, saya suka sekali presentasi multi level marketing (MLM) dan jujur saya tidak jago jualannya, tapi saya jago presentasinya. Ternyata ujiannya 5 menit di ruang casting MTV, lalu produser bilang ‘Wow kok lu bagus banget presentasinya. Kenapa bisa sefasih ini ngomongnya?’” cerita Daniel.

Beberapa tahun kemudian dirinya baru sadar, kemampun berbicara di depan umumnya ialah buah dari presentasi yang dirinya lakukan setiap hari selama 4 tahun untuk MLM tersebut. Dari sekitar 6.000 finalis dirinya lolos ke 10 besar. Lalu keluar sebagai pemenang pada ajang tersebut. Proses tersebut memiliki dampak yang besar bagi pengasahan keahlian public speaking Daniel. Sejak saat itu, hidupnya berubah menjadi VJ Daniel dan ia berkesempatan untuk menjemput mimpi-mimpi lainnya. Hingga sekarang tumbuh menjadi sosok muda yang berpengaruh.

Nggak perlu ketakutan masa depan kita itu akan seperti apa, tapi kalau kita punya hubungan yang baik dengan Tuhan dan Tuhan ada sama kita, untuk apa kita takut? Saya jadi merasa tidak perlu khawatir akan hari esok dan yang membuat saya selalu tenang saat berbicara dan terlihat passionate sekali sehingga orang bisa terinspirasi dari yang saya bicarakan,” pesannya.

Julius Johan, Mantan OB Jadi Pemimpin Perusahaan Besar
JULIUS Johan muda memiliki kepercayaan yang besar pada pepatah Batak yang artinya “Segala sesuatu yang di­usahakan pasti didapat”. Pepatah ini menjadi salah satu pijakan yang terus diingat oleh kakek yang dilahirkan di Parsingkaman, Tapanuli Utara, Sumatra Utara. Masa mudanya sempat dihabiskan menjadi pesuruh di perantauan setelah tamat SMP.

Namun, lewat kerja keras dan ­kesungguhan menjadi kunci sukses baginya. Impian untuk pergi ke Amerika demi menimba ilmu pun berhasil ia wujudkan. Mantan juru ketik ini mendapatkan beasiswa dari pemerintah Amerika Serikat melalui Majelis Industri Indonesia untuk studi di New York, Amerika Serikat.

Johan sebetulnya lahir dari keluarga yang memimpin perkebunan karet di daerah tempat ia tinggal. Namun, kehidupan berbalik saat inflasi Jepang dan Agresi Militer II terjadi. Saat Jepang masuk ke Indonesia, karet dianggap sudah tidak memiliki harga lagi. Sejak saat itu, mereka hidup bergantung dari perkebunan yang ada dan sebagian dijadikan lahan sawah hingga memelihara hewan untuk mencukupi kebutuhan keluarga.

Dirinya bahkan pernah merasakan putus sekolah pascakedatangan Jepang. Kemudian dilanjutkan kembali bersekolah di sekolah Jepang. Namun, saat Indonesia sedang berjuang melakukan revolusi, kembali tidak ada sekolah yang membuka pengajarannya. Ia pun akhirnya tinggal bersama paman dan bibinya di Taruntung.

“Paman dan bibi saya saat itu ­tidak memiliki anak laki-laki hanya ada satu anak perempuan. Rupanya paman meminta saya untuk diangkat menjadi anaknya dan keadaan saat itu (ekonomi ­keluarganya) sedang tidak begitu bagus. Jadi, saya kira ayah dan ibu saya senang.” Saat itu usia Johan masih 9 tahun, ia berharap mendapatkan kehidupan yang lebih baik, meski kenyataan berkata lain.

Kebetulan paman dan bibi ­Johan memiliki hotel bernama Hotel ­Silindung. Hotel ini merupakan salah satu hotel terbaik di Kota Taruntung. Johan di sana justru membantu mereka dengan membersihkan kamar tamu, merapikan tempat tidur, dan membersihkan WC. Selain itu, ia pun kerap diminta untuk mengangkut barang hingga sekadar membelikan rokok.

“Waktu itu saya masih sekolah. Jadi, saya lakukan itu (bersih-bersih) sebelum berangkat sekolah sekitar pukul 6 hingga 7 pagi. Sepulang sekolah saya kerjakan kembali,” cerita Johan.

Setelah itu, fase kehidupannya berlanjut kembali. Johan memutuskan untuk merantau di usia 14 tahun ke Sibolga yang merupakan kota perdagangan saat itu. Johan berpikir dengan hijrah ke Sibolga dirinya bisa bekerja sekaligus mendapatkan pendidikan, ­meskipun realitas yang didapatkannya ialah tidak bisa ­mendapatkan pen­didikan di sana. Ia pun bekerja menjadi OB kembali agar tetap bisa melanjutkan kehidupannya.

“Di Sibolga saya menjadi OB di perusahaan ekspor-impor yang cukup besar. Saya di sana kurang lebih bekerja selama setahun,” ujarnya.

Dari Sibolga, Johan memutuskan untuk kembali hijrah ke Medan lantaran dirinya masih memiliki tekad yang kuat untuk bersekolah karena menurutnya sekolah yang terbaik berada di Medan. Di sana dirinya belajar di ­Metrodius English School dengan biaya sekolah yang dipenuhi dua orang kakaknya. Namun, sekolahnya ­belum sempat ia tamatkan karena mendapat sebuah telegram yang mengubah hidupnya. “Saya ditelepon bos saya yang di Sibolga untuk menjadi karyawannya di Jakarta,” jelasnya.

Saat itu, ia pun kembali bekerja sebagai OB di Jakarta. Namun, Johan kerap mengamati pekerjaan bosnya itu. Bos dari Johan yang bernama Bachtiar Siregar kerap mengetik untuk membuat laporan. Setelah itu, ia belajar di Amerika dan kariernya terus meningkat dengan memimpin beberapa perusahaan nasional dan multinasional. Johan memiliki prinsip bahwa hal yang membatasinya hanyalah langit saja.

“Saya terus belajar dan melakukan pekerjaan dengan sebaik mungkin,” ujarnya.

Jos Oren, Menjadi Bos Numotion dari Mengamati
LAKI-laki dengan rambut kribo bernama Bernadus Yosep Te Victoria ini ialah sosok dengan kepribadian yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Ia pun seorang pembelajar yang cerdas lewat mengamati lingkungan sekitar. Meskipun saat itu perannya ialah seorang office boy (OB), jiwa pembelajarnya sudah tertanam dengan baik dalam dirinya. Itulah mengapa jalan bagi kesuksesan selalu terbuka baginya.

Yosep sendiri kini lebih akrab disapa dengan nama Jos Oren. Nama ini timbul saat dirinya berada di lingkungan salah satu komunitas di Jawa Tengah. Di komunitas tersebut terdapat 3 orang yang memiliki nama Josep. Lantaran dirinya kerap menggunakan kaus berwarna oranye, ­akhirnya tercetuslah nama Jos Oren.

Jos Oren saat ini memiliki 4 perusahaan dan satu yayasan pendidikan. Sebelum bisa memiliki dampak yang seperti sekarang dirinya pernah menjadi OB di salah satu stasiun televisi, Antv. Selama 5 tahun ia habiskan untuk menjalani pekerjaan tersebut. Setahun di Antv dan 4 tahun di MTV.

Pria asal Lampung ini menceritakan mengenai bagaimana ia dibesarkan. Lahir dari keluarga yang tergolong tidak mampu, ia tinggal di rumah yang dindingnya masih terbuat dari anyaman bambu dan tidurnya di atas bambu yang dibelah-belah lalu disarapi oleh tikar. ­Keluarganya bahkan tidak memiliki kasur untuk tidur. Jos merupakan anak bungsu dari 6 bersaudara.

“Saya itu kalau pas SD bangun dari pagi sekitar pukul 04.00 untuk mengembala kerbau dulu. Kerbau dengan sistem bagi hasil sampai akhirnya punya kerbau sendiri,” kenangnya.

Sementara itu, saat duduk di bangku SMA dirinya kerap mencari tambahan uang dengan mengojek. Motornya sendiri dipinjam dari sepupu lalu sistemnya bagi hasil kembali. Jos mengaku sejak saat itu hingga sekarang sudah meraih kesuksesan, tidak pernah meminta uang kepada kedua orang tuanya.

Pada 1996 dengan berbekal ijazah SMA, Jos muda pergi ke Jakarta untuk merantau. Awal inilah seolah membawa Jos ke gerbang karier sebagai pemilik rumah produksi yang membesarkan namanya.

“Waktu itu, mereka bilang ‘Ini (Antv) sebenarnya tidak ada lowongan buat kamu, tapi yang cocok buat kamu itu hanya office boy’. Saya langsung bersedia waktu itu. Saya cuma berpikir gini, kalo saya ke kampung begitu pulang dan saya bilang office boy mereka pun tidak tahu,” paparnya.

Setelah itu, dirinya diajak Daniel Tumiwa ke kantornya, MTV. Perusahaan ini setiap harinya berhubungan dengan orang asing. Hal ini mendorong Jos untuk mempelajari bahasa Inggris.

Meski tidak lulus, Jos bertemu dengan istrinya saat berkuliah. Setelah menikah, rupanya cobaan kembali menghampiri. Istrinya sempat sakit berupa serangan jantung hingga harus menjalani operasi dan cek kesehatan secara berkala. Saat itu, Jos belum mampu untuk membiayai kebutuhan medis istrinya. Hingga anak pertamanya diambil oleh mertuanya, karena mertuanya tidak mempercayai Jos. Bahkan, Jos diberi saran untuk bercerai saja dengan istrinya. “Di titik ini ada rasa dendam dalam diri saya. Namun, saya jadikan rasa dendam disalurkan menjadi energi yang positif,” ungkap Jos dengan raut sedih di wajahnya. 

Ketertarikan Jos terhadap dunia multimedia dan keberanian Jos untuk mempelajari produksi televisi membuat Jos kemudian bergabung ke sebuah rumah produksi. Saat menjadi OB di Antv, Jos kerap usil dengan gemar mengotak-atik komputer dan dipelajari olehnya. Lalu di MTV tersebutlah Jos menjalani aktivitasnya.

Saat masih bekerja di MTV, belum sampai menjalaninya setahun, dirinya mendapat predikat sebagai karyawan terbaik. Karena Jos memiliki prinsip untuk mencari ilmu dan bekerja dengan sungguh-sungguh. Atasan Jos pun mengapresiasinya dalam bentuk liburan ke Bali untuk Jos dan keluarga kecilnya tersebut.

Jos sendiri dinilai sebagai sosok yang memiliki ‘sesuatu’ oleh Daniel Tumiwa, salah seorang rekan Jos yang berjasa di hidupnya. (M-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Panji Arimurti
Berita Lainnya