Headline

Karhutla berulang terjadi di area konsesi yang sama.

Fokus

Angka penduduk miskin Maret 2025 adalah yang terendah sepanjang sejarah.

Terabaikan, Suramnya Kampung Apung Kami

MI
16/9/2018 01:00
Terabaikan, Suramnya Kampung Apung Kami
Salah satu adegan dalam pertunjukan Instalasi Macet yang dimainkan Teater Kubur di Gedung Graha Bhakti Budaya, Jakarta, Jumat (14/9/2018).(DOK DKJ/EVA TOBING)

DARI instalasi pipa yang suram, mengarus aliran air macet. Di situlah hidup sebuah komunitas masyarakat kampung. Mereka berada di tengah sesaknya beban kota megah.

Alunan musik di atas panggung Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Jumat (14/9) malam itu, menandai warna pertunjukan Instalasi Macet yang dibawakan Teater Kubur, dengan nada suram kecemasan, ketidakmenentuan, dan ancaman teror.

Teater Kubur termasuk di antara kelompok teater yang dihadirkan festival kota Djakarta Teater Platform (DTP) tahun ini dengan tajuk Massa Diam.

Sutradara Teater Kubur Dindon WS begitu jeli menata instalasinya dengan menyuguhkan ingatan kolektif penonton saat menyaksikan kecipak air, paralon, juga balok-balok rapuh.

Kita tak akan jauh-jauh pada diksi apung. Suatu keadaan benda mengambang di atas permukaan air, tak tenggelam. Benda itu boleh berupa plastik, balok kayu, atau juga tubuh manusia, bahkan sekalipun gagasan mereka. Dindon begitu percaya diri dengan volume airnya yang dihamburkan ke penjuru panggung.

Kisah ini bukanlah suatu kisah transformatif manusia. Hanya suatu laku sehari-hari seorang anak pinggiran yang bermain layangan, berlarian di atas susunan balok, juga gangguan nyamuk yang terkadang menjengkelkan.

Lewat pentas bertajuk Instalasi Macetnya, Teater Kubur menyampaikan kemacetan harapan juga gagasan dari sebuah pinggiran kota. 

Inspirasi didapat dari salah satu daerah di Jakarta yang bernama Kampung Apung yang menjadi korban pembangunan dan perkembangan wilayah kota, yang tidak memperhitungkan ekosistem kota. Sehingga hampir selama 30 tahun, daerah itu harus mengalami banjir permanen.

Gagap isu
Teater Kubur merupakan salah satu kelompok teater senior di Jakarta yang mantap dengan konsep teater tubuh mereka.

Pada separuh akhir plot, Instalasi Macet membawa pada titik konflik sekaligus klimaks. Si anak yang baru saja bermain layangan itu, dikagetkan suatu suara, yang membuatnya harus terpelanting dari balok pijakan. Ia pun mengapung di antara air kumuh limbah.

Seusai kejadian itu, pipa paralon kembali macet mengaruskan airnya. Kampung Apung juga tetap mengapung.

Hingga seseorang datang, mengabadikan swafoto berlatar momen duka. Berbondong-bondonglah para pemburu foto ke kampung kumuh itu. Ramai, sampai yang tadinya kampung itu bernuansa cemas, kini penuh senyum. Namun, dari keramaian itu, toh hanya kumpulan orang yang sekadar menumpang tenar, sedangkan mereka tak paham substansi yang tengah dipergulatkan. (*/M-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Panji Arimurti
Berita Lainnya