Headline

PPATK sebut pemblokiran rekening dormant untuk lindungi nasabah.  

Fokus

Pendidikan kedokteran Indonesia harus beradaptasi dengan dinamika zaman.

Mager Versi Seniman Milenial

MI
30/7/2018 15:14
Mager Versi Seniman Milenial
Seniman Cahaya Novan membuat sebuah instalasi dari kawat berduri dan mobil die cast dalam pameran Hashtag Mager yang berlangsung hingga 1 Agustus 2018 di Kiniko Art Space, Yogyakarta(DOK. KINIKO ART SPACE)

TIGA utas kawat berduri melilit bilah-bilah papan kayu yang sengaja dibuat berjarak layaknya sebuah pagar. Papan-papan kayu itu menempel pada dinding berlukiskan pemandangan alam pegunungan.

Karya milik Arif Hanung TS, 28, yang berjudul Among the Comforts and Challenges itu menjadi salah satu karya yang dipamerkan di Kiniko Art Space, Bantul, DIY. Selain Hanung, pameran bertajuk Hashtag Mager yang berlangsung hingga 1 Agustus 2018 itu juga menghadirkan karya Cahaya Novan, 31, dan Erza Q-Pop, 29.

Dalam kamus bahasa gaul anak muda zaman now, mager berarti malas gerak. Hanung, Novan, dan Erza merupakan seniman muda generasi Y yang tumbuh di zaman milenial. Mereka berusaha memvisualisasikan mager dalam kepala mereka menjadi wujud yang bisa dilihat orang lain.

Dalam karya Among the Comforts and Challenges milik Hanung, misalnya, seniman kelahiran 1990 itu membuat instalasi seni dari pagar berduri. Pagar kawat berduri dipilih sebagai simbol mager.

Menurut Hanung, penempatan pagar memberi kesan ambigu, antara diam di dalam pagar tapi masih ada celah untuk keluar pagar. Kenyamanan yang membuat mager terkesan harus melompat pagar, padahal 'pagarnya' justru dibikin dari pikiran sendiri.

Ia coba menggambarkan pengalamannya menyelami dunia digital. Saat harus berganti dari satu aplikasi ke aplikasi selanjutnya, seperti Facebook ke Instagram, kadang sulit berpindah ke lain hati. Namun, kenyataannya setelah diunduh, justru ada kenyamanan di situ.

Dalam memvisualisasikan pengalamannya, Cahaya Novan membuat sebuah instalasi dari kawat berduri dan mobil die cast (mainan yang dibuat dari lelehan logam). Die cast yang dipakai ialah mobil impiannya dan menjadi simbol dirinya.

Bagi Novan, gadget ialah media berkomunikasi, promosi berbisnis, dan untuk hiburan. Novan mengaku sudah dalam tahap keranjingan kala memelototi sejumlah aplikasi di ponsel pintarnya apakah itu sekadar membaca dan menulis pesan, atau melihat sejumlah media sosialnya.

Ia bisa lekat dengan ponsel pintarnya itu hingga berjam-jam hingga akhirnya merasakan itu sebagai candu. "Kawat yang membentang terlilit menggambarkan bagaimana candu begitu ingin membelenggu," sebut Cahaya Novan.

Lain halnya Erza Q-Pop, yang masih konsisten menggunakan media kayu dengan gaya popnya. Kesadaran diri tentang mager muncul ketika status hubungan berubah.

Roboart educator dan ilustrator itu mencoba membuat instalasi seni dari kaktus yang merepresentasikan mager telah membuang waktu yang dimilikinya sebagai seorang seniman. Erza pun mengalami kerenggangan dengan dunia nyata, seperti halnya simbol-simbol angka ialah kode setiap perubahan terkunci ketika muncul gelombang sinyal gadget.

Selain karya personalnya, ketiga seniman muda ini membuat karya kolaboratif di ruang bawah Kiniko Art Space. Karya kolaborasi ini sifatnya working on progress. Selama pameran berlangsung, seniman mengerjakan bagian ini, dengan harapan setiap pengunjung pameran yang datang bisa berinteraksi langsung dengan seniman, sharing, bertanya, serta mengungkapkan impresi mereka dan lebih intim.(AU/M-4)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Panji Arimurti
Berita Lainnya