Headline
PPATK sebut pemblokiran rekening dormant untuk lindungi nasabah.
PPATK sebut pemblokiran rekening dormant untuk lindungi nasabah.
Pendidikan kedokteran Indonesia harus beradaptasi dengan dinamika zaman.
GAMBAR-GAMBAR berukuran kecil, sekitar 20 cm x 20 cm terpajang di salah satu ruangan. Saking kecilnya gambar itu, si pembuat gambar pun sengaja menyediakan sebuah kaca pembesar agar bisa diamati lebih jelas dan detail, si seniman menyediakan sebuah kaca pembesar.
Rentetan gambar berukuran kecil yang dipajang tersebut ialah karya ilustrator asal Jepang, Koichiro Kashima, yang ditampilkan dalam pameran seni rupa Smart Dialogue bertajuk Reka Rupa Rasa di Dialogue Artspace, Kemang Selatan, Jakarta.
Bagi Koichiro, menggambar merupakan suatu kegiatan yang membahagiakan. Kebahagiaan bisa berasal dari hal-hal yang kecil atau sederhana yang ada dalam kehidupan sehari-hari.
"Bahagia itu tidak mesti dari hal-hal besar, tetapi juga dari hal-hal kecil," kata dia ketika ditemui saat pembukaan pameran, pekan lalu.
Ilustrasi yang dipajang Koichiro itu kebanyakan bagian dari karyanya di Ms Tea & Chameleon - The Tale of the Tea the Chameleon. Ia menangkap kehidupan sehari-hari kemudian ditampilkan dalam karakter-karakter rekaannya, misalnya, bunglon yang tengah mengaduk secangkir teh ataupun bunglon yang bermimpi buruk ketika cuaca dingin.
Koichiro mewakili ilustrator yang berkarya lewat medium buku, animasi, hingga karya tiga dimensi. Pria kelahiran Osaka ini pandai sekali mengekspresikan idenya lewat teknik menyikat yang sangat presisi dan hati-hati menggunakan cat air.
Selain Koichiro, dua ilustrator luar negeri juga ikut memamerkan karyanya. Mereka ialah Ye Ji Yun dari Korea Selatan dan Nuttapong Daovichitr dari Thailand.
Berbeda dengan Koichiro, Ye Ji Yun banyak membuat ilustrasi untuk buku. Alumnus Kingston University London peraih berbagai penghargaan itu biasa memulai karyanya dengan menentukan ide, membuatnya dalam sketsa, dan menentukan warnanya.
Sementara itu, Nuttapong Daovichitr ialah seorang ilustrator dan disainer grafis yang memperoleh ilham dari benda-benda yang ditemuinya dalam kehidupan sehari-hari. Selain poster, Nuttapong juga membuat ilustrasi untuk buku dan animasi.
Dari dalam negeri, sejumlah ilustrator yang unjuk gigi dalam pameran yang dihelat hingga 19 Agustus 2018 itu antara lain, Chris Lie, Lala Bohang, Sandy Lee, Kendra Paramita, Debbie Tea, Kendra Ahimsa, Citra Marina, dan Mulie Addlecoat.
Sandy Lee, peraih penghargaan ModCon Illustration 2017 mengangkat ilustrasi sebagai alat bantu untuk mempelajari anatomi tubuh. Pria yang menjadi ilustrator sebuah majalah itu menampilkan ilustrasi aneka ikan, dari lumba-lumba hingga paus.
Ia mampu menampilkan anatomi secara proporsional dalam bentuk gambar. Dengan pendekatan realistik naturalis, Sandy membuat ilustrasi makhluk hidup sehingga tampak hidup.
Ada pula Caravan Studio yang didirikan oleh Chris Lie yang telah berdiri selama 10 tahun. Caravan Studio telah banyak berkreasi membuat komik, ilustrasi, concept art untuk video game, mainan, hingga untuk industri film. Salah satu yang baru saja dikerjakan ialah ilustrasi film Buffalo Boys dalam bentuk komik.
Kurator Festival Smart Dialogue, Herman Tanzil, mengatakan saat ini seni visual menjadi barang yang seksi dan menarik di mata masyarakat luas. "Ilustrasi ternyata tidak sekadar keren, tetapi juga punya fungsi yang sangat penting. Misalnya, ilustrasi membantu untuk mempelajari tubuh manusia, tumbuh-tumbuhan, hingga pembentukan karakter sebuah merek," kata dia.
Menghibur
Tak hanya keren dan penting, ilustrasi juga bisa menghibur. Itulah yang dilakukan karikaturis Muhammad 'Mice' Misrad selama 20 tahun terakhir. Sebagai penanda kiprahnya, ia menggelar pameran Indonesia Senyum--20 Tahun Mice Berkarya di Gedung D Galeri Nasional Indonesia, Jakarta Pusat, hingga 4 Agustus 2018 mendatang.
Ada lima kategori karya yang ditampilkan, yaitu kartun politik, kartun keseharian urban, kartun yang membahas gadget, kartun aneka profil, dan kartun dalam bentuk media digital.
Di tangan Misrad, sosok Mice ditampilkan sebagai karakter orang urban yang lugu, sok tahu, dan norak. Lewat sosok Mice, alumnus Institut Kesenian Jakarta (IKJ) itu mampu menangkap realitas dan membuat framing orang-orang urban yang tinggal di Jakarta. Kejeliannya kemudian dituangkan melalui karikatur sehingga membuat pembaca tersenyum.
"Bangsa ini betul-betul butuh senyum saat ini. Semoga pameran ini bermanfaat sekecil apa pun untuk menurunkan tensi," kata Mice saat pembukaan pameran, Jumat (20/7).
Aktivis dan pegiat humor Wimar Witoelar yang hadir saat itu mengaku karya-karya Mice menjadi refleksi diri. "Karya Mice membuat kita tersenyum. Mice, bisa menangkap kehidupan orang lain, terutama masyarakat di Jakarta," pungkas Wimar.(M-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved