Headline

Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Wayang yang Tampil Kekinian

Agus Utantoro
22/7/2018 14:30
Wayang yang Tampil Kekinian
(MI/AGUS UTANTORO)

WAYANG memang bukan barang baru bagi masyarakat Indonesia khususnya di Pulau Jawa. Kisah-kisah wayang sering diidentikkan dengan kehidupan manusia yang senyatanya.

Cerita pewayangan bahkan sering jadi acuan dalam menghadapi berbagai persoalan kehidupan. Pun dari wayang, dua perupa Agus Nuryanto dan Iskandar menciptakan wayang versi mereka sendiri yang lebih kekinian dalam pameran bertajuk Buka Tutup di Bentara Budaya Yogyakarta.

Wayang milik Agus Nuryanto tak hanya digoreskannya di kanvas, tetapi juga di atas tutup tong, tutup cat, dan benda-benda lain yang dianggap sesuai. Seperti yang terlihat dalam karya Agus berjudul Pendawa Lima yang dibuat di atas bidang bulat dengan dua lingkaran terbuka di bagian atas dan bawahnya.

Dalam Pendawa Lima, Agus melukis sebuah potret diri setiap tokohnya. Pendawa Lima yang terdiri dari Yudistira, Bima, Arjuna, Nakula, dan Sadewa, merupakan lima bersaudara, putra dari Pandu Dewanata, Raja dari negara Hastinapura.

Kisah dalam Mahabarata kerap menjadi acuan pertunjukan wayang kulit, yang memperlihatkan lika-liku kisah kehidupan manusia. Ada kisah pertemanan, persaudaraan, kebaikan, kejahatan, percintaan, kekerasan, perebutan kekuasaan, hingga tipu daya.

Dari cuilan kisah wayang pula, Agus melakukan deformasi wayang purwa dengan wayang beber yang dipadukan menjadi wayang baru dalam lukisan Wayang Jewer. "Saya sengaja menampilkan figur wayang yang 'dijewer-jewer' sehingga figur yang muncul menjadi lain," ujar Agus yang ditemui saat pembukaan pameran pada Sabtu (14/7).

Uwuh

Lain lagi dengan Iskandar, yang memilih untuk mengekspresikan karyanya dengan menggunakan media kaca. Tidak seperti lukis kaya masa lalu, Iskandar menyajikan lukisan kaca lebih menarik sehingga tidak terlihat seperti koena.

Yang unik dari Iskandar, selain menampilkan lukisan kaca, dia juga menyajikan satu karya yang ia sebut sebagai wayang uwuh. "Uwuh dalam bahasa Jawa artinya sampah atau merujuk pada benda-benda yang berserak yang tidak lagi digunakan," kata Iskandar.

Di tangan Iskandar, uwuh ini diubah menjadi karya seni yang baru dan menarik. Misalnya, botol air minum dalam kemasan yang mudah ditemukan di mana saja dan sangat sering ditemui berserakan di pinggir jalan, di tempat sampah atau tempat lain. Dengan kreasi dan imajinasi Iskandar, botol plastik itu dapat diolahnya menjadi karya seni berbentuk wayang.

Untuk tidak menghilangkan asal benda itu sebagai barang bekas itulah, pelukis kaca yang baru menggelar pameran tunggal di Galery SEA Junction, Bangkok Arts and Culture Center, 14-22 April 2017, menyebutnya sebagai wayang uwuh.

Meski menjadi warisan masa lalu, lukisan serba wayang dalam pameran bertajuk Buka Tutup itu dinilai masih relevan untuk dinikmati dalam rasa yang baru. Kedua perupa itu memang mengambil inspirasi dari catatan sejarah kebudayaan yang ditampilkan dalam format kekinian, cara baru, dan media baru. Pameran keduanya akan berlangsung hingga Minggu (22/7).



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya