Headline
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
TIGA pohon indah sengaja diletakkan di depan. Dengan tumpuan beton, bonsai itu seolah jemawa dengan keindahan bentuknya. Lekuk tubuh pohon kadang melingkar, kadang pula bertekuk tajam. Dengan posisi agak tinggi, keindahan bonsai itu bisa langsung bertatap pandang dari kejauhan. Beberapa kali posisi bonsai-bonsai itu diubah sebelum akhirnya dipastikan tepat pada sisi paling indah. Bonsai ternyata juga mempunyai wajah. Artinya, punya sisi terindah yang harus ditampakkan. Jadi, tak bisa sembarang meletakkan bonsai.
Pohon kerdil itu sengaja ditempatkan di muka dengan tujuan merangsang dan memacu hasrat para pengunjung untuk bisa membuat bonsai cantik. Komunitas Saung Bonsai memang bukan diperuntukkan para kolektor bonsai, melainkan untuk mewadahi segala apa pun tentang bonsai. Tak terbatas kolektor dengan harga melangit, para orang yang mau belajar tentang bonsai pun boleh berturut.
“Saung Bonsai didirikan atas dasar keinginan untuk berbagi ilmu tentang pemahaman kaidah-kaidah botani dan seni bonsai. Komunitas ini mengubah image agar bonsai dapat dikreasikan, dimiliki semua kalangan dan yang pasti bisa menghilangkan penat setelah aktivitas harian,” terang pendiri sekaligus ketua Saung Bonsai, Benny Krismanto, saat kopi darat kedua di Kota Bekasi, akhir Februari lalu.
Saung Bonsai berdiri pada 15 April 2015. Atas dasar semangat keharmonisan dalam kekeluargaan dan persahabatan, mereka bersepakat untuk bernaung di bawah Saung Bonsai. Karena alasan itu pula, kehangatan di antara para anggota terjalin hangat walaupun berbeda profesi. Para anggota berbagi pengetahuan akan botani dan seni bonsai untuk melestarikan seni tanaman kerdil tersebut.
“Latar belakang profesi dari tukang parkir, montir, sampai pengusaha semua berkumpul dalam canda dan kekeluargaan,” tambah Benny. Sebelum menyematkan nama Saung Bonsai, lanjutnya, komunitas itu sempat punya nama lain, yakni Kelompok Belajar Bonsai. Bahkan, mereka telah menggelar empat kali pertemuan. Namun, karena pertimbangan nama yang tidak asyik di telingga, nama itu lalu diubah menjadi Saung Bonsai. Sebagai komunitas independen, jelas Benny, kegiatan Saung Bonsai selain memfokuskan diri pada berbagi pengetahuan dan pengalaman, juga mengadakan kuis berhadiah kebutuhan bonsai setiap minggu, juga lelang untuk donasi dan bursa.
Kekeluargaan
Saat ini, ada 120 anggota Saung Bonsai. Mereka biasa berkomunikasi antaranggota dengan menggunakan grup media sosial. Beberapa bulan sekali mereka menyempatkan diri untuk saling bertatap muka untuk dapat saling memperkenalkan diri. “Tujuan gathering mempertemukan anggota agar saling kenal dan tukar informasi.
Selain itu, acara diisi dengan teori dan demo bonsai yang dipandu oleh narasumber. Pada sesi itu, para anggota bisa langsung berpraktik seni bonsai,” trainer bonsai Andoko Yudho, 48, Materi yang disampaikan, sambungnya, benar-benar dari dasar pemahaman cara membuat seni bonsai sehingga komunitas diharapkan punya arah yg benar sesuai dengan potensi masing-masing,” terang Andoko seusai menyampaikan materi bonsai dengan Pakde Gun, 48.
Suasana canda dan kekeluargaan yang terjalin antaranggota menjadi magnet kuat yang menyatukan mereka. “Saung Bonsai terasa seperti keluarga sendiri, tanpa membedakan mana senior ataupun junior. Semua bisa belajar tentang apa itu bonsai dengan rasa semangat dan bahagia,” terang Munawar, 29, yang telah bergabung dengan Saung Bonsai sedari awal terbentuk.
Selain itu, lanjutnya, kekeluargaan Saung Bonsai yang luar biasa itulah yang membuat Munawar bisa singgah di tempat anggota yang berdomisilidi luar kota. Sementara itu, Eko Kheva, 33, anggota baru di komunitas, mengaku awalnya tertarik bergabung karena komunitas tersebut tidak eksklusif.
“Banyak grup yang sudah ada, tapi bersifat terbatas atau eksklusif dengan aturan-aturan tertentu. Karena saya pemula dan ingin belajar dari nol. Kemudian teman-teman menjelaskan apa itu Saung Bonsai. Akhirnya memutuskan ikut bergabung,” terang Eko yang sering mengunggah foto-foto bonsai di media sosial miliknya. Saat ini, komunitas Saung Bonsai berharap agar dapat terus menginspirasi pecinta seni bonsai sehingga dapat maju, berkembang, dan diminati khalayak. (X-7)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved