Headline

Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.

Fokus

Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.

Ramengvrl, Rap dan Isu Identitas

Fathurrozak Jek
25/2/2018 12:00
Ramengvrl, Rap dan Isu Identitas
(DOK PRIBADI)

Ramengvrl, merupakan salah satu musikus rap yang enggan disebut rapper. Baginya, rapper ialah medium bercerita. Sempat mengalami depresi dan menjalani hipnoterapi, membuatnya menulis lirik yang bertema kesehatan mental.

Kini, saat dirinya memulai karier profesionalnya, identitas, dan moral menjadi salah satu bahasan tema. Muda mendapat kesempatan ngobrol dengan Ramengvrl, pada suatu sore setelah Jakarta seharian hujan, pada Kamis (15/02) di studio rekamannya, di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan.

Jadi, Soundcloud mengawali semua pintu ke skena hip hop kamu?
Iya, dari sebelum menggunakan nama Ramengvrl, sudah upload lagu di souncloud. Pada 2013 masih baru nyoba bikin demo, terus upload di souncloud.
Skena lokal hip hop beberapa sudah tahu Ramengvrl, waktu itu ya belum terdengar Rich Chigga. Young Lex pun ya masih bermain di skena atau jalur indie.
Ya dari Soundcloud kemudian mulai didiskover sama local hip hop player. Bahkan, gue datang ke acara hip hop pun enggak pernah sebelumnya.
Mereka tahunya ya dari souncloud, mulut ke mulut. Gue pun sama sekali enggak kenal orang-orang di skena ini, atau di industri musiknya sendiri. Karena background gue memang jauh dari seni, musik. Tapi gue suka melakukan ini, jadi awalnya memang bener-bener dari Soundcloud doang.

Bicara Rich Chigga dan Young Lex, kemunculan mereka membantu skena hip hop saat ini?
Bantu banget. Adanya mereka berdua, hip hop tuh jadi terbuka lagi, orang yang tadinya enggak dengerin hip hop, jadi dengerin. Kalau enggak ada mereka, gue belum tentu begini juga. Gue juga mikir sebelumnya, emang ada yang dengerin hip hop di sini?
Jadi dengan kemunculan mereka, ya membantu hip hop untuk didenger lagi. Meski masih prematur ya, orang jadi milih, kalau enggak Rich Chigga ya Young Lex.

Nama Ramengvrl lebih terdengar nuansa Jepang, ketimbang hip hop?
Awal banget (di souncloud) nama gue bukan itu, tapi putrisoezzz. Cuma gue males menggunakan nama itu, gue sih enggak mau pakai nama yang ada nama guenya.
Nah, di 2013 pas semester akhir, gue ke Jepang, untuk student exchange program selama 2 minggu, gue suka kulturnya, orang-orangnya baik-baik banget. Dan sebelumnya dari kecil memang sudah terkespose Jepang banget.
Gimana sih, anak kecil pada umumnya dulu, ya baca komik, manga, nonton kartun animasi. Kalau sekarang mungkin Korea ya, kalau dulu kan Jepang. Pokoknya apa pun tentang Jepang, gue suka.
Terus, selain gue enggak mau pakai nama yang gue banget, yang kedua ya enggak hip hop banget kayak lil', young, big, ya udahlah, pas banget kan, akhirnya nama Ramengvrl gue pilih.

Sebelum nyemplung di musik, memang kamu berkarier di mana?
Kerja kantoran, selama kurang lebih tiga tahunan, di perusahaan e-commerce gitu. Sebelum lulus kuliah pun udah freelance. Tapi jauh sebelum di musik, gue udah nyoba apa pun, eksplorasi di fotografi, ilustrasi, bahkan fashion design, sampai bikin usaha baju.
Tapi apa yang gue mulai ini semuanya enggak ada yang finis, enggak ada yang jalan. Terus gue kepikiran kayaknya emang enggak bisa di hal-hal seni gini, jadi mutusin kantoran dululah. Tapi kan gue tipenya yang enggak suka rutinitas, dan gue memang seperti bukan di dunia gue, cuma mau enggak mau harus bertahan dulu.
Akhirnya sampai di tahap yang udah tiga tahun, wah ini gue enggak bisa kayak gini terus, bakat gue di mana, tapi harus ngerjain excel, dilema banget waktu itu. Sampai akhirnya bertemu sama Underground Bizniz Club (UBC), dari 2014 sebenarnya mereka udah melakukan pendekatan ke gue. Dari yang tadinya gue enggak mau, sampai akhirnya mainlah ke studio mereka.
Tapi, setelah itu pun gue menghapus jejak musik gue, di Instagram, dan gue sempat tenggelam, ngilang. Gue malu kalau orang-orang di kantor yang dulu, tahu apa yang gue lakukan ini, enggak jadi apa-apa.

Apa yang akhirnya membuat yakin, kamu punya bakat di musik dan bisa jadi sesuatu?
Pada 2016, akhirnya jadi project bareng UBC. Dan mereka bilang, sayang banget, lo punya bakat tapi di situ-situ aja! Dan itu yang gue rasain, cuma selama ini belum ada dari orang lain yang ngomong seperti ini ke gue.
Udah, fix! Bakat gue ini bakal jadi sesuatu. Dari situ gue sadar. Cuma ya gue nabung dulu, kan sama aja bohong kalau ngejar passion tapi kere.
Jadi ya setelah beberapa bulan, akhirnya gue memutuskan untuk resign. Lama-kelamaan gue enggak bisa sembunyi dari orang kantor. Ya udah mereka tahu gue. Bahkan, ada yang tahu Ramengvrl duluan, dan enggak tahu kalau Ramengvrl itu ternyata gue.

Apa nih, yang menjadi pembeda Ramengvrl di antara dominasi laki-laki di industri hip hop?
Gue rasa, secara skill, performa panggung, dan profesionalitas bermusik, enggak ada bedanya, bahkan gue bisa lebih dari mereka. Cuma yg bikin beda, ya message-nya.
Ya mereka enggak jauh-jauh dari something fun. Kalau enggak, yang seriusnya ya soal isu sosial, konflik petani.
Kalau gue ya soal identity, moral, misal cewek gendut mau pakai bikini, yang dia ini dalam tanda kutip,'normal' tapi enggak bisa pakai bikini, karena society membentuk opini ini.
Atau ada cowok yang suka boneka misal, menurut gue itu enggak masalah, be yourself aja.
Gue mau jadi gerbong suara buat mereka. Di Indonesia butuh banget yang seperti ini, enggak ada yang suarain itu, enggak ada yang ngomongin. Padahal ini real terjadi di keseharian kita.
Meski apa yang gue suarakan ini punya muatan pesan, bukan berarti enggak bisa komersial. Mereka yang dengerin Raisa, ya dengerin gue juga.
Jadi meski komersial, tetap ada konten yang mendalam, harusnya sih enggak berlawanan ya. Mungkin justru yang jadi beban untuk perempuan musisi, fisik. Mau karya lo sebagus apa pun, kadang masih aja dikomentari secara fisiknya, bukan membicarakan karyanya.

Rap bagimu adalah medium?
Ya! Rap bagi gue itu sebagai medium. Di banding genre lain, rap kan lebih banyak baitnya. Dan mempersilakan lo untuk bercerita, bahkan secara mendetail. Di situ gue merasa, ini nih medium yang gue suka.
Terlebih ketika dulu gue sempat mengalami depresi. Saat masa skripsi, bukan skripsinya ya, tetapi lebih ke 'duh, ini gue mau jadi apa ya nantinya, akan seperti apa hidup gue.' Sampai sempat dibawa ke hipnoterapi.
Cuma ya ini enggak dianggap sesuatu yang penting sama orangtua, mungkin ngiranya ini biasalah terjadi sama anak muda, kalau agak sedikit stres, atau gimana.
Ya dari situ gue nulis lagu-lagu yang menyinggung isu kesehatan mental, enggak secara generalnya ya. Tetapi lebih ke curhatan apa yang terjadi sama personal gue. Dan rap yang bisa jadi medium bercerita itu.

Proyek selanjutnya?
Maret rencana akan keluarkan single ketiga, dan semoga akhir tahun bisa menyelesaikan album. Selain dua itu, ya optimistis bisa masuk ke nominasi Anugerah Musik Indonesia (AMI), dan bisa jadi rigid musician.
Semua itu ya enggak ada yang mustahil sih. Step by step aja. Semua yang tadinya terlihat jauh, menjadi terlihat sebenarnya enggak ada yang mustahil.

Apa sih yang kamu harapkan dari karya musikmu?
Gue berharap, mereka yang mendengarkan musik gue ini akan ter-empowered.

Biodata
Nama: Putri Estiani
Tempat, tanggal lahir: Jakarta, 20 April 1992
Pendidikan: S-1 Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia
Pekerjaan: Musisi
(M-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya