Headline

Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

Semangat Kebebasan Pejuang Prancis

M Taufan SP Bustan
24/9/2017 11:23
Semangat Kebebasan Pejuang Prancis
(MI/M TAUFAN SP BUSTAN)

KESAN feminin, seksi, sekaligus tangguh dan edgy berpadu dalam busana berwarna hijau rancangan Eddy Betty. Busana itu sendiri seperti gaun dan bodysuit yang menjadi satu.

Gaunnya terdiri dari elemen bustier berwarna hijau metalik lalu bagian roknya dipenuhi bulu. Sementara itu, kesan bodysuit muncul dari material berjaring yang menjadi celana dan menutupi pundak hingga lengan. Eddy pun melengkapi tampilan tangguh sang model dengan sepatu model oxford dan topi baret.

Set busana itu pun menjadi perwujudan yang pas dari inspirasi yang Eddy tuturkan dalam konferensi media sebelum peragaan. "Saya terinspirasi oleh seorang pahlawan wanita Prancis yang memperjuangkan hak-hak kebebasan saat Revolusi Prancis," tuturnya dalam acara yang berlangsung di Raffles Jakarta Hotel, Rabu (20/9).

Berangkat dari inspirasi itu pula Eddy menyematkan 'Liberte' sebagai tajuk koleksi adibusana 2018 tersebut. Prancis memang bukan kota asing bagi Eddy. Desainer yang berkarier sejak 1996 ini sempat enam tahun menimba ilmu di kota mode tersebut.

Pengalaman kehidupan pribadi itu pun yang dikatakan Eddy ikut dimasukkan sebagai inspirasi koleksi kali ini. Nostalgia sepertinya bukan menjadi milik Eddy sendiri. Sembilan tahun tidak berperagaan tunggal, koleksi kali ini pun menjadi nostalgia bagi para penggemar karyanya.

Memang, seperti juga yang terlihat pada gaun hijau tersebut, ciri khas rancangan Eddy yang lekat dengan bustier tetap muncul dominan. "Bustier ibarat sripanggung, sang primadona," tukas Eddy.

Dia menyebutan, jika dahulu bustier hanya diperkenankan berada di dalam busana, olehnya sekarang ditampilkan terbalik. Pada beberapa busana, Eddy bahkan melangkah ke batas keseksian dengan menghadirkan bustier yang hampir transparan.

Bahan tidak biasa
Soal gaya busana, Eddy tampak menjumput dari beragam masa. Maka ada gaun berpinggang sempit dengan rok menggembung yang populer di era 1950-an atau potongan ringkas ala kaum muda dekade 1960-an, hingga gaya ingar bingar semarak 1970-an. Eddy pun bermain beragam siluet, mulai pipih, lekat, hingga longgar dan bertingkat.

Salah satu contohnya ialah gaun fusia bertingkat dengan bagian atas yang seksi ala kamisol.

Ia pun menerjemahkan kebebasan dalam penggunaan beragam bahan dan detail. Bahan-bahan feminin seperti brokat dipadukan dengan bulu hingga tassle.

"Embellishment semacam bulu-bulu menjadi elemen mode yang dikemas rapi, rumit, halus, mendetail, dan membutuhkan keterampilan tangan yang mempuni," ungkap perancang yang mengerjakan koleksinya dalam tiga bulan itu.

Pada koleksi ini Eddy juga berani memanfaatkan bahan yang tidak lazim sebagai bahan baju untuk mengekspresikan kebebasannya, seperti ada penggunaan violette, yang sesungguhnya adalah cadar topi.

"Saya sangat senang begitu, melawan arus," aku Eddy.

Alih-alih memanfaatkan bahan tipis untuk membuat selembar jubah yang berkesan ringan, Eddy menggunakan bahan laku yang biasa digunakan kaum kelas menengah pada abad ke-18 sebagai bahan untuk tirai, jok, seprai, atau apron.

"Namanya, Toile De Jouy, biasanya dalam warna tunggal biru, merah dalu, atau hitam yang bermotif khas gambar-gambar berulang dengan suasana piknik di tepi danau perdesaan," pungkasnya. (M-3)

[email protected]



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya