SENIN (4/1) pertama 2016, suasana Taman Menteng, Jakarta Pusat, tidak terlalu berbeda dengan hari lainnya. Orang-orang berolahraga atau sekadar duduk melepas penat setelah seharian bekerja.
Di lapangan bola yang berdampingan dengan lapangan basket, tampak sekelompok pria memainkan si kulit bulat. Dengan lincah mereka memantulkan bola dari telapak kaki ke dengkul, bahu hingga kepala. Tidak juga bola itu jatuh ke lantai meski mereka bermain sambil duduk maupun jongkok.
Permainan bola gaya bebas atau freestyle football itu memang berbeda dari sepak bola. Para pemain tidak saling memperebutkan bola untuk mencetak gol, tetapi beradu ketangkasan memantulkan bola dengan berbagai anggota tubuh dan dalam berbagai posisi.
Sore itu salah satu yang tampak unggul adalah Ardhi Andryadi. Dengan posisi tubuh terbalik, ditopang kedua tangan, ia memainkan bola menggunakan telapak kaki bagian luar.
"Barusan itu adalah jordan style," ungkap Ardhi kepada Media Indonesia. Pria kelahiran 24 tahun silam itu telah menekuni freestyle soccer sejak tujuh tahun lalu.
Ardhi merupakan salah satu freestyler (sebutan pelaku freestyle football) berbakat Indonesia. Tahun lalu ia menjuarai Indonesia Freestyler Football Championship.
Ardhi menuturkan ketertarikannya pada freestyle soccer berawal dari menyaksikan para pemain bola memperagakan juggling (memantulkan bola di telapak kaki bagian atas) saat berlatih atau jelang dimulainya pertandingan. Ia kemudian mencari informasi lebih banyak lewat internet.
Meski tak pandai bermain sepak bola ataupun futsal, ia malah bisa jadi atlet di olahraga yang muncul era 90-an dan sudah memiliki kejuaraan dunia sejak 2011 itu. Ardhi pun mantap menjadikan freestyle soccer sebagai profesi. "Ini sebagai bagian dari hidup," tegas pria yang masuk jajaran 40 besar freestyler dunia pada 2014 itu. Dengan prestasi itu pula ia sempat mengikuti pertandingan tingkat dunia yang diadakan di Brasil.
"Mungkin banyak orang yang melihat freestyle ini sekadar bermain bola, bahkan lebih kecil daripada sepak bola. Padahal, freestyle seperti ini sangat butuh latihan dan kerja keras," tambahnya.
Paduan breakdance Namun, menjadi freestyle soccer butuh komitmen tidak sepele. Masdar Hilmi, salah satu pengurus Indonesia Freestyle Football Ferderation (IF3), mengungkapkan butuh waktu latihan minimal enam bulan agar mahir.
"Sekurang-kurangnya itu sekitar enam bulan latihan. Kalau bisa dalam periode itu latihannya setiap hari atau minimal dua hari sekali selama 2-3 jam," jelasnya.
Ia menjelaskan setidaknya ada tiga teknik dasar yang wajib dikuasai freestyler, di antaranya juggling, upper (memantulkan bola di bagian pundak dan kepala), dan sit down (juggling dalam posisi duduk)," papar Masdar.
Setelah menguasai ketiga teknik dasar itu, freestyler bisa mengembangkan teknik lain yang sudah bisa disebut sebagai gaya dalam permainan. Pada umumnya, dua gaya yang biasanya menjadi andalan para freestyler adalah lower move dan break-boying (breakdance/B-boy) move.
Lower move dikenal dengan juggling tetapi dengan memutarkan kaki melewati bola dan bisa dipadukan dengan lompatan vertikal, sedangkan BBOY move ialah perpaduan gerakan breakdance dengan juggling.
Pelatihan teknik dan gaya tersebut nantinya tentu akan berguna bagi seorang freestyler untuk mengikuti sebuah kompetisi. Pasalnya, dalam kompetisi tersebut, penilaian teknik dan gaya menjadi yang utama dalam menentukan seorang pemenang.
Masdar menjelaskan ada enam poin utama dalam kompetisi freestyle football, di antaranya kesulitan teknik dan kombinasi, orisinalitas dan kreativitas gaya, penguasaan teknik dasar, pengambilan trik (tingkat kebersihan trik), kesalahan, serta variasi dan tidak mengurangi trik yang sama dalam tiga ronde kompetisi.
Meski belum sebesar di Brasil, Jepang, Belanda, maupun negara-negara Eropa Timur, freestyle football di Indonesia juga cukup berkembang. IF3 sendiri hingga kini memiliki 100 anggota aktif.
Acara tahunan yang diadakan IF3 juga mendapat respons positif dari freestyler top kelas dunia, seperti Curtis Maher, Nam The Man, dan Yosuke. Mereka didapuk menjadi juri di beberapa kompetisi. (M-3)