Headline

Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.

Fokus

Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.

Pelesir ke Pasar Sehat Yuk!

MI/Iis Zatnika
10/1/2016 00:00
Pelesir ke Pasar Sehat Yuk!
(MI/IIS ZATNIKA)
HARI masih pagi, jam di pergelangan tangan masih belum beranjak dari angka delapan. Namun, kesibukan di Pasar Sindu, Denpasar, Bali, sudah menggeliat. Dari luar, pasar dengan lapangan parkir yang terletak di muka, hampir menyamai ukuran lapangan sepak bola itu tak tampak riuh. Tak ada tumpukan sampah yang biasanya menimbulkan bau sebagai penanda eksistensi pasar, yang lazimnya terendus dari jarak belasan meter.

Keruwetan lalu lintas pun tidak ada di depannya. Saya mengenali identitasnya sebagai pasar dari tulisan besar bertuliskan Pasar Tradisional Sanur, Pasar Ramah dan Segar. Saya kian takjub ketika mata saya menyapu panorama seisi pasar. Tinggi atap pasar lebih dari 5 meter. Itu memberikan ruang cukup lebar untuk sirkulasi udara. Los-los atau arena berdagang terbagi cermat dengan nama tiap-tiap pedagang, lengkap dengan tempat canang, yaitu perlengkapan sembahyang yang cantik dengan warna-warni kelopak bunga.

Pihak hotel tempat saya menginap ialah menceritakan pihaknya menyediakan layanan tur ke pasar di pagi hari dan malam saat Sindu menjadi pasar senggol, kemudian tervalidasi. Beberapa pelancong, dengan ransel mereka, menyusuri lorong-lorong pasar tanpa dinding tinggi itu. Pasar berkonsep terbuka ini sukses menghadirkan wajah Bali yang berbeda.

Wajah lain Bali
Bali tak cuma punya wajah pantai yang riuh, hotel, resor aneka kelas, serta panorama alam yang indah nan rapuh karena dimodifi kasi. Di sini, saya bisa terlibat dalam interaksi masyarakat, melihat aneka kekayaan alam lokal, serta aplikasi kultur dalam keseharian. Di sana saya menjumpai Ketut, pedagang canang yang telaten menata daun kelapa yang telah dibuat menjadi wajah bujur sangkar. Isinya ia tempatkan hatihati agar tak ada yang terlewat, yaitu bunga berwarna ungu, merah, putih, dan kuning. Hasilnya, paduan warna yang indah itu dapat dijadikan foto penanda kunjungan kita di Tanah Dewata. Istimewanya lagi, para pedagang itu, termasuk Ketut, terbiasa dengan kunjungan pelancong. Mereka bisa diajak berbincang hangat.

"Sekarang daun kelapanya ambil dari Jawa karena pohon-pohon di Bali sudah gundul. Tapi kalau bunganya masih dari Bali," kata Ketut. Kisah tentang canang pun diceritakan Ketut sambil menunjuk satu per satu komponen pembuatnya. Ada beberapa jenis kue tradisional, permen, dan beras yang komposisi dan urutannya harus benar-benar sesuai dengan aturan adat. Jika ingin mengeksplorasi kekayaan laut bali, tengok saja jajaran pedagang ikan segar yang menata dagangannya dengan rapi. Berbagai jenis ikan dengan rupa dan warna yang tak lazim dijumpai di tanah Bali bisa dilihat di sini. Istimewanya lagi, di sini, acara window shopping bisa dilakukan dengan nyaman karena sistem pengaturan air kotor dan bersih telah didesain.


Saya menyaksikan Suarda, pedagang ikan laut yang membuang air kotor dalam saluran yang bagian atasnya ditutup besi berjeruji. Ember itu kemudian ia isi dengan air bersih dari keran yang terletak tepat di samping saluran pembuangan itu. Hasilnya, tak ada genangan pun aroma yang tercium. "Hotel-hotel di Denpasar, terutama Sanur, memiliki program jalan-jalan ke pasar sebagai agenda pertama di pagi hari. Mereka mengajak turis ke sini, lihat- lihat, belanja, jajan makanan, sebelum mereka melanjutkan ke itinenary berikutnya," kata I Made Sudana, Kepala Pasar Sindu.

Pengolahan limbah
Dinaungi Yayasan Pembangunan Sanur, kata Sudana, Sindu memang sejak awal didesain agar istimewa. Pengaturan menjadi kunci utama. Namun, ketika Pasar Sehat Berdaya yang digagas Yayasan Unilever Indonesia dalam program Unilever Sustainable Living Plan masuk pada 2013, cita-cita agar pasar yang sehat, bahkan menjadi destinasi wisata mulai terealisasi. Kini, selain punya sistem aliran bersih dan kotor, pasar itu punya alat pengolahan air limbah yang terletak di belakang pasar. "Jadi semua air lembah bisa diolah dan dimanfaatkan kembali. Filternya dua kali. Lihat begini hasilnya, bening dan bersih," kata Sudana sembari juga memamerkan delapan wastafel yang semuanya dilengkapi sabun cuci tangan.

Program Pasar Sehat Berdaya, kata Sinta Kaniawati, General manager Yayasan Unilever Indonesia yang pada 2015 tahun ini telah berkiprah 15 tahun, berfokus pada pembinaan perilaku pedagang, pengelola dan pengunjung. Jumlah pedagang yang dibina pada 2015 telah mencapai 13.684 orang. Salah satu bentuk edukasi itu pecegahan penggunaan zat berbahaya seperti boraks dan formalin.

"Pernah ada tes pada ikan asin dan ternyata ada formalinnya, disita dan buat perjanjian," kisah Ida, pedagang lawar dan urab. Sempatkan juga ke Sindu di malam hari. Lapangan parkir disulap jadi pasar senggol yang seru. Pelancong bule pun ikut antre membeli es campur dan gerobak ayam goreng dengan sambal matah nan sedap. Meriah, murah, dan seru. Ngobrol dengan pedagang Keseruan mengeskplorasi pasar tradisional juga saya lakukan di Pasar Palmerah, Jakarta yang juga menjadi bagian dari 35 pasar yang dibina dan tersebar di Jabodetabek, Sumatera Utara, Yogyakarta, Jawa Timur, dan Sulawesi Tenggara. Di area tempat makan, ada warung bebek Baleo dan Soto Bang Ateng yang menyajikan soto mi hingga bersantan. Soto dan nasi tak lebih dari Rp20 ribu, ayam kremes, hanya Rp 12 ribu per porsi dengan sambal yang nampol habis.

"Jadi, mari ke pasar, kenali asal mula makanan yang kita santap di meja makan. Pasar ialah tempat yang paling tepat bagi kita mengenali kultur, kekayaan alam, dan tradisi kuliner lokal. Kami masuk ke pasar setiap dua bulan, mengamati sayuran, ikan, jajan di sana dan tentunya ngobrol dengan pedagang. Makin banyak pihak yang terlibat di pasar, tentu makin baik karena tempat itu bukan cuma penting buat ekonomi, tapi juga sosio kultural," kata Santhi Serad, pendiri komunitas Aku Cinta Masakan Indonesia (ACMI) yang punya tagar blusukanpasar ACMI di Twitter. Pa sarnya sehat, pedagangnya berdaya, dan pengunjungnya bahagia! (M-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya