Headline
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
SENIOR Vice President Gojek Crystal Widjaja, 28, memiliki pandangan-pandangan industri harus bertanggung jawab atas data pengguna yang mereka miliki. Meski demikian, di sisi lain, kemampuan big data saat ini cukup efektif dalam menganalisis dan membangun strategi bisnis, serta memahami kebutuhan masyarakat. Potensi ini yang masih harus dikembangkan di Indonesia.
Pada big data, dalam pandangan Anda, posisi Indonesia sekarang ada di mana? Masih collecting data atau sudah berlanjut ke mana?
Yang saya lihat dari mayoritas startup, dalam hal ini di Gojek, saya melihat setiap orang telah mengenal pengumpulan data. Pengumpulan data tidak lagi menjadi suatu isu. Hampir semua orang cukup aware mengenai data apa yang harus dikumpulkan, infrastruktur apa yang mereka gunakan, dan layanan apa yang mereka gunakan.
Setiap awal banyak perusahaan berpikir, seperti agen rekomendasi atau menyediakan pencarian yang lebih baik. Saya melihat seperti di berbagai startup, data digunakan cukup efektif.
Jadi, tahapan pemanfaatan data di Indonesia masih tahap awal atau lanjut?
Saya bisa bilang sampai hari ini saya belum melihat adanya regulator lunak untuk machine learning atau penggunaan deep neural networks atau algoritma berbasis jaringan saraf yang digunakan untuk pengambilan keputusan.
Saya pikir natural language processing (NLP) atau pemrosesan bahasa alami, yaitu ilmu komputer dan linguistik yang mengkaji interaksi antara komputer dan bahasa (alami) manusia masih sangat sulit untuk diterapkan dalam bahasa Indonesia. Hal ini mengingat bahasa Indonesia unik dan memiliki banyak fleksibilitas.
Saya pikir prosesnya akan sangat menantang untuk kita menggunakan NLP secara aktif di Indonesia, tapi saya pikir Indonesia kini telah lebih siap.
Bagaimana mengetes sebuah kevalidan data di Indonesia? Mengingat dari sistem mendasar seperti kependudukan saja masih simpang siur.
Saya pikir ini tidak berbeda dengan alat statika dasar seperti tes-tes yang dilakukan untuk validitas data atau kualitas data. Sebagai contoh, banyak bisa diambil dari buku, salah satunya favorit saya How Not to Be Wrong-Jordan Ellenberg. Buku ini membicarakan kebenaran atau kekeliruan yang sering terjadi.
Contohnya, berpikir kita memiliki sampel data yang utuh atau berpikir metode pengumpulan data kita merepresentasikan seluruh data yang ada. Saya pikir ini edukasi dan cara berpikir kritis yang harus kita lewati untuk memastikan data yang kita kumpulkan, proses, dan leverage untuk beberapa hal merupakan pertama, merepresentasikan keseluruhan sampel, dan kedua, mereka tidak menciptakan bias.
Contoh bias, misalnya, pada topik wanita yang berkecimpung dalam STEM, dikatakan peran perempuan di sektor STEM masih di bawah 10%.
Ini bisa berarti apakah kita belum memiliki sosok-sosok wanita yang menjadi bagian tim data ilmu untuk membangun atau memilih fitur, yang membantu kita paham siapa yang lebih baik untuk pelayanan rekomendasi tertentu atau sebagai kategori spesifik. Wanita dalam bias yang masih harus diperbaiki di industri ini.
Menurut Anda, untuk Indonesia jenis-jenis big data apa yang harusnya dikembangkan di Indonesia, misalnya, oleh pemerintah sendiri sebagai upaya untuk membantu merancang kebijakan?
Data biasa digunakan banyak industri. Siapa saja bisa memprosesnya lebih baik dan memiliki wawasan lebih baik ketika mereka mengungkit data. Saya pikir dalam beberapa kasus, kami berharap perbedaan-perbedaan isu akan memanfaatkan sumber data-data yang benar.
Akan tetapi, itu bukan berarti salah satu pihak butuh ide yang lebih baik. Saya pikir setiap orang memiliki ide yang lebih baik.
Untuk pemerintah, mereka punya akses untuk memperbesar populasi. Jadi, seperti polling, pengguna melaksanakan sensus pemerintah. Saya pikir cara-cara itu efektif untuk mengumpulkan data.
Ruang lingkup big data sendiri tujuan akhirnya apa sebatas pada angka nominal? Atau ada goal yang lebih dari sebuah transaksi?
Tidak. Saya sebenarnya juga baru saja membahas bagaimana data digunakan untuk membicarakan branding, data juga menunjukkan seberapa efektif suara seseorang meskipun tidak tampil di media. Data tentunya bisa digunakan lebih dari sekadar menunjukkan angka transaksi.
Data seharusnya digunakan untuk menginformasikan pengambilan keputusan, juga menyokong story telling kepada masyarakat bagaimana sebuah realitas, seperti berapa banyak mitra kami yang finansial hidupnya menjadi lebih baik atau memberi dampak pada kesejahteraannya. Kami berbagi cerita itu dan membuat orang-orang menjadi penasaran dan mengubah cara berpikir serta mengoreksi asumsi mereka tentang realitas.
Data harus menjadi lebih besar dari sekadar untuk bisnis. Dari kegiatan ini bisa digunakan untuk menginspirasi orang-orang untuk mencari solusi permasalahan yang lebih baik, menentukan prioritas mereka, dan memberi dampak.
Bisa dijelaskan seperti apa dan sejauh mana perbedaan antara ekosistem startup di Amerika dan di Indonesia?
Terus terang, saya magang di perusahaan startup e-commerce di AS saat masih dulu sekali, sudah lama berlalu. Jadi, saya tidak tahu apakah bisa berbicara sama dengan keadaan sekarang.
Akan tetapi, hal hebat mengenai perusahaan startup mereka ialah berinovasi lebih cepat. Kami bergerak cepat dan penuh energi ketika kami benar-benar memperhatikan dampak sosial dan hasil bisnis yang langsung terlihat.
Kami mendorong orang-orangnya untuk selalu kritis mencari solusi dan tidak merasa selalu benar. Itu yang selalu saya sukai berada di ekosistem startup. Khususnya di Indonesia, kita memiliki banyak pengusaha muda yang sangat antusias mengembangkan, memberikan dampak baru, menciptakan solusi-solusi baru. Saya pikir setiap orang berposisi unik untuk nyata berkontribusi kepada masyarakat.
Bisa diceritakan proses analisis big data seperti apa yang dilakukan Gojek, baik kepada pengguna, mitra pengemudi, maupun mitra merchant?
Pertama, yang kami coba lakukan menggunakan data kami, yaitu untuk membantu mitra pengemudi dan mitra merchant untuk menjadi lebih produktif. Sebagai contoh, ketika kami melihat selama Ramadan itu pemesanan makanan akan lebih berada di jam-jam menjelang buka ataupun sahur saja.
Maka itu, kami mencari jalan keluar bagaimana caranya pengemudi kami tetap punya kesempatan meraih pendapatan. Kami mengarahkan mereka untuk pengantaran logistik melalui Go Send sehingga mereka tetap mendapatkan uang seperti hari biasanya selama musim liburan.
Kami gunakan data juga untuk memberikan order kepada pengemudi yang tepat. Pengemudi yang jarang mengambil order pesanan makanan, akan kami arahkan pesanannya ke dia. Menggunakan analitis perilaku, kami membuat mereka produktif.
Meski nantinya data akan menjadi global, bagaimana Gojek dalam hal ini menjaga privasi dari pengguna? Jaminan privasi seperti apa yang bisa diberikan Gojek kepada penggunanya?
Kami sangat serius menangani masalah privasi dan keamanan data. Kami sangat memperhatikan kesalahan pada data ganda sampai kami mempekerjakan kepala petugas keamanan data yang bertanggung jawab akan data samar dan mengevaluasi risiko yang kita miliki apakah yang tidak dipenuhi tim dan mencoba membangun berbagai pencegahan. Kami memastikan dengan serius hak privasi pengguna. Kami menggunakan level berbeda-beda untuk mengakses data. Hanya mereka yang memiliki akses yang berhak.
Di luar itu, edukasi juga menjadi penting. Kami meliterasikan makna dari penggunaan dompet digital, makna aman secara finansial, dan kami menyiarkan informasi mengenai penggunaan pin, OTP, serta dobel otentifikasi sehingga orang bisa memakai dan percaya layanan kami.
Berbicara big data, untuk startup seperti Gojek beserta semua instrumen di dalamnya termasuk Gopay, itukan sistem pembayaran. Namun, apakah basis fondasi atau payment identity-nya dibangun sendiri? Atau melalui pihak ketiga?
Kami belum tentu menggunakan pihak ketiga karena saya menekankan yang kami lakukan dengan data ialah untuk menyediakan inklusi keuangan yang lebih baik. Gojek menggunakan model credit scoring sehingga pengemudi memiliki akses program cicilan, biar mereka bisa memiliki ponsel pertamanya sendiri atau mobil pertamanya. Ketika begitu banyaknya data yang bisa kami akses, maka kami harus menggunakannya dengan tanggung jawab dan serius untuk menyediakan kebutuhan produk konsumen serta menghargai privasi dari pengguna. Dalam hal ini sistem pembayaran, Gopay, merupakan bagian dari keluarga Gojek.
Bagaimana pandangan Anda mengenai pihak-pihak yang memperjualbelikan data? Juga mengenai pusat-pusat perbelanjaan yang menyediakan wi-fi, tapi begitu ter-connect, behaviour belanja tamu langsung ter-capture dengan berbagai iklan yang masuk ke kotak pesan ponsel pengunjung?
Sebenarnya masyarakat memang berpindah pada dunia yang lebih konduktif. Itu juga artinya tentu mensyaratkan orang harus lebih teredukasi akan akses apa saja yang mereka pakai, yang mereka berani serahkan terkait dengan data sebagai pertukaran dari fasilitas yang mereka pakai seperti akses wi-fi. Ini berlaku juga bagi penyedia layanan, mereka harus lebih transparan tentang data apa yang dikoleksi dari pengguna layanannya.
Sebagai konsumen, saya berpikir adanya layanan wi-fi sangat berarti sehingga sebagai konsumen saya juga harus bijak dalam mengambil keputusan sendiri akan menggunakan layanan itu atau tidak. Kedua belah pihak harus saling menghargai dan memberi transparansi mengenai apa yang digunakan dan data apa yang dikoleksi.
Gojek sebagai ride hailing, masukan seperti apa terkait dengan big data untuk segi transportasi? Apakah data soal arus traffic atau apa saja?
Kami bekerja dekat dengan Kementerian Perhubungan dan selalu terbuka bekerja sama dengan pihak lain. Ketika berkaitan dengan data transportasi kami dan dampaknya seperti bila ada kejadian ditutupnya kawasan SCBD untuk kendaraan bermotor, kami akan menunjukkan berapa banyak pengemudi yang mengantar-jemput penumpang dan berapa banyak orang yang bekerja di kawasan itu yang menggunakan layanan kami, berapa banyak uang yang berputar dan bagaimana dampaknya bila nanti ojek online tidak bisa lagi beroperasi di area tersebut.
Kami lakukan dengan data untuk memberi pencerahan dan informasi mengenai dampak yang timbul dari keputusan kebijakan tertentu dari pemerintah dan pihak-pihak lain sehingga mereka bisa memberi keputusan yang lebih baik.
Sebagai orang yang ahli dalam big data, apakah Anda memiliki saran tertentu kepada pemerintah agar pengelolaan big data di Indonesia lebih baik?
Kami selalu terbuka untuk berbagai percakapan dan komunikasi. Kami akan selalu terbuka dalam bagian pertimbangan apa yang ingin diterapkan pemerintah. Dalam hal regulasi kami akan mendukung penuh mereka dan bekerja sama bagaimana kebijakan akan berefek pada bisnis kami.
Bagaimana Anda melihat kesiapan peraturan dari pemerintah, regulasi-regulasi yang dibutuhkan, baik untuk mengakomodasi kebutuhan industri maupun keamanan pengguna Gojek?
Saya tidak yakin memiliki kapasitas untuk menjawab ini, tapi yang saya pahami semua pembuat kebijakan harus berkontribusi untuk inovasi yang membuat kehidupan lebih baik ke depannya, menyediakan layanan yang lebih baik, dan mengedepankan keamanan. Kami akan senantiasa berkolaborasi dengan pemerintah, masyarakat, dan komunitas. (M-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved