Headline

Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

Tentang Nilai Kebenaran dalam Teater

(Jek/M-1)
16/12/2018 06:00
Tentang Nilai Kebenaran dalam Teater
( MI/RAMDANI)

TERJUN ke teater sejak SMA, Putu Wijaya lekat dengan panggung kesenian itu hingga kini. Teater Mandiri yang ia dirikan bersama rekan-rekannya pada 1974 pun terus aktif mentas.

Konsistensi itu pun memberi potret kemapanan seorang seniman. Bukan hanya dari segi produktivitas, melainkan juga penghidupan.

Nyatanya, Putu mengungkapkan, jika teater dan sastra tetap belum bisa jadi sandaran hidupnya.

"Saya tidak memaksa kesenian untuk membiayai hidup saya. Saya juga terjun ke film dan sinetron karena bisa menghidupi. Teater dan sastra, sampai sekarang belum. Untuk sandaran hidup memang tidak bisa, di situlah saya berbakti. Investasi saya untuk masa depan," tutur penerima dua tanda kehormatan dari Presiden RI itu, masing-masing pada 2004 dan 2010.

Tidak ada gerutu pada diri Putu soal minimnya penghasilan itu. Malah dengan kesadaran penuh soal pendapatan tersebut, ia mengaku tenang dalam berkarya. "Justru saya menjadi tenang dalam bekerja, tidak mengharapkan buku dicetak, atau gelisah ketika buku tidak laku," tambah pria yang pernah bergabung dengan Bengkel Teater pimpinan mendiang WS Rendra, pada era 1960-an.

Sementara itu, yang ia maksud dengan investasi ialah dalam kultural, yang nilai baliknya baru dalam dekade mendatang, bahkan mungkin di luar masa hidupnya.

Di sisi lain, pria lulusan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, mengaku sempat juga merasa gamang di awal-awal serius menekuni teater. Ia sedikit merasa berdosa dengan orangtua yang sudah membiayainya kuliah.

Namun, nasihat seorang sutradara meneguhkan niat Putu. Kala itu, sang sutradara berkata jika Putu tetap dapat mengaplikasikan ilmu perkuliahan di dunia teater.

"Ilmu tentang hukum saya aplikasikan dalam kehidupan bersastra dan teater, sering menyangkut hal tersebut. Saya mengajar kebenaran juga dalam teater," terangnya.

Pada perjalanan selanjutnya, Putu memasukkan berbagai pengalaman dan pelajaran hidup ke dalam kiprahnya di teater, termasuk pengalaman menjadi wartawan. Ia merasa dunia kewartawanan dan teater sama-sama nikmat karena adanya keterikatan dengan masyarakat.

"Bagaimana mengungkapkan pendapat, tetapi pembaca tidak merasa digurui. Hal seperti itu saya dapatkan ketika jadi wartawan, dan saya praktikkan sebagai seniman, baik mengarang maupun berteater. Ada keterkaitan dengan masyarakat. Seorang pengarang, mengarahkan mereka (masyarakat), suatu pemikiran kesenian itu ialah pekerjaan," pungkasnya.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Triwinarno
Berita Lainnya