Headline
Tidak ada solusi militer yang bisa atasi konflik Israel-Iran.
Para pelaku usaha logistik baik domestik maupun internasional khawatir peningkatan konflik Timur Tengah.
MARILAH sejenak berhenti dan membaca ulang literatur sejarah kultur Nusantara. Menggali hakikat nilai-nilai spiritualitas dan moralitas peradaban nenek moyang Nusantara. Begitulah ajakan salah satu Guru Besar dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Profesor Djoko Suryo.
“Saya pun sampai sekarang masih terus membaca,” kata Djoko Suryo saat ditemui di rumahnya, Senin (26/11).
Tidak hanya menemukan nilai kultur nusantara yang toleran dan beragam, tetapi juga membaca literatur sejarah bisa memberikan gambaran betapa pandai dan cerdasnya nenek moyang Nusantara. Bagi Djoko, nenek moyang Nusantara ialah para pemikir ulung yang melahirkan pemikiran-pemikiran budaya dan keagamaan.
Dalam berbagai literatur sejarah, mereka menuturkan falsafah kehidupan, nilai-nilai ajaran agama, dan budaya. Seperti falsafah kehidupan dari pohon padi, ‘semakin berilmu semakin menunduk, dan proses tumbuhnya padi yang tidak berisik sampai tidak ada yang mengetahuinya’.
“Itu yang saya coba pahami dan praktikkan. Menjadi orang sabar, hidup dalam kesederhanaan, mampu beradaptasi, dan toleran dengan menjujung nilai-nilai kultur Nusantara,” ujar sejarawan yang genap berusia 80 tahun pada akhir tahun nanti.
Menyadari usia yang sudah tidak muda lagi dan posisinya sebagai seorang guru besar sejarah, Djoko Suryo mengaku selalu berusaha mengikuti anjuran hidup sehat, baik jasmani maupun rohani. Hidup Sehat bagi Djoko ialah menajaga pola makan dan olahraga setiap hari. Di sela waktunya, ia membaca dan menulis.
Membaca, bagi Djoko, suatu keharusan untuk mengolah pikiran dan mengasah ingatan agar tidak lupa, khususnya nilai-nilai sejarah Nusantara. “Tidak begitu saja berhenti, tetap berpikir, merenung, dan berbuat sesuatu yang berguna untuk Indonesia,” ujarnya.
Kagumi Kartodirdjo
Cita-cita Djoko Suryo mungkin terdengar klasik, tapi itulah kenyataannya. Dia ingin mengubah kehidupan menjadi lebih baik dengan ilmu yang dia miliki. Sebuah cita-cita di zaman ini yang jarang terdengar.
“Sambil mengajar SD, saya kuliah dan terus belajar untuk mewujudkan cita-cita,” katanya sambil menerawang ke langit-langit rumahnya.
Peraih gelar kehormatan Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) dari Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, mengaku beruntung memiliki guru yang membimbing dan menuntunnya belajar. Dari semua gurunya, satu yang sangat menginspirasinya.
“Profesor Dr Sartono Kartodirdjo,” kata Djoko Suryo menyebut nama guru yang sangat menginspirasi.
Kartodirjo tidak hanya mengajarkan ilmu sejarah. Dia mengajarkan keteladanan hidup yang sangat sederhana, sabar, dan benar-benar ilmuwan yang tidak memiliki ambisi kedudukan.
“Sikap hidupnya patut saya jadikan teladan,” katanya.
Djoko melihat Kartodirdjo sebagai sosok yang sederhana, tetapi penuh dengan nilai-nilai moralitas, spiritluaitas, dan kearifan kejiwaan yang luar biasa untuk menjadi pegangan hidup.
“Cocok dengan kehidupan masyarakat Nusantara yang religius, berbudaya, beradab, dan bermartabat. Saya ingin mencapai di situ,” katanya.
Dari keinginannya itu, Djoko sampai sekarang masih terus membaca dan merenung tentang tingginya nilai-nilai sejarah Nusantara. Suatu hari nanti, Djoko Suryo ingin menuliskan hasil renungannya dalam sebuah buku agar bisa dibaca murid-muridnya.
“Apa yang kami miliki, kami rekam dalam tulisan untuk bisa dibaca murid-murid,” ujarnya.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved