Headline
Tidak ada solusi militer yang bisa atasi konflik Israel-Iran.
Para pelaku usaha logistik baik domestik maupun internasional khawatir peningkatan konflik Timur Tengah.
CALON wakil presiden nomor urut 01, KH Ma'aruf Amin, mengapresiasi kinerja Presiden Joko Widodo selama empat tahun memimpin negeri ini.
Ketika diwawancarai Pemimpin Redaksi Metro TV, Don Bosco Selamun, yang ditayangkan tadi malam, mantan Rais Aam PBNU itu mengakui semua pencapaian positif di era kepemimpinan Jokowi menjadi titik pijak bagi bangsa Indonesia untuk melompat lebih tinggi lagi.
Berikut petikannya.
Banyak yang berpendapat Pak Jokowi harus mengambil tokoh berbasis Islam sebagai cawapres. Figur itu ada pada Anda.
Saya pikir pilihannya tokoh Islam itu tepat sekali karena beliau mewakili nasionalisme. Pilar bangsa ini kan nasionalis dan agama dan yang terbesar itu Islam. Komposisi yang menjadi ideal.
Artinya, Anda dipilih tentu memengaruhi elektabilitas?
Saya berharap demikian. Kita memberikan semacam keyakinan bahwa Jokowi realistis. Bisa saja beliau mengambil politisi, profesional, atau militer, tetapi ternyata memilih ulama yang merepresentasikan NU dan Islam. Ini luar biasa. Semua pihak akan mendukung pasangan yang ideal itu. Orang menyebutnya pasangan umaro dan ulama.
Kita melihat fakta munculnya gerakan Islam yang anti-Jokowi. Ketika Anda datang, sepertinya Jokowi menjadi halal dan langsung bersama Anda.
Kalau menurut saya, Jokowi sudah halal. Bahkan ketika saya berkunjung ke pesantren di Sukorejo, Jokowi dianggap santri. Bukan karena dia pernah santri, tetapi mereka menganggap ada hubungan keilmuan karena itu dianggap santri. Saat saya berkunjung ke pesantren respons mereka sangat bagus terhadap Jokowi. Karena itu juga, elektabilitas di Jawa Timur sangat tinggi hampir 70%. Apalagi di Jawa Tengah. Di Sumatra Barat yang dulu kalah sekarang dukungan tinggi sekali termasuk Jakarta, Jawa Barat, dan Banten. Itu artinya mereka menerima karena hasil pembangunan terasa manfaatnya.
Selama ini Anda sering muncul dengan sarung yang menjadi perbincangan masyarakat. Itu menjadi kekhasan bahwa ada perubahan ketika menjadi cawapres. Komentar Anda soal sarung?
Pertama, untuk sarung, saya akan tetap mengenakannya. Bertemu PM Malaysia Mahathir Mohamad pun saya tetap (pakai) sarung karena itu identitas saya. Kalau dulu sebagai Rais Aam NU sorban saya ikatkan di kepala, sekarang sorban saya taruh seperti ini (menunjuk ke lingkar leher).
Saya tetap ulama, tetapi tidak seperti Rais Aam NU lagi sehingga bisa berkomunikasi dengan banyak pihak. Kini, tidak ada lagi orang yang segan berkomunikasi. Saya pertahankan ciri-ciri kiai Indonesia.
Kita ketahui juga banyak peran Anda sebagai pemadam kebakaran, termasuk dalam Aksi 212 melalui GNPF-MUI.
GNPF MUI saya bubarkan karena sudah selesai. Kita balik lagi. Soal memilih presiden itu lain lagi. Jangan politisasi 212 sebagai panjatan atau lompatan untuk kekuasaan politik. Gerakan jangan sampai diperalat. Itu ajakan saya kepada mereka.
Selama ini Anda juga dikenal dekat dengan Rizieq Shihab karena dianggap bisa menjinakkan kelompok garis keras. Katanya Anda pernah bertemu Rizieq di Mekah.
Di Mekah saya tidak bertemu karena saya hanya tinggal beberapa hari. Saya juga ingin fokus ibadah. Namun, hubungan saya dengan Rizieq sudah lama sekali. Beliau juga sangat menghormati saya. Saya pun mengormati beliau. Tidak ada konflik. Saya pikir beliau tidak akan memusuhi saya.
Saat ini ada semacam kegalauan di kalangan milenial karena Anda tidak muda lagi.
Saya pikir wajar. Saya memang tidak muda. Namun, saya terinspirasi oleh cerita ada orang tua menanam pohon lalu ditegur untuk apa pohon ditanam karena tidak akan menerima hasilnya. Orang tua itu berkata, 'Ya benar saya tidak menikmatinya karena saya menanam untuk generasi yang akan datang'.
Jadi, apa yang dilakukan sekarang juga bukan untuk Jokowi, melainkan untuk generasi masa depan: anak muda kita. Yang ada sekarang ialah landasan untuk generasi berikutnya pada 2024 Indonesia tinggal landas.
Terakhir, apakah Anda dan Jokowi optimistis memenangi pilpres nanti?
Jadi begini. Apa yang sudah dilakukan Jokowi sangat bagus. Beliau meletakkan dasar untuk berpijak. Sebuah landasan untuk melompat lebih tinggi lagi.
Manfaatnya pun saat ini sudah kita rasakan. Kami ke depan punya gagasan, yaitu maximize utility. Artinya, dasar sudah diletakkan dengan bagus tinggal kita memaksimalkan manfaatnya. Jokowi sudah membangun tonggaknya tinggal kita perbesar manfaatnya, termasuk kami membetulkan yang belum baik. Artinya, kita tidak mulai dari nol, tetapi berpijak pada landasan yang sudah ada.
Atas semua pencapaian positif itu, masyarakat diajak berpikir positif dan optimistis. Seluruh program yang diusung pasangan capres dan cawapres nomor urut 01 fokus agar landasan yang sudah baik ini memberi manfaat dan kesejahteraan lebih besar lagi bagi rakyat.
Saya melihat trennya kami optimistis menang. Kami berangkat dari sesuatu yang sudah ada. Ada rekam jejak. Kami punya program jelas. Bisa dibaca dari survei-survei, kami terus naik.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved