Headline

KPK akan telusuri pemerasan di Kemenaker sejak 2019.

Misteri Ledakan Radio Cepat Terdekat dan Terterang yang Pernah Terdeteksi

Bimo Aria Seno
25/8/2025 11:53
Misteri Ledakan Radio Cepat Terdekat dan Terterang yang Pernah Terdeteksi
Astronom berhasil mendeteksi FRB terdekat dan paling terang dari galaksi NGC 4141, dijuluki RBFLOAT. (Astron/Danielle Futselaar)

PARA astronom baru saja melaporkan penemuan ledakan radio cepat (fast radio burst/FRB) yang sangat istimewa. Kilatan radio yang diberi julukan RBFLOAT (Radio Burst Brightest Flash of All Time), terdeteksi dari sebuah galaksi dekat dan menjadi salah satu semburan paling terang sekaligus paling dekat yang pernah diamati. 

Keberadaannya memberikan kesempatan langka bagi para ilmuwan untuk mempelajari fenomena kosmik misterius ini dengan tingkat detail yang sebelumnya tidak mungkin dicapai.

Apa itu ledakan radio cepat?

FRB adalah kilatan energi dalam bentuk gelombang radio yang hanya berlangsung dalam hitungan milidetik, tetapi selama periode sangat singkat itu, cahayanya dapat melampaui kecerahan seluruh sumber radio di dalam satu galaksi. Intensitasnya begitu luar biasa sehingga banyak FRB yang dapat terlihat dari jarak miliaran tahun cahaya. Hingga kini, penyebab pasti dari fenomena ini masih belum diketahui, meski banyak teori menyebutkan kaitannya dengan bintang neutron bermagnet sangat kuat, atau magnetar.

Penemuan RBFLOAT

Sebuah tim ilmuwan internasional yang dipimpin fisikawan dari MIT berhasil mendeteksi semburan radio cepat dengan jarak hanya sekitar 130 juta tahun cahaya, terletak di galaksi spiral NGC 4141 di rasi Ursa Major. Dalam ukuran kosmik, jarak ini tergolong dekat, menjadikannya FRB paling dekat yang pernah diamati. Selain itu, intensitas sinyalnya yang sangat kuat membuatnya layak dijuluki “kilatan radio paling terang sepanjang masa.”

Menurut Kiyoshi Masui, profesor fisika di MIT dan anggota Institut Kavli untuk Astrofisika, penemuan ini adalah peluang emas untuk meneliti FRB yang sifatnya “normal” dengan resolusi luar biasa. Hasil temuan ini dilaporkan pada 21 Agustus di Astrophysical Journal Letters.

Keberhasilan mendeteksi FRB ini berkat teleskop CHIME (Canadian Hydrogen Intensity Mapping Experiment) yang berbasis di British Columbia, Kanada. Awalnya dirancang untuk memetakan distribusi hidrogen di alam semesta, CHIME ternyata juga sangat sensitif terhadap kilatan radio berenergi tinggi. Sejak 2018, teleskop ini telah mencatat sekitar 4.000 FRB, meski sebelumnya kesulitan menentukan lokasi asal setiap semburan dengan presisi yang tinggi.

Situasi berubah setelah dipasang CHIME Outriggers, tiga stasiun tambahan berskala mini yang ditempatkan di berbagai wilayah Amerika Utara. Dengan bekerja serempak, sistem ini berfungsi seperti teleskop raksasa seukuran benua yang mampu melacak lokasi FRB dengan tingkat akurasi yang belum pernah ada sebelumnya. Shion Andrew, mahasiswa pascasarjana MIT, mengibaratkan kemampuan ini seperti mencoba mengidentifikasi bukan hanya pohon tempat kunang-kunang hinggap dari jarak ribuan kilometer, tetapi bahkan ranting spesifik yang menjadi tempatnya bersinar.

FRB “RBFLOAT” adalah deteksi pertama yang berhasil diidentifikasi dengan konfigurasi CHIME Outrigger secara penuh. Kombinasi instrumen ini memungkinkan tim peneliti menemukan tidak hanya galaksi induknya, tetapi juga wilayah persis di galaksi tersebut yang menjadi sumber semburan, tepat di bagian tepi, sedikit di luar area pembentukan bintang aktif.

Petunjuk tentang asal-usul FRB

Lokasi FRB ini cukup mengejutkan. Mayoritas hipotesis sebelumnya menduga FRB muncul dari magnetar muda yang biasanya terletak di pusat daerah pembentukan bintang. Namun, kilatan yang baru ditemukan justru berasal dari area pinggiran galaksi, bukan dari inti pembentuk bintang. Hal ini menimbulkan dugaan sumbernya mungkin magnetar yang lebih tua, yang telah berpindah dari pusat aktivitas bintang ke bagian tepi galaksi.

Masui menambahkan, lokasi tersebut memberi petunjuk mengenai usia kemungkinan magnetar. Jika FRB muncul dari pusat area pembentukan bintang, maka usianya hanya beberapa ribu tahun sangat muda untuk ukuran bintang neutron. Tetapi bila berada di pinggiran, seperti pada kasus ini, besar kemungkinan magnetar itu sudah berusia lebih tua.

Selain melacak lokasi, tim juga meninjau kembali data pengamatan CHIME selama enam tahun terakhir untuk mencari jejak semburan serupa. Hasilnya menunjukkan bahwa FRB ini tidak pernah berulang. Fakta tersebut semakin menambah teka-teki besar seputar FRB.

FRB

Sejak pertama kali ditemukan pada 2007, para astronom telah mencatat lebih dari 4.000 FRB. Sebagian besar hanya terjadi sekali, sebagian kecil terdeteksi berulang, dan beberapa bahkan berulang dalam pola tertentu menyerupai detak jantung sebelum menghilang. Perdebatan besar pun muncul, apakah FRB yang berulang dan tidak berulang berasal dari mekanisme atau sumber yang sama? Penemuan FRB yang sangat dekat ini diharapkan bisa membantu menjawab pertanyaan tersebut.

Dengan semakin banyaknya FRB yang berhasil dilokalisir secara akurat, para ilmuwan semakin dekat dalam menyusun gambaran lengkap tentang asal-usul dan keragaman fenomena ini. Adam Lanman, mahasiswa pascasarjana MIT sekaligus anggota tim CHIME, menekankan bahwa keberagaman lingkungan di galaksi yang menjadi tempat lahir FRB menunjukkan kemungkinan besar ada lebih dari satu mekanisme pembentuknya.

“Kami kini berada di jalur untuk melokalisir ratusan FRB setiap tahun,” tambah Andrew. “Semakin banyak data yang terkumpul, semakin jelas pula kita memahami apakah FRB merupakan fenomena tunggal atau kumpulan fenomena berbeda yang kebetulan terlihat serupa.” (sciencedaily/Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya