Headline

Sedikitnya 30% penggilingan gabah di Jawa Tengah menutup operasional.

Blood Moon 7 September 2025: Fenomena Bulan Merah Langka yang Hanya Terjadi di Fase Purnama

Thalatie K Yani
13/8/2025 09:41
Blood Moon 7 September 2025: Fenomena Bulan Merah Langka yang Hanya Terjadi di Fase Purnama
Blood moon akan kembali menghiasi langit pada 7 September 2025, terlihat penuh di Asia dan Australia Barat. (Media Sosial X)

BLOOD moon adalah sebutan untuk gerhana bulan total, ketika bayangan Bumi sepenuhnya menutupi Bulan dan membuatnya berwarna merah tembaga atau cokelat kemerahan. Peristiwa ini hanya terjadi saat Bulan purnama, ketika Matahari, Bumi, dan Bulan berada pada satu garis lurus sempurna.

Tidak semua Bulan purnama memunculkan blood moon karena orbit Bulan sedikit miring terhadap orbit Bumi. Saat posisi sejajar sempurna, sinar Matahari langsung terhalang Bumi. Cahaya yang berhasil melewati atmosfer Bumi tersaring. Di mana cahaya biru terhambur, sementara warna merah dan oranye sampai ke permukaan Bulan, menciptakan efek dramatis tersebut.

Kapan Blood Moon Terdekat?

Blood moon berikutnya akan terjadi pada 7 September 2025. Fenomena ini akan terlihat penuh di Asia dan Australia Barat, serta sebagian fase dapat diamati di Eropa, Afrika, Australia Timur, dan Selandia Baru. Wilayah Amerika tidak akan dapat menyaksikannya.

Jenis Gerhana Bulan

Tidak semua gerhana bulan menghasilkan blood moon. Jika hanya sebagian bayangan Bumi menutupi Bulan, disebut gerhana bulan sebagian. Jika Bulan hanya melewati bayangan luar (penumbra), gerhana akan tampak sangat samar dan sulit dilihat.

Pada gerhana bulan total, seluruh permukaan Bulan berada di dalam bayangan inti Bumi sehingga terlihat merah tembaga. Intensitas warna bergantung pada kondisi atmosfer. Menurut NASA, setiap tahun terjadi 2–4 gerhana bulan yang dapat diamati dari sekitar separuh permukaan Bumi. Namun, fenomena ini tidak akan berlangsung selamanya karena Bulan perlahan menjauh dari Bumi sekitar 4 cm per tahun.

Ketika Blood Moon Menyelamatkan Columbus

Fenomena ini pernah dimanfaatkan Christopher Columbus pada 1504. Saat itu ia dan krunya terdampar di Jamaika. Awalnya mereka disambut penduduk Arawak, namun hubungan memburuk setelah kru Columbus bertindak kasar dan mencuri. Warga pun enggan membantu mereka mencari makanan.

Columbus yang membawa almanak mengetahui akan ada gerhana bulan. Ia mengatakan kepada penduduk bahwa Tuhan marah karena mereka tidak memberi makan krunya, dan sebagai tanda kemarahan, Tuhan akan “mengubah Bulan menjadi merah”. Ketika gerhana terjadi, penduduk ketakutan dan membawa makanan sambil memohon agar Columbus “meminta ampun” kepada Tuhannya. (Space/Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya