Headline
Istana minta Polri jaga situasi kondusif.
SEJAK fosilnya ditemukan, Diplodocus—dinosaurus berleher panjang dari zaman Jurassic—telah membangkitkan rasa ingin tahu ilmuwan sekaligus memikat publik. Dippy, replika kerangka Diplodocus yang mendunia, membuktikan bahwa sisa-sisa makhluk purba dapat menjadi simbol budaya lintas generasi.
Dengan tubuhnya yang anggun dan bentuknya yang eksentrik, Dippy bukan sekadar kerangka. Ia adalah jendela ke masa lalu Bumi yang spektakuler.
Diplodocus terkenal berkat lehernya yang luar biasa panjang—dulu diyakini berfungsi seperti leher jerapah, untuk meraih daun tinggi. Namun, riset terbaru mengungkapkan perspektif baru: struktur tulang belakang yang ringan namun kokoh disangga oleh ligamen kuat, memungkinkan posisi horizontal yang stabil tanpa kerja otot berlebihan. Adaptasi ini lebih efisien untuk merumput di wilayah luas, bukan menjangkau pucuk pepohonan.
Ciri khas lain adalah ekornya yang seperti cambuk—panjang, lentur, dan unik di antara sauropoda. Dari bentuk tulang ekornya yang menyerupai “balok ganda”, lahirlah nama Diplodocus. Ekor ini kemungkinan berfungsi sebagai alat komunikasi, pertahanan, bahkan mungkin untuk menghasilkan suara—menggambarkan kompleksitas kehidupan purba.
Meski panjang tubuhnya bisa melampaui 25 meter, Diplodocus bukan dinosaurus tertinggi. Dibandingkan Giraffatitan atau titanosaurus, profil tubuhnya lebih rendah namun memanjang. Rasio tubuh ini menunjukkan spesialisasi ekologis terhadap habitat tertentu di akhir Jurassic.
Seluruh fosil Diplodocus ditemukan di Formasi Morrison, Amerika Serikat—salah satu situs paleontologi terkaya yang terus memberi wawasan tentang ekosistem Jurassic dan dinamika antarspesies, termasuk interaksi sosial dan pola makan.
Popularitas Dippy melonjak pada 1905, saat Andrew Carnegie mendonasikan replika kerangka Diplodocus ke Museum Sejarah Alam London. Sejak itu, Dippy menjadi ikon paleontologi modern—mengalami beberapa pemutakhiran berdasarkan sains terbaru.
Setelah sukses tur keliling Inggris, Dippy kini “bereinkarnasi” dalam bentuk patung perunggu bernama Fern, yang melanjutkan peran sebagai duta edukasi dan keajaiban sejarah alam bagi generasi masa kini dan mendatang.
Kisah Dippy membuktikan bahwa fosil bukan sekadar benda mati, melainkan narasi hidup tentang evolusi, sains, dan kekaguman manusia terhadap masa lalu Bumi. Dari tanah kering ke aula megah, Dippy telah menjadi ikon global—menghubungkan ilmu pengetahuan dengan imajinasi umat manusia. (National Geographic/Z-10)
Fosil Spicomellus, yang merupakan spesimen ankylosaurus tertua yang diketahui, ditemukan di dekat Kota Boulemane di Maroko tengah.
Penelitian terbaru mengungkap ekor Giraffatitan sangat fleksibel dan berperan penting menjaga keseimbangan tubuh.
Dinosaurus yang secara ilmiah dinamai Istiorachis macarthurae ini diperkirakan hidup di wilayah yang sekarang dikenal sebagai Inggris pada periode Kapur Awal, 125 juta tahun lalu.
Manusia purba memang faktanya hidup berdampingan dengan dinosaurus. Namun, dinosaurus yang dimaksud bukanlah dinosaurus berukuran raksasa.
Ilmuwan mengungkap faktor yang membuat sauropoda, dinosaurus berleher panjang, bisa tumbuh raksasa.
Spesimen tersebut diduga merupakan salah satu dinosaurus tertua di dunia dengan perkiraan usia mencapai 233 juta tahun yang lalu.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved