Headline
Rakyat menengah bawah bakal kian terpinggirkan.
GIRAFFATITAN, salah satu dinosaurus terbesar di Bumi, ternyata menyimpan rahasia penting pada bagian ekornya. Penelitian terbaru mengungkap ekor hewan raksasa ini sangat fleksibel dan berperan besar menjaga keseimbangan tubuh.
Model digital memperlihatkan ekor mampu terangkat, menekuk, hingga berputar dengan terkendali. Fleksibilitas ini membuat langkah Giraffatitan lebih efisien, stabil, sekaligus mulus di berbagai medan purba.
Penelitian yang dipimpin Dr. Verónica Díez-Díaz dari Museum Naturkunde, Berlin, memanfaatkan model tiga dimensi (3D). Tim peneliti menguji sejauh mana tiap ruas tulang bisa bergerak dalam berbagai arah.
Hasilnya menunjukkan ekor Giraffatitan mampu menekuk ke atas, bawah, samping, serta memutar dengan kontrol terukur. Semua data diperoleh murni dari kerangka yang ada.
Spesimen yang diteliti berasal dari batuan Jurassic Akhir di Tanzania kode MB.R.2921. Uji sensitivitas terhadap pusat rotasi sendi juga dilakukan karena pergeseran kecil memengaruhi fleksibilitas.
Dinosaurus sauropoda memiliki tulang khusus berbentuk V yang disebut lengkung hemal pada bagian bawah ekor. Struktur ini melindungi pembuluh darah serta menopang otot di bagian bawah ekor.
Lengkung hemal berfungsi sebagai pembatas keras yang mencegah ekor menekuk berlebihan ke arah bawah. Artinya, posisi ekor Giraffatitan tidak bisa ditempatkan sembarangan.
Bagian tengah ekor Giraffatitan lebih kuat melengkung ke atas dibandingkan yang di dekat pinggul. Sementara itu, gerakan menyamping dan sedikit puntiran tetap dimungkinkan meskipun ada batasan sendi.
Sendi zigapofisis berperan menjaga vertebra tetap sejajar saat hewan raksasa ini melakukan pergerakan. Selain itu, penelitian sebelumnya mengungkap adanya otot besar bernama caudofemoralis longus.
Otot ini terhubung pada pangkal ekor dan membantu pergerakan kaki belakang saat melangkah. Dengan demikian, ekor sebagai penopang tubuh yang efektif.
Model biomekanis memperlihatkan ekor dapat membantu mengatur irama berjalan Giraffatitan. Kecepatan ideal yang dihasilkan sekitar 4,7 kilometer per jam dalam ritme berjalan efisien.
Dengan ekor fleksibel yang aktif bergerak, pinggul tetap stabil meskipun berjalan di tanah tidak rata. Hal ini membuat langkah Giraffatitan lebih mulus serta efisien.
Media populer kerap menggambarkan ekor dinosaurus sauropoda mampu mencambuk hingga menembus batas suara. Namun, penelitian menolak anggapan tersebut karena kecepatannya jauh di bawah kecepatan suara.
Pada Giraffatitan, ekor fleksibel untuk stabilitas tubuh, bukan menghasilkan cambukan berbahaya. Gerakan yang terkendali menjadikannya lebih fungsional sebagai alat penyeimbang daripada senjata.
Seperti hewan pada umumnya, ekor berfungsi untuk keseimbangan, manuver, berenang, dan penghematan energi. Pada Giraffatitan, fleksibilitas ekor menjaga tubuh tetap stabil serta membantu perubahan arah, seperti berbelok.
Model rekonstruksi di museum yang menampilkan ekor mengapung pun kini mendapat dukungan ilmiah. Temuan ini menegaskan bahwa ekor tidak menyeret di tanah, melainkan menunjang pergerakan.
Studi mengenai fleksibilitas ekor Giraffatitan telah diterbitkan dalam Royal Society Open Science. Temuan tersebut mengubah cara pandang kita tentang pergerakan dan keseimbangan dinosaurus raksasa. (Earth/Z-2)
Fosil Spicomellus, yang merupakan spesimen ankylosaurus tertua yang diketahui, ditemukan di dekat Kota Boulemane di Maroko tengah.
Dinosaurus yang secara ilmiah dinamai Istiorachis macarthurae ini diperkirakan hidup di wilayah yang sekarang dikenal sebagai Inggris pada periode Kapur Awal, 125 juta tahun lalu.
Manusia purba memang faktanya hidup berdampingan dengan dinosaurus. Namun, dinosaurus yang dimaksud bukanlah dinosaurus berukuran raksasa.
Ilmuwan mengungkap faktor yang membuat sauropoda, dinosaurus berleher panjang, bisa tumbuh raksasa.
Spesimen tersebut diduga merupakan salah satu dinosaurus tertua di dunia dengan perkiraan usia mencapai 233 juta tahun yang lalu.
Mata minus atau miopi adalah kondisi umum yang dialami banyak orang, ditandai dengan penglihatan yang kabur saat melihat objek dari jarak jauh.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved