Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
PERKEMBANGAN teknologi, khususnya kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence/AI yang pesat membawa perubahan besar dalam berbagai bidang, termasuk pengujian perangkat lunak (software testing).
Namun, muncul pertanyaan penting: apakah AI akan menggantikan peran software tester manusia? Berbagai pakar dan riset internasional menunjukkan bahwa AI bukan ancaman pengganti, melainkan alat bantu yang memperkuat peran tester.
Menurut laporan dari Tricentis, sekitar 80% tim pengembang perangkat lunak diperkirakan akan menggunakan AI dalam proses pengujian pada tahun 2025.
AI mampu mengotomasi tugas-tugas berulang dan kompleks dengan kecepatan serta akurasi yang sulit ditandingi manusia.
Misalnya, AI dapat secara otomatis menghasilkan dan mengoptimalkan test case menggunakan machine learning dan natural language processing, sehingga mengurangi waktu dan kesalahan manusia dalam pembuatan skenario pengujian.
Selain itu, AI juga dapat melakukan prediksi kerusakan (defect prediction) dengan menganalisis data historis dan pola penggunaan, sehingga pengujian bisa difokuskan pada area berisiko tinggi, menjadikan proses pengujian lebih proaktif dan efisien.
Dalam artikel Forbes dijelaskan bahwa AI tidak hanya mengotomasi, tetapi juga belajar dan meningkatkan kemampuannya seiring waktu.
Namun, AI tidak dapat sepenuhnya menggantikan keahlian, intuisi, dan penilaian kritis manusia dalam pengujian perangkat lunak.
AI lebih berperan sebagai asisten yang membantu tester melakukan tugas sulit dan membosankan, seperti analisis hasil pengujian dan pemeliharaan skrip otomatis yang rusak akibat perubahan aplikasi.
Seorang pakar dari The CTO Club menambahkan bahwa meskipun AI mengotomasi sebagian besar eksekusi pengujian, manusia tetap diperlukan untuk mendesain pengujian yang kompleks, melakukan exploratory testing, dan memahami konteks bisnis yang tidak bisa sepenuhnya ditangani AI.
Dengan hadirnya AI, peran software tester mengalami transformasi. Tester dituntut menguasai keterampilan baru seperti pemrograman, analisis data, dan pengelolaan alat AI.
Mereka harus mampu bekerja sama dengan teknologi AI untuk meningkatkan kualitas perangkat lunak. Jason Arbon, pakar QA, memprediksi bahwa tahun 2025 akan menjadi era di mana pengujian software mulai “AI-first”, di mana AI menjadi titik awal dalam proses pengujian.
Namun, keberhasilan tetap bergantung pada kolaborasi antara manusia dan mesin.
AI membawa perubahan besar dalam dunia software testing dengan meningkatkan kecepatan, efisiensi, dan akurasi pengujian. Namun, AI bukanlah pengganti manusia, melainkan mitra yang memperkuat kemampuan tester.
Peran manusia tetap vital dalam merancang pengujian yang kompleks, pengambilan keputusan, dan pengelolaan konteks bisnis. Software tester yang mampu beradaptasi dengan teknologi AI dan mengembangkan keterampilan baru akan menjadi pemenang di era digital ini.
Sumber: Tricentis, Forbes, The CTO Club, Jarbon Medium.
Penggunaan AI seperti ChatGPT dalam pendidikan mengalami perkembangan pesat dan menimbulkan berbagai pandangan dari para pendidik dan pakar.
Penelitian terbaru menunjukkan kecerdasan buatan dapat membantu mengidentifikasi balita yang mungkin autis dengan akurasi sekitar 80%.
Peserta dari Program Studi SP-1 Radiologi FK UPH meraih juara 1 pada lomba ilmiah presentasi poster elektronik (e-poster) radiologi anak internasional.
Fokus utamanya menciptakan pengalaman pelanggan yang menyatu dari awal hingga pembaruan layanan.
Universitas Telkom memiliki peranan penting dan strategis terkait AI khususnya dan ekonomi digital umumnya
UPI ingin memastikan bahwa para pendidik tidak tertinggal dari kemajuan ini dan dapat memanfaatkan teknologi secara efektif dalam proses belajar-mengajar
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved