Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Menghidupkan Hewan yang Telah Punah: Mitos atau Fakta?

Alya Putri Abi
16/1/2025 16:56
Menghidupkan Hewan yang Telah Punah: Mitos atau Fakta?
Ilustrasi Harimau Tasmania(Dok. wikianimals.eu)

KEMAJUAN ilmu pengetahuan terus membuka berbagai kemungkinan, termasuk peluang untuk menghidupkan kembali spesies yang telah punah sejak lama.

Harimau Tasmania: Hewan Punah yang Menjadi Perhatian

Jutaan tahun lalu, harimau Tasmania hidup di seluruh Australia. Hewan yang memiliki tubuh mirip anjing belang dan seukuran anjing hutan ini mulai punah di daratan utama sekitar 2.000 tahun lalu. Namun, mereka bertahan di Tasmania hingga tahun 1920-an sebelum akhirnya punah akibat perburuan oleh penjajah Eropa yang menganggap mereka ancaman bagi ternak.

Seorang ahli genetika dari Universitas Melbourne, Andrew Pask, memimpin tim ilmuwan yang bekerja sama dengan perusahaan Colossal Biosciences untuk menghidupkan kembali harimau Tasmania.

Bagaimana Prosesnya?

Pada 2017, Pask memulai langkah pertama dengan mengurutkan DNA harimau Tasmania yang telah punah. DNA ini, yang menjadi cetak biru genetik, dikumpulkan dari berbagai museum di dunia, termasuk sampel yang diawetkan dengan baik.

Namun, DNA ini tidak sepenuhnya utuh karena waktu, paparan sinar UV, dan bakteri telah memecahnya menjadi fragmen kecil. Untuk menyusun DNA tersebut, para ilmuwan memanfaatkan kerabat dekat harimau Tasmania, yaitu dunnart, marsupial kecil yang masih hidup.

Dengan teknologi pengeditan gen yang semakin maju, kini memungkinkan para ilmuwan untuk mengembangkan genom yang mirip dengan harimau Tasmania, meskipun belum identik sepenuhnya. Setelah mendapatkan sel harimau Tasmania, langkah berikutnya adalah mengubahnya menjadi embrio yang kemudian ditanamkan ke dalam rahim dunnart.

Tidak Hanya Harimau Tasmania

Selain harimau Tasmania, mamut berbulu yang punah sekitar 10.000 tahun lalu juga menjadi target kebangkitan. Para ilmuwan dari Colossal Laboratories and Bioscience bekerja sama dengan Universitas Harvard menggunakan teknologi CRISPR untuk menggabungkan DNA mamut dengan gajah Asia, kerabat terdekatnya. Hasilnya adalah hibrida yang disebut "mammophant," yang dirancang untuk hidup di tundra Siberia dan membantu memulihkan ekosistem yang telah hilang.

Namun, menurut Michael Archer, seorang paleontolog dari Universitas New South Wales, teknologi ini masih menghadapi banyak tantangan. Beberapa gen penting membutuhkan salinan ganda untuk berfungsi, dan sering kali percobaan diperlukan untuk mengetahui jumlah salinan yang tepat.

Metode Lain untuk Menghidupkan Hewan Punah

Metode lain seperti pembiakan kembali digunakan untuk menghidupkan spesies seperti auroch, sapi prasejarah yang punah pada 1600-an. Gen mereka masih ada pada beberapa jenis sapi Eropa, dan para ilmuwan berusaha menghasilkan keturunan yang menyerupai auroch.

Kloning juga menjadi alternatif, dengan memindahkan nukleus dari sel hewan yang punah ke sel telur kerabat dekatnya. Namun, metode ini hanya berhasil jika sel hewan punah berada dalam kondisi baik. Itulah mengapa harimau Tasmania, yang punah hampir 100 tahun lalu, sulit dihidupkan kembali dengan metode ini.

Upaya pada Spesies yang Baru Punah

Beberapa metode ini lebih cocok untuk spesies yang baru punah. Pada 2003, para peneliti berhasil mengkloning ibex Pirenia, tetapi bayi yang lahir meninggal tak lama setelah dilahirkan. Upaya serupa juga dilakukan pada katak lambung selatan yang punah pada 1983. Meski embrio berhasil dibentuk, penelitian ini masih menghadapi banyak kendala.

Apa Dampaknya Jika Berhasil?

Menghidupkan kembali hewan yang telah punah dapat memengaruhi ekosistem yang ada. Spesies lain telah beradaptasi untuk menggantikan peran hewan yang punah, dan lingkungan mereka mungkin sudah tidak cocok untuk hewan tersebut.

Sebagai contoh, mamut berbulu mungkin akan kesulitan bertahan hidup di dunia modern karena perubahan iklim dan habitat. (bbc.com/Z-10)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Gana Buana
Berita Lainnya