Headline

Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Misteri Air Terkubur: Penemuan Reservoir Bawah Laut yang Memengaruhi Gempa Gerak Lambat di Selandia Baru

Nur Amalina
23/11/2024 14:06
Misteri Air Terkubur: Penemuan Reservoir Bawah Laut yang Memengaruhi Gempa Gerak Lambat di Selandia Baru
Peta lokasi penemuan reservoir bawah laut penyebab gempa gerak lambat di Selandia Baru.(Dok. Sci.news)

DI bawah dasar laut Pasifik, jauh di lepas pantai Selandia Baru, terdapat penemuan yang mengejutkan yaitu sebuah reservoir air raksasa yang terkunci rapat di dalam kerak Bumi. Temuan ini memberikan wawasan baru yang menarik mengenai bagaimana pergerakan tektonik dan gempa bumi yang bergerak lambat bisa terjadi di wilayah tersebut.

Bagaimana bisa air laut tersimpan jauh di dalam batuan vulkanik dan apa hubungan antara penemuan ini dengan aktivitas gempa bumi di kawasan tersebut?

Batuan Vulkanik dan Air yang Terkunci

Selama salah satu letusan gunung berapi terbesar di Bumi, sekitar 120 hingga 125 juta tahun yang lalu, lava raksasa mengalir menembus kerak Bumi. Lava ini membeku menjadi dataran tinggi yang luas di dasar laut, dan seiring berjalannya waktu, lapisan sedimen tebal menutupi batuan vulkanik ini, terkubur hingga kedalaman sekitar 3 kilometer di bawah permukaan laut.

Proses alam ini menciptakan struktur batuan berpori yang dapat menyerap air laut. Ketika air laut terperangkap di dalam pori-pori batuan ini, ia menjadi semacam reservoir bawah laut yang tersembunyi. Para peneliti yang memetakan wilayah sekitar pantai timur Pulau Utara Selandia Baru menemukan bahwa batuan purba ini "basah" secara tidak biasa, dengan hampir setengah dari volume batuan yang dibor mengandung air.

Bagaimana Air Terkunci di Dalam Batuan?

Batuan vulkanik purba yang terendam air ini mengandung lebih banyak air daripada yang diharapkan, bahkan untuk kerak samudra yang berusia lebih dari 100 juta tahun. Andrew Gase, ahli geofisika dari Universitas Texas yang memimpin penelitian ini, menjelaskan bahwa kerak samudra yang lebih muda biasanya mengandung lebih sedikit air setelah berusia sekitar tujuh hingga sepuluh juta tahun. Namun, di kawasan ini, air laut tampaknya terperangkap dalam struktur batuan berpori, yang berfungsi seperti akuifer, menyimpan air untuk waktu yang sangat lama.

Selama ribuan tahun, medan yang tergenang air ini perlahan berubah, dengan bebatuan yang terkikis dan digiling menjadi tanah liat, semakin banyak air yang terserap ke dalam batuan. Proses ini menghasilkan reservoir air yang sangat besar, terkubur jauh di bawah dasar laut.

Keterkaitan dengan Gempa Gerak Lambat

Penemuan ini memiliki kaitan yang erat dengan fenomena geologis yang dikenal sebagai 'gempa gerak lambat' atau slow slip earthquakes. Di sepanjang patahan Hikurangi, sebuah zona subduksi tempat lempeng Pasifik menyelam ke bawah lempeng Australia, para ilmuwan mengamati bahwa gempa bumi yang terjadi di kawasan tersebut bergerak dengan sangat lambat, berlangsung selama berbulan-bulan tanpa menimbulkan kerusakan signifikan di permukaan Bumi.

Gempa gerak lambat ini, meskipun tidak mengancam, sangat jarang terjadi dan hanya ditemukan di beberapa tempat di dunia, termasuk di Selandia Baru, Jepang, dan Meksiko. Salah satu penjelasan untuk fenomena ini adalah adanya air yang terperangkap dalam batuan vulkanik, yang meningkatkan tekanan di bawah permukaan bumi. Ketika satu lempeng bergerak perlahan di bawah lempeng lainnya, air yang ada di dalam batuan dapat memperlambat pergerakan ini, mencegah terjadinya longsor yang mendadak dan merusak.

Penemuan reservoir air ini membuka pemahaman baru tentang bagaimana tekanan dalam batuan bisa memengaruhi aktivitas tektonik di kawasan tersebut. Sebelumnya, ilmuwan hanya dapat memprediksi adanya hubungan antara air yang terperangkap dalam batuan dan gempa gerak lambat melalui eksperimen laboratorium atau simulasi komputer. Namun, ini adalah pertama kalinya penemuan lapangan yang jelas membuktikan hipotesis tersebut pada skala lempeng tektonik.

Para peneliti menggunakan pemindaian seismik untuk membuat citra 3D dari wilayah bawah laut dan menemukan reservoir air tersebut. Meskipun mereka belum dapat menggali cukup dalam untuk mengukur dampak pasti dari air yang terperangkap ini terhadap patahan, mereka dapat mengonfirmasi bahwa volume air yang terperangkap jauh lebih tinggi dari yang diperkirakan sebelumnya. (Sci.news/Z-9)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia
Berita Lainnya