Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
DULU ada peribahasa 'mulutmu harimaumu'.
Namun, di era digital seperti sekarang ini, peribahasa tersebut mungkin bermetamorfosa menjadi 'jarimu harimaumu'.
Peribahasa ini ada benarnya mengingat banyak masyarakat yang terjerat masalah hukum karena cuitan yang tidak mengedepankan etika bersosial media.
Media sebagai sarana untuk mengekspresikan uneg-uneg pengunanya, rambu-rambu kode etik acap kali diterobos sehingga apa yang dipublikasikan menjadi bumerang.
Etika menjadi sebuah keniscayaan bagi pengguna media, terutama dalam mengekspresikan kegundahan.
Oleh sebab itu, ada beberapa hal yang harus dipahami sebelum kita memublikasikan ide dan curahan hati kepada publik.
Pertama, memahami terlebih dahulu apa yang akan dipublikasikan.
Pemahaman ini tentunya meliputi kata-kata yang dipilih apakah dapat menyinggung orang lain atau menyangkut suku, agama, ras dan antargolongan (SARA).
Kedua, menggunakan kalimat yang santun, sopan dan elegan, serta tidak menyinggung orang lain.
Kalimat yang santun akan memudahkan kita dalam menjalin interaksi dan pertemanan di media sosial.
Sebaliknya, kalimat yang kasar dan tidak sopan hanya akan melahirkan kecemburuan dan kebencian dari orang lain.
Ketiga, memahami situasi dan kondisi di mana kita tinggal.
Lingkungan yang kita tinggal pastinya akan berbeda dengan lingkungan di mana kita dilahirkan.
Budaya yang ada di daerah masing-masing memiliki perbedaan yang cukup mencolok, sehingga tidak jarang budaya dan kebiasaan di tempat asal tidak sesuai dengan lingkungan kita tinggal (domisili).
Dengan demikian adaptasi sangat diperlukan, baik dalam kehidupan maya dan kehidupan nyata.
Aminuddin
Alumni UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved