Ketegasan Hukum Atasi Banjir

KALAU dicermati secara saksama, sejatinya akar dari masalah bencana banjir ialah kebiasaan buruk manusia yang tidak bertanggung jawab terhadap alam.

Beberapa contoh kasus seperti pembalakan liar (illegal logging) dan pembakaran hutan kerap dilakukan oknum-oknum yang tak peduli lingkungan.

Akibatnya, hutan di Indonesia banyak yang gundul dan mengalami deforestasi.

Hal tersebut dibuktikan survei Forest Watch Indonesia, yang melaporkan dalam kurun 2000-2009 luas hutan Indonesia yang mengalami deforestasi sebesar 15,16 juta hektare.

Oleh karenanya, sangatlah wajar jika Guinness Book of the Record memberi gelar bagi Indonesia sebagai negara dengan daya rusak hutan tercepat di dunia.

Begitu pun yang dialami lingkungan perkotaan. Sejumput masalah seperti taman-taman kota sangat sempit, semua kawasan disulap menjadi area pertokoan, kantor, dan gedung-gedung pencakar langit.

Sudah saatnya pola perilaku buruk manusia seperti ini harus diubah.

Para mafia pembalakan liar dan pembakaran hutan harus ditindak tegas.

Jangan sampai membuat semakin parah problem kebanjiran ke depannya.

Merespons problem tersebut, rasa-rasanya reboisasi menjadi strategi utama sebagai jawaban atas masalah kebanjiran.

Ruang hijau perlu diperluas, mulai lingkungan kecil pekarangan rumah, ruang terbuka hijau di area taman-taman kota, sampai dengan kawasan luas yaitu dengan menggalakkan reboisasi hutan secara massal, bertahap, dan berkelanjutan.

Untuk itu, pemerintah perlu secara kontinu melakukan upaya persuasif dan praktis mengajak budaya tanam pohon, tentunya dengan dukungan dari segenap masyarakatnya, sehingga problem kebanjiran yang selama ini sulit diatasi bisa diselesaikan dengan mudah ke depannya.

Semoga.

Suwanto
Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta