Headline

Tidak ada solusi militer yang bisa atasi konflik Israel-Iran.

Fokus

Para pelaku usaha logistik baik domestik maupun internasional khawatir peningkatan konflik Timur Tengah.

Klarifikasi Duta Besar Singapura Anil Kumar Nayar

Micom
06/12/2018 08:51
Klarifikasi Duta Besar Singapura Anil Kumar Nayar
(Facebook Singapore Embassy in Jakarta)

On 30 November 2018, Media Indonesia published an article “Status Medsos PM Singapura dan 'Gede Rasa' Pendukung Prabowo” (“Singapore PM's social media status and ‘arrogance’ of Prabowo’s supporters”), which grossly misrepresented the state of bilateral relations between Singapore and Indonesia.

Ambassador Anil Nayar has addressed the above-mentioned misrepresentation through a letter to Media Indonesia:

5 December 2018

Ibu Lestari Moerdijat
President Director
Media Indonesia

RESPONSE TO ARTICLE, “STATUS MEDSOS PM SINGAPURA DAN 'GEDE RASA' PENDUKUNG PRABOWO”, DATED 30 NOVEMBER 2018

The article “Status Medsos PM Singapura dan 'Gede Rasa' Pendukung Prabowo” (“Singapore PM’s social media status and ‘arrogance’ of Prabowo’s supporters”) published on Media Indonesia’s website on 30 November 2018 grossly misrepresents the state of relations between Singapore and Indonesia.

Singapore and Indonesia enjoy excellent relations, built on a strong foundation of trust and mutually-beneficial cooperation. Singapore has been Indonesia’s top foreign investor since 2014. Both countries are among each other’s top trading partners, and top sources of tourist arrivals. This close partnership is exemplified by a number of joint projects, including:

(i) The Kendal Industrial Park (KIP) in Central Java, and the recent opening of a polytechnic to train Indonesians for the 5,700 jobs to be created by the KIP;

(ii) The US$10 billion bilateral financial arrangement that reflects Singapore’s confidence in Indonesia, and our joint commitment to enhance economic stability and development in the region; and

(iii) Our cooperation to strengthen digital connectivity.

It is untrue that projects and agreements between Singapore and Indonesia have only benefitted Singapore and that Singapore would be "afraid” if Indonesia became stronger. Singapore would not be investing significant time and resources to boost cooperation with Indonesia, if we did not wish Indonesia well.

An important aspect of relations between Singapore and Indonesia is the personal friendships between our leaders and peoples. In October this year, Prime Minister Lee Hsien Loong met President Joko Widodo in Bali for their third Leaders’ Retreat. Subsequently, Prime Minister Lee met Kyai Ma’ruf Amin, President Joko Widodo’s Vice-Presidential running-mate and Indonesian Ulama Council Chairman, when he visited Singapore to deliver the S. Rajaratnam School of International Studies Distinguished Public Lecture. It is therefore surprising that the article only focused on Prime Minister Lee’s meeting with GERINDRA Chairman Prabowo Subianto in November 2018.

As Indonesia’s close neighbour, Singapore hopes for smooth and peaceful elections in Indonesia. Singapore has no ability or interest to influence the election outcomes. Whom to elect as Indonesia’s President is for the Indonesian people to decide. Singapore looks forward to working closely with the elected leaders and other friends in Indonesia, to strengthen our bilateral ties, based on mutual respect and shared interests.

I hope that this clarification will set the record straight and prevent unnecessary misunderstandings. Please publish this clarification in full on your website.

Yours sincerely,

ANIL KUMAR NAYAR

===

Translation in Bahasa Indonesia

5 Desember 2018

Ibu Lestari Moerdijat
Direktur Utama
Media Indonesia

TANGGAPAN ATAS ARTIKEL “STATUS MEDSOS PM SINGAPURA DAN 'GEDE RASA' PENDUKUNG PRABOWO’, TANGGAL 30 NOVEMBER 2018

Pada artikel yang berjudul “Status Medsos PM Singapura dan 'Gede Rasa' Pendukung Prabowo” yang diterbitkan di situs Media Indonesia pada tanggal 30 November 2018 telah benar-benar salah dalam menggambarkan keadaan hubungan antara Singapura dan Indonesia.

Singapura dan Indonesia menikmati hubungan yang sangat baik, dibangun di atas dasar kepercayaan yang kuat dan kerja sama yang saling menguntungkan. Singapura telah menjadi investor asing utama di Indonesia sejak 2014. Kedua negara, satu sama lain, merupakan mitra dagang utama dan menjadi sumber utama kedatangan wisatawan. Kemitraan erat ini dicontohkan oleh sejumlah proyek bersama, di antaranya adalah:

(i) Kawasan Industri Kendal (KIK) di Jawa Tengah, dan baru-baru ini pula dibuka politeknik untuk melatih masyarakat Indonesia dengan 5.700 pekerjaan yang diciptakan oleh KIK;

(ii) Perjanjian keuangan bilateral dengan nilai setara US$10 miliar yang mencerminkan kepercayaan Singapura terhadap Indonesia, dan komitmen bersama untuk meningkatkan stabilitas dan pembangunan ekonomi di kawasan ini; dan

(iii) Kerja sama untuk memperkuat konektivitas digital.

Tidak benar bahwa proyek-proyek dan perjanjian-perjanjian antara Singapura dan Indonesia hanya menguntungkan Singapura, dan bahwa Singapura semakin “jiper” jika Indonesia semakin kuat. Singapura tidak akan menanamkan waktu dan sumber daya yang signifikan untuk meningkatkan kerja sama dengan Indonesia, jika kami tidak menginginkan Indonesia menjadi sejahtera.

Aspek penting hubungan antara Singapura dan Indonesia adalah persahabatan pribadi antara pemimpin dan masyarakatnya. Pada Oktober tahun ini, Perdana Menteri Lee Hsien Loong bertemu Presiden Joko Widodo di Bali untuk Leaders’ Retreat mereka yang ketiga. Selanjutnya, Perdana Menteri Lee bertemu dengan Kyai Ma'ruf Amin, Calon Wakil Presiden yang merupakan pasangan Presiden Joko Widodo dan juga Ketua Majelis Ulama Indonesia, ketika beliau mengunjungi Singapura untuk menyampaikan S Rajaratnam School of International Studies Distinguished Public Lecture. Oleh karena itu, sangat mengejutkan bahwa artikel tersebut hanya berfokus pada pertemuan Perdana Menteri Lee dengan Ketua Umum GERINDRA Prabowo Subianto pada November 2018.

Sebagai tetangga dekat Indonesia, Singapura berharap pemilu di Indonesia akan berjalan lancar dan damai. Singapura tidak memiliki kemampuan atau minat untuk mempengaruhi hasil pemilu. Siapa yang terpilih sebagai Presiden Indonesia adalah keputusan masyarakat Indonesia. Singapura berharap dapat bekerja erat dengan para pemimpin terpilih dan teman-teman lainnya di Indonesia, untuk memperkuat hubungan bilateral ini yang didasari atas rasa saling menghormati dan kepentingan yang sama.

Saya berharap klarifikasi ini akan meluruskan pandangan yang sebenarnya dan mencegah kesalahpahaman yang tidak perlu. Harap klarifikasi ini dipublikasikan secara lengkap di situs Anda.

Hormat saya

ANIL KUMAR NAYAR



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya