Headline
AS ikut campur, Iran menyatakan siap tutup Selat Hormuz.
Tren kebakaran di Jakarta menunjukkan dinamika yang cukup signifikan.
SAAT ini slogan Buanglah sampah pada tempatnya, yang akrab diwacanakan pemerintah, lembaga pendidikan, atau lembaga swadaya masyarakat sudah seperti angin lalu. Bahkan, gagasan dari sudut pandang agama, seperti Kebersihan sebagian dari iman, tetap tidak merealisasikan terciptanya masyarakat yang cinta lingkungan.
Beberapa kasus bencana alam khususnya banjir merupakan refleksi nyata dari buah perilaku masyarakat memperlakukan lingkungan, utamanya hal yang paling mendasar, yaitu membuang sampah.
Beberapa waktu lalu, bahkan sudah menjadi agenda rutin di kala musim hujan tiba, salah satu jalan penghubung lalu lintas di Jawa Barat, yaitu jalan nasional Rancaekek sering dilanda banjir.Banjir ini disebabkan mampetnya saluran selokan akibat tersumbat sampah yang dibuang masyarakat di jalan.
Sontak banjir ini menyebabkan kemacetan panjang, dan membuat lalu lintas dari arah Bandung ke Tasik lumpuh total, akibatnya aktivitas masyarakat menjadi terganggu. Bukan hanya kemacetan, banjir juga berpotensi menimbulkan ladang penyakit bagi warga sekitar, mulai penyakit ringan sampai yang berat. Hadirnya fenomena ini bukan tanpa sebab, semua terjadi akibat kesadaran sebagian masyarakat perihal menjaga lingkungan masih rendah.
Maraknya sampah di jalan, baik sampah organik maupun sampah nonorganik membuat lingkungan sekitar jalan menjadi kotor. Secara estetika lingkungan kotor tidak enak dipandang, materi-materi sampah mengganggu pemandangan sekitar jalan, dan tentu akan menimbulkan masalah baru jika hujan tiba. Hujan memperburuk kondisi lingkungan masyarakat yang dari waktu ke waktu kian tercemar.
Fenomena banjir ini diperparah dengan budaya buruk masyarakat. Banyak di antara mereka yang menjadikan jalan sebagai tempat sampah kedua, baik jalan protokol maupun jalan biasa mengundang banyak masalah.
Masyarakat atau pengendara yang tidak mau ribet dalam urusan membuang sampah, lebih memilih langsung membuangnya ke jalan, dan ini makin memperpanjang catatan banjir di daerah tersebut.
Budaya buang sampah sembarangĀan sudah menjadi masalah kronis. Budaya seperti ini ialah bukti nyata dari tidak cintanya manusia terhadap lingkungan sekitar. Budaya buruk masyarakat yang kian menjadi harusnya menjadi stimulus kuat bagi pemerintah dan masyarakat agar menyuarakan pentingnya menjaga lingkungan.
Pemerintah melalui kebijakan-kebijakannya diharapkan bisa menindak tegas oknum-oknum yang tidak ramah terhadap lingkungan sekitar. Hukum positif merupakan jalan terbaik dalam menindak masyarakat yang dari waktu ke waktu kian menjadi. SosialiĀsasi-sosialisasi melalui media massa atau media komunikasi lainnya juga dirasa perlu untuk membantu menyuarakan masyarakat aktif menjaga dan mencintai lingkungan.
Kebijakan pemerintah akan semakin efektif jika menyertakan peran masyarakat. Hadirnya fasilitas media dosial dirasa sangat membantu dalam hal mencegah dan menumbuhkan kesadaran cinta lingkungan, dengan tidak buang sampah sembarangan di jalan.
Sinergi pemerintah dan masyarakat akan sangat efektif dalam mewujudkan masyarakat cinta lingkungan serta menghapus budaya buruk membuang sampah di jalan. Kebijakan pemerintah akan terealiasasi jika masyarakat ikut melaksanakan dan mengikuti prosedur kebijakan tersebut, serta ada sanksi tegas bagi pelanggar.
Secara rasional, tidak akan terbentuk masyarakat yang cinta lingkungan jika kesadaran tidak timbul dari masyarakat itu sendiri.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved