Headline
AS ikut campur, Iran menyatakan siap tutup Selat Hormuz.
Tren kebakaran di Jakarta menunjukkan dinamika yang cukup signifikan.
SISTEM pembayaran nontunai atau tol-E di seluruh pintu tol di Indonesia segera diberlakukan. Hal ini mengingat manfaat yang dapat diambil, seperti mempermudah transaksi dan terurainya kemacetan. Namun, tujuan dari sistem ini harus lebih dari itu. Sistem pembayaran ini harus lebih kompleks dan komprehensif seperti milik Singapura—Electronic Road Pricing System (ERPS)--yang sudah dijalankan 100% menggunakan komputer dan beroperasi nonsetop selama 24 jam.
Hal ini bisa meminimalkan antrean kendaraan serta memaksimalkan produktivitas kerja. Selain itu, emisi kendaraan akan berkurang dan meningkatkan kesehatan masyarakat.
Hal itu saja tidak cukup. Saat ini sistem pembayaran tol di Indonesia tertinggal di belakang Malaysia. Pasalnya, semenjak 1994 negeri jiran sudah menerapkan sistem tersebut meski masih terbatas di North Klang Alley Expressway (NKVE). Sepuluh tahun kemudian, sistem single electronic toll collection (ETC) Touch ‘n Go and Smart TAG sudah diberlakukan di Malaysia. Sistem ini mirip dengan yang ada di Indonesia saat ini.
Bahkan nanti pada Januari 2018, tetangga kita akan menggunakan radio frequency identification (RFID) yang diinstal untuk menggantikan ETC. Sistem ini memberi keuntungan yang setiap kendaran masuk tol tidak harus mengetap kartu untuk membayar biaya tol dan memungkinkan pengguna jalan terus melaju lalu secara otomatis saldo akan dikurangi dari akun pemilik kendaraan.
Indonesia saat ini juga memiliki potensi yang baik untuk pengembangan bayar online. Banyak proyek tol sedang dibangun. Namun, bak dua sisi mata uang, ada bahaya yang mengancam. Sistem pembayaran nontunai saat ini (national payment gateway) belum tersegmentasi. Proses pembayaran masih harus melalui gate luar negeri yang memberi keuntungan pihak asing.
Pemerintah perlu meniru Tiongkok. Jalan tol yang mereka bangun sudah tersistem--National Trunk Highway System (NTHS). Sejauh ini, ‘Negeri Tirai Bambu’ sudah memiliki 7.918 jaringan yang menghubungkan setiap ibu kota provinsi. Harapannya, Indonesia bisa meningkatkan arus mobilitas ekonomi. Bahkan mobilitas budaya seperti mudik juga tidak akan terhambat. Bila perlu Indonesia ke depannya bisa meniru Amerika Serikat yang menggratiskan pengguna kendaraan di sejumlah ruas tol di ‘Negeri Paman Sam’.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved