Headline
AS ikut campur, Iran menyatakan siap tutup Selat Hormuz.
Tren kebakaran di Jakarta menunjukkan dinamika yang cukup signifikan.
SEBAGAI pendatang yang telah tinggal sekitar dua tahun di Jakarta ini, saya masih merasa bingung sekaligus sangat prihatin, bahkan khawatir dengan kondisi lalu lintas di Ibu Kota ini.
Bagaimana tidak? Saya yang bekerja di lapangan setiap hari harus melewati jalan yang berbeda dengan kondisi kesemrawutan yang juga sangat berbeda.
Terkadang saya menggunakan aplikasi maps di gawai dengan harapan bisa membantu saya untuk mengetahui kondisi jalan raya yang akan saya lewati.
Tentu saja menggunakan aplikasi maps cukup membantu saya sebagai pengendara motor untuk mencari jalan yang tidak macet dan lebih aman.
Namun, tetap saja, saya merasakan bahwa mengendarai motor di jalan Ibu Kota sangat mengkhawatirkan dan sekaligus memprihatinkan bila saya melihat sikap pengendara motor lainnya.
Saya sangat menyadari bahwa saya tidak bisa berharap keadaan lalu lintas di Jakarta sama dengan kota tempat saya tinggal sebelumnya, yakni Bandung.
Kemacetan juga terjadi hampir di semua kota di Indonesia, tidak hanya di Jakarta.
Namun, kemacetan di Jakarta yang paling parah.
Namun, sesungguhnya yang membuat saya sangat khawatir ialah sikap para pengendara motor di Jakarta.
Aksi nekat pengendara motor yang membuat saya sebagai sesama pengendara motor sangat ngeri.
Terlebih saat mereka melintas di perempatan jalan.
Para pengendara motor itu akan menerobos dengan seenaknya. Seperti yang pernah saya alami di perempatan Jl Arteri Permata Hijau, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
Saat lampu masih menyala merah, tiba-tiba pengendara motor dengan jumlah yang sangat banyak nekat menerobos lampu merah.
Mereka tidak peduli dari arah lain ada beberapa mobil besar hampir menabrak mereka.
Kondisi itu terjadi berulang kali.
Saya merasa miris karena sepertinya lampu merah di wilayah tersebut tidak berguna lagi bagi sebagian besar pengendara motor.
Mereka tidak ragu-ragu menerobos lampu merah meski risiko yang mereka hadapi sangatlah besar.
Hal yang sama juga terjadi di perempatan lampu merah dekat Stasiun Tanah Abang yang menuju Kebon Sirih.
Kondisi semrawut selalu terjadi karena para pengendara motor selalu nekat menerabas lampu merah.
Bukannya sadar dengan sikapnya bahwa mereka melanggar rambu lalu lintas, mereka malah sepertinya sudah hafal dengan jalur untuk menghindar kerumunan kendaraan yang menghalau dari depan dan samping mereka.
Mereka terus saja melaju melawan arus kendaraan.
Saya yang baru tinggal dua tahun di Jakarta sangat bingung dengan kondisi di jalan raya yang semrawut tersebut.
Melalui surat pembaca ini saya berharap polisi bisa membantu mengurangi kesemrawutan lalu lintas Ibu Kota, terutama di perempatan-perempatan jalan.
Saya berharap ada tindakan tegas terhadap para pengendara motor yang sudah tidak peduli lagi dengan rambu-rambu lalu lintas.
Saya hanya bisa mengimbau sesama pengendara motor agar tidak egoistis dan bertindak semaunya di jalan raya.
Tindakan itu bisa berbahaya bagi pengendara motor sendiri dan pengendara lainnya.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved