Messi di Amerika, Yamal di Eropa

Suryopratomo Pemerhati Sepak Bola
13/7/2024 05:00
Messi di Amerika, Yamal di Eropa
Suryopratomo Pemerhati Sepak Bola(Seno)

PROVIDENTIA dei, penyelenggaraan Ilahi. Ungkapan Latin menjelaskan, perjalanan hidup manusia tidak ditentukan oleh manusia sendiri. Tuhan mengetahui apa yang akan terjadi di depan, apa yang terbaik bagi setiap orang, dan Tuhanlah yang menentukannya.

Tidak ada yang pernah membayangkan bahwa 17 tahun lalu pertemuan antara bintang muda yang baru naik daun, Lionel Messi, dan seorang bayi kecil bernama Lamine Yamal Nasraoui Ebana, ternyata memberi makna besar bagi sepak bola. Foto keduanya menjadi viral setelah Mounir Nasraoui, ayah dari Yamal yang berdarah Maroko itu, memosting di Instagram dan menuliskan ‘Awal Pertemuan Dua Legenda’.

Joan Monfort, juru foto lepas the Associated Press, merupakan orang yang mengabadikan momen tersebut. Ketika itu, dia melakukan sesi pengambilan foto untuk pembuatan kalender yang diminta Unicef dengan surat kabar lokal Diario Sport. Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa itu memang memiliki kerja sama promosi dengan klub sepak bola Barcelona.

Baca juga : Lionel Messi Nikmati Pertarungan Terakhirnya di Copa America

Pada musim gugur 2007 tersebut Monfort mengaku tidak tahu siapa yang diminta diambil fotonya. Ketika itu, ia hanya melihat ada seorang ibu bernama Sheila Ebana, yang kemudian diketahui berasal dari Equatorial Guinea, membawa seorang bayi kecil. Meski sering ikut bersama tim Barcelona untuk meliput pertandingan mereka, Monfort tidak tahu juga Sheila akan diambil foto bersama pemain Barcelona yang mana. Ternyata yang kemudian datang ialah Messi.

“Saya diminta mengambil sesi foto kalender oleh Unicef,” kenang Monfort. “Jadi Unicef mengadakan undian di lingkungan Roca Fonda di Mataró, tempat Lamine Yamal tinggal. Mereka mengikuti undian untuk berfoto di Camp Nou bersama pemain Barca, dan ternyata mereka memenangi undiannya.”

Monfort mengaku agak lupa detail kejadian 17 tahun lalu itu. Yang dia ingat, pengambilan foto tersebut tidak mudah karena Messi tiba-tiba keluar dari ruang ganti pemain dan dia pun tidak tahu bagaimana harus memegang bayi yang sedang mandi di bak plastik.

Baca juga : Deretan Pencetak Gol Termuda Euro: Dari Yamal hingga Ronaldo

“Yang saya ingat Messi ketika itu masih berusia 20 tahun dan orangnya pemalu,” kata Monfort. “Pengambilan fotonya agak repot karena ia pun kikuk bagaimana harus menggendong dan memandikan bayi.”

Monfort yang kini berusia 56 tahun sudah tidak ingat lagi foto itu. Ia baru tahu ketika dihubungi rekannya yang melihat postingan ayah Yamal di media sosial. “Saya tentunya sangat senang dikaitkan dengan momen yang kini menjadi pembicaraan di mana-mana,” ujar sang juru foto itu. “Jujur harus saya katakan perasaan saya sungguh sangat gembira.”

Seperti sebuah mukjizat, Tuhan ternyata menggariskan bahwa kedua orang itu kini sama-sama menjadi bintang sepak bola. Messi menjadi bintang bagi Argentina, sementara Yamal menjadi bintang baru bagi Spanyol. Keduanya berhasil membawa negara masing-masing melaju sampai pertandingan puncak Copa America dan Piala Eropa.

Baca juga : Copa America 2024: Lionel Messi Incar Gelar Besar Ketiga secara Beruntun

Leo Messi pantas dijuluki 'Messiah'. Pada saat usianya mulai meredup, prestasinya tidak kunjung menurun. Messi yang baru 24 Juni lalu merayakan ulang tahun ke-37 masih mampu memimpin tim Tango untuk tampil di final Copa America.

Tidak hanya itu, Messi pun menjadi penentu kemenangan timnya. Gol yang ia ciptakan ke gawang Kanada membawa Argentina menang 2-0 dan tampil di final untuk menghadapi Kolombia, Minggu malam atau Senin pagi WIB.

Dengan pilar pemain yang membawa tim Tango memenangi Piala Dunia 2022 lalu di Qatar, Argentina semakin padu. Meski para pemainnya tersebar di banyak klub Liga Eropa, pelatih Lionel Scaloni tidak kesulitan untuk membangun tim karena para pemain sudah saling mengenal. Apalagi ada Messi yang menjadi jenderal di lapangan.

Baca juga : 5 Rekor yang sudah Dipecahkan Lamine Yamal di Ajang Euro

Meski Kolombia yang harus mereka hadapi di final tampil dengan gaya yang lebih agresif, Argentina sulit untuk ditahan. Duet Messi dan Julian Alvarez di depan sulit untuk bisa dikendalikan. Apalagi ada gelandang sayap lincah Angel Di Maria dan Enzo Fernandez. Belum lagi gelandang asal Liverpool Alexis MacAllister yang selalu ada di setiap permainan di seluruh sudut lapangan dan jangkar kukuh Rodrigo de Paul.

Pelatih Kolombia asal Argentina Nestor Lorenzo harus bisa menemukan strategi khusus apabila ingin membuat keajaiban. Salah satu kuncinya ialah menemukan seorang pemain yang bisa sepanjang permainan membatasi ruang gerak Leo Messi.

Namun, itu pun bukan jaminan untuk menang karena Argentina mempunyai 10 pemain lain yang bisa memanfaatkan kelengahan lawan karena terlalu fokus menjaga Messi. Kalau Messi bisa menutup pertandingan dengan manis, inilah gelar Copa America kedua yang ia bisa persembahkan untuk tim Tango. Sebuah cerita indah dari seorang greatest of all time (GOAT), Leo Messi.

 

Sulit ditahan 

Seperti halnya Messi, Yamal sepertinya sulit ditahan untuk menjadi pemain termuda yang mengangkat Piala Eropa. Penampilan gemilang di semifinal untuk membenamkan Prancis memberikan peringatan kepada Inggris bahwa Spanyol akan menjadi mimpi buruk bagi tim asuhan Gareth Southgate.

Bersama Nico Williams yang beroperasi dari kiri, Yamal akan membuat pertahanan Inggris kerepotan. Kalau Luke Shaw bisa turun dari awal pertandingan, tim St George’s Cross bisa berharap dapat memberi perlawanan untuk mengendalikan Yamal.

Berbeda dengan Inggris yang tampil takut-takut dan tanpa imajinasi, Spanyol selalu bermain dengan penuh kegembiraan. Semua pemain tampil rileks dan pelatih Luis de la Fuente memang memberikan keleluasaan kepada anak asuhannya untuk mengembangkan kreativitas bermain.

Yamal tampil menjadi bintang di Euro 2024 karena diberi kesempatan untuk berekspresi. Ia bebas untuk bergerak dan tidak dilarang untuk melepaskan tendangan dari luar kotak penalti bila ada ruang untuk itu.

Gol balasan yang ia ciptakan ke gawang Prancis menjadi contoh bagaimana Yamal menikmati permainan. Dari luar kotak penalti ia mampu melepaskan tendangan melengkung ke arah pojok atas tiang jauh yang mustahil dijangkau kiper Mike Maignan.

Spanyol memiliki keunggulan di semua lini dari Inggris. Second striker asal RB Leipzig, Dani Olmo, bermain lebih efektif ketimbang bintang Inggris Jude Bellingham. Keberanian untuk bergerak dengan bola ke kotak penalti lawan dan melepaskan tendangan membuat Olmo menjadi gelandang serang yang menakutkan.

Gelandang bertahan Rodrigo Hernandez jauh lebih berwawasan jika dibandingkan dengan jangkar Inggris Declan Rice. Sementara itu, Fabian Ruiz lebih produktif dan menggigit jika dibandingkan dengan gelandang muda St George’s Cross, Kobbie Mainoo.

Kalau Minggu nanti Messi dan Yamal sama-sama mengangkat piala, itu menjadi bagian providentia dei. Itu tidak hanya menjadi hadiah ulang tahun ke-37 bagi Messi, tetapi juga hadiah ulang tahun ke-17 bagi Yamal yang merayakan hari kelahirannya pada 13 Juli atau sehari sebelum pertandingan final dimainkan.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya