Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
DUA pemain keturunan Indonesia, Estella Loupatty dan Noa Leatomu, mengatakan, saat ini, mereka membutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan cuaca panas di Jakarta setelah dua kali mengikuti latihan bersama Garuda Pertiwi sejak Selasa (25/6).
Estella dan Noa menjadi dua pemain keturunan yang dipanggil pelatih Satoru Mochizuki untuk mengikuti pemusatan latihan sebagai bagian dari persiapan laga uji coba melawan Hong Kong pada 11 dan 14 Juli mendatang.
Di latihan hari kedua, Rabu (26/6) siang, di Lapangan Rugby, Jakarta, keduanya terlihat bergelut dengan panasnya cuaca di Jakarta.
Baca juga : Ini Alasan Estella Loupatty dan Noa Leatomu Memilih Bergabung dengan Timnas Indonesia
Bahkan, pada sesi latihan yang terdapat beberapa internal game, Estella tidak dapat melanjutkan latihan sampai selesai karena, menurut Satoru, kepanasan.
"Saya sangat antusias sekaligus gugup karena saya harus berjuang mengamankan posisi di tim. Program latihan bagus, saya berusaha menyesuaikan dengan suhu karena sangat panas di sini," kata Estella.
"Ya, saya kesulitan dengan cuaca seperti ini. Tapi saya hanya butuh waktu. Setelah satu minggu saya akan terbiasa," tambahnya.
Baca juga : Erick Thohir Perkenalkan Dua Calon Pemain Timnas Putri dari Diaspora
Hal yang sama juga dikatakan Noa. Noa menegaskan, dari hari ke hari, dirinya dan Estella akan semakin terbiasa dengan cuaca di Jakarta.
"Aspek paling menantang di sini adalah berusaha menyesuaikan diri dengan cuaca. Tapi dari hari ke hari kami semakin terbiasa. Saya masih punya waktu satu minggu untuk menunjukkan kualitas jadi saya percaya diri," ujar Noa.
Sementara itu, bagi Estella, yang memperkuat klub Belanda AFC Vrouwen 1, mengatakan di Negeri Kincir Angin ia lebih terbiasa bermain dengan cuaca dingin dan hujan.
"Di Belanda, sebagian besar cuaca lebih dingin dan hujan. Saya lebih terbiasa dengan keadaan seperti itu," ungkap pemain berusia 20 tahun itu.
"Memang sempat panas ketika musim panas tapi biasanya sedang liburan," pungkasnya. (Ant/Z-1)
Rudy menilai Shalika sudah siap secara mental dan fisik untuk bermain di Eropa. Dia memuji potensi Shalika sebagai pemain bertahan yang mumpuni.
Indonesia membutuhkan lebih banyak lagi pemain yang berpengalaman tampil di kompetisi di luar negeri apabila ingin mentas di Piala Asia Putri dan lolos Piala Dunia.
Rudy Eka pun tidak ragu dengan kemampuan Shalika meski pesepak bola berusia 18 tahun itu meski sudah beberapa minggu tidak mengikuti latihan bersama rekan-rekannya di Jakarta.
"Kami, sebagai teman, sangat bangga dengan Shalika dan itu menjadi motivasi kami untuk bermain di luar negeri dan bekerja keras meraih impian."
Di Piala Asia Putri 2022, Indonesia berada di Grup B bersama Australia, Thailand, dan Filipina.
Indonesia, saat ini, masih dalam sanksi WADA yang tidak memperbolehkan adanya bendera negara, dalam hal ini Merah Putih, dalam setiap kejuaraan atau turnamen yang diikuti.
Urusan hati dan keluarga menjadi alasan dua pesepak bola keturunan, Estella Loupatty dan Noa Leatomu, bergabung dalam timnas putri Indonesia.
Demi menunjukkan keseriusan mereka dalam membela Indonesia, kedua pemain berdarah Ambon itu menyatakan sedang belajar Bahasa Indonesia.
Komisi XIII DPR RI sepakat menyetujui pemberian status kewarganegaraan Indonesia tiga pemain sepak bola yakni Kevin Diks, Estella Loupatty dan Noa Leatomu.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved