Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
PORTUGAL pertama kali mencicipi ketatnya putaran final turnamen kompetitif ketika lolos ke ajang Piala Dunia pada 1966.
Dengan dipimpin legenda Eusebio, saat menjalani debut tersebut, Portugal berhasil merebut peringkat ketiga.
Namun, dalam perburuan gelar juara, negeri ini membutuhkan lima dekade sampai pada akhirnya berhasil mencicipi manisnya menjadi yang terbaik.
Piala Eropa 2016 seakan menjadi pelepas dahaga Portugal setelah penantian panjang mereka seusai membekap kesebelasan Prancis di partai final, kemarin dini hari.
Pusat Kota Lisabon pun menjadi panggung pesta dadakan bagi para fan Portugal menyambut kesuksesan Cristiano Ronaldo dan kawan-kawan.
Ribuan orang tumpah ke jalan-jalan sembari meneriakkan yel-yel keme-nangan.
"Juara. Kami adalah juara Eropa!" teriak kerumunan fan yang memadati lokasi nonton bareng di sebuah sudut Kota Lisabon.
"Kami pantas mendapatkannya. Kami akhirnya membungkam Prancis dan setiap orang yang meremehkan kami. Kami membuktikan bahwa kami lebih kuat," pekik Ruben Sardinha, pemuda berusia 22 tahun.
Tidak semua warga Portugal memiliki kepercayaan diri yang tinggi pada awalnya.
Apalagi menghadapi kenyataan Ronaldo harus meninggalkan lapangan karena cedera.
Sebagian suporter pun didera rasa pesimistis.
Namun, keraguan itu terbayar lunas setelah pemain pengganti, Eder, memecah kebuntuan di menit ke-109 dan memastikan gelar ke tangan Portugal.
"Tanpa keraguan kami pantas mendapatkannya. Kami tidak arogan, tetapi rendah hati. Mungkin dengan Ronaldo kami dapat mencetak satu gol lagi. Kami bermain sebagai sebuah tim dan itu terbayar lunas," tutur pendukung fanatik Selecao das Quinas, Fernando Silva, yang telah berusia 61 tahun.
Keberhasilan itu ibarat pembalasan yang sebanding bagi kegagalan Portugal di ajang yang sama 12 tahun silam.
Mereka yang sejatinya diunggulkan karena berstatus tuan rumah harus takluk oleh tim kejutan Yunani 1-0 pada final Piala Eropa 2004.
Pencapaian itu pun bisa menjadi obat penenang di tengah krisis ekonomi yang kini mendera negara serumpun Spanyol tersebut.
Presiden Portugal Marcelo Rebelo de Sousa menyaksikan langsung laga final tersebut di the Stade de France.
Ia menyebut keberhasilan itu akan membangkitkan optimisme warga ne-garanya.
"Kami yang terbaik di Eropa. Kami menunjukkan bahwa kami diciptakan untuk menjadi kuat, bersatu, dan mampu menghadapi segala kesulitan."
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved