Headline
Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.
Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.
Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.
BILA mendengar frasa 'sepak bola Prancis', teringatlah saya kepada Zinedine Zidane, pemain yang membawa tim nasionalnya juara Piala Dunia 1998 di Prancis dan juara Piala Eropa 2000 di Belgia-Belanda.
Ia pemain fenomenal yang keahliannya mengontrol bola dengan berputar mencuatkan istilah Marseille turn, putaran Marseille. Istilah itu mengadopsi nama Kota Marseille, tempat kelahiran Zidane.
Tunggu dulu, jika Anda lebih mengenal Zidane sebagai pelatih klub Real Madrid yang baru saja memenangi gelar ke-11 mereka di pentas antarklub Eropa, itu pertanda ada perbedaan generasi di antara kita.
Memang, Zidane terakhir bermain sebagai pemain profesional pada 2006, yang berarti sudah berselang lama, 10 tahun lalu. Pada 2006 pula Zidane terakhir membela negaranya di ajang Piala Dunia 2006. Prancis diantarnya masuk final, tapi gagal juara setelah kalah di adu penalti lawan Italia.
Sepuluh tahun memang rentang waktu yang lama. Apalagi, di zaman yang diselimuti konektivitas lewat dunia internet, satu hari bisa terasa begitu cepat karena hampir tiap jam orang dapat disibukkan berita-berita baru.
Sebagian kalangan bahkan mengatakan di zaman dunia terhubung dengan internet secara lebih intens, dan perubahan dapat terjadi dalam hitungan lebih cepat daripada jam, satu generasi dapat tumbuh dan bertahan hanya dalam dua tahun, paling lama empat tahun. Jadi, 10 tahun itu dapat berarti tumbuh dan bertahannya dua generasi.
Karena itulah, ketika hadir Piala Eropa 2016 di Prancis, saya teringat pada Piala Dunia 1998 yang digelar di Prancis juga, Piala Eropa 2000, dan ajang-ajang berikutnya yang berselang-seling hadir dua tahun sekali.
Ternyata memang dapat dikatakan generasi pesepak bola di benua yang kompetisinya tergolong mapan itu, tidak seperti di negeri ini yang terkesan sebagai kompetisi bertanda asterisk (*) dengan keterangan 'Jadwal dapat berubah sewaktu-waktu', bisa muncul dan bertahan sekitar empat tahun.
Prancis, misalnya, juara di dua turnamen pada 1998 dan 2000, tapi dengan isi gerbong yang tak banyak berubah akhirnya gagal total di 2002. Spanyol juara di tiga turnamen pada 2008, 2010, dan 2012 lalu gagal total di Piala Dunia 2014 dengan tim yang mengandalkan pemain yang itu-itu lagi dan kandas juga di Piala Eropa kali ini.
Karena itu, saya tidak heran jika Jerman yang pada 2014 menjadi juara dunia ternyata akhirnya gagal di Piala Eropa 2016 karena tim mereka kini masih diperkuat pemain dari Piala Dunia 2010 seperti Michael Neuer, Mesut Oezil, Sami Khedira, dan Thomas Mueller. Bastian Schweinsteiger, Mario Gomez, dan Lukas Podolski bahkan masuk skuat Jerman sejak Euro 2008.
Terlalu berani menilai Jerman, yang dulu juara pada Euro 1996 lalu melempem total pada Euro 2000, akan gagal juara Piala Eropa 2016? Bisa jadi Apalagi, tim mereka kali ini tampil bagus, baru kebobolan 1 kali setelah 5 pertandingan dan mencetak 7 gol. Saya pun bukan orang yang terbiasa memprediksi juara.
Saya hanya menyatakan saya tidak heran jika Jerman kali ini gagal juara setelah melihat data generasi sepak bola sebelumnya. Namun, itulah kenapa disebut misteri bola itu bulat. vYang berusaha mengendalikan dengan menginjak dan menekannya justru bakal terpeleset dan jatuh.
Bola itu sepertinya harus disontek, disundul, dicocor, ditimang-timang, atau dicude (diangkat dengan kaki) agar tetap pada hukum alamnya, bergerak. Yang jelas, satu di antara beberapa makna turnamen besar seperti Piala Eropa ini bagi saya ialah pengingat akan daur hayati, atau siklus hidup, kita yang telah bergerak ke fase berikutnya.(R-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved