Headline
RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian
Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.
PIALA Dunia 2022 yang sudah bergulir, di sisi lain, turut kehilangan sejumlah tim raksasa dan langganan. Mereka tidak lolos dan hanya menjadi penonton. Kehilangan besar menimpa skuad Italia, juara Piala Dunia empat kali, yang tersisih pada babak kualifi kasi.
Penampilan Italia dinilai merosot tajam setelah menjuarai Piala Eropa 2020. Sepanjang kualifikasi menuju Qatar, mereka hanya mampu menang empat kali dan bermain imbang empat kali. Kemerosotan amat terasa karena di lima laga terakhir kualifi kasi, mereka hanya menang satu kali dan ditahan imbang pada empat pertandingan.
Skuad Gli Azzurri hanya menjadi runner-up Grup C Zona UEFA di bawah Swiss. Kesempatan kedua Italia di babak play-off juga tak mampu dimaksimalkan dengan baik. Secara mengejutkan, Italia takluk 0-1 dari Makedonia Utara dan tak lolos ke Qatar.
Inkonsistensi jawara Eropa itu juga makin terasa baru-baru ini. Pada laga persahabatan yang bergulir satu pekan terakhir, Italia mengalahkan Albania 3-1, tapi setelah itu keok dari Austria 0-2.
Sang pelatih Roberto Mancini mengaku sangat kecewa karena tak mampu meloloskan Italia ke Qatar. Terlebih, ini kali kedua beruntun Gli Azzuri tak lolos setelah edisi Rusia 2018. Dia tak membayangkan sebelumnya mimpi buruk itu bisa datang dua kali.
“Ini adalah hari-hari yang sulit karena kami tersingkir, kami harus menerimanya, tetapi itu menyakitkan,” kata Mancini dalam wawancara dengan Il Corriere Della Sera.
“Terutama setelah hasil imbang melawan Bulgaria di Florence dan 0-0 di Basel melawan Swiss, pertandingan yang seharusnya kami menangkan 3-0,” ucapnya.
Pelatih berusia 57 tahun itu mengakui rasa kecewa yang dalam masih membekas hingga sekarang. Dia berharap se iring berjalannya waktu, rasa malang itu bisa hilang. Dengan penampilan buruk di kualifi kasi, Mancini mengakui Italia tak begitu pantas lolos ke Qatar.
“Saya menonton ulang setiap pertandingan kualifi kasi dan saya tidak mengatakan kami pantas pergi ke Qatar. Kami membuat beberapa kesalahan, tetapi tidak terlalu buruk untuk tereliminasi. Saya merasa Swiss akan menimbulkan masalah bagi kami dan sayangnya saya benar,” ujarnya.
Mancini menandatangani perpanjangan kontrak hingga 2026 sebelum Italia menjuarai Piala Eropa. Meski gagal lolos ke Piala Dunia, kursinya tetap aman. Ia beralasan tetap bertanggung jawab untuk membalaskan dendam.
Mancini mengaku tetap bertahan dan tak memilih mundur karena berambisi mempertahankan gelar Eropa dan wajib lolos ke Piala Dunia 2026. “Saya bertahan karena saya ingin membalas dendam, tetapi sekarang kami tidak bisa melihat ke depan. Piala Dunia 2026 masih jauh. Sekarang kami harus fokus pada Final UEFA Nations
League dan kualifikasi Euro bahwa kami ingin mempertahankan gelar,” ujarnya.
“Saya ingin tetap mengejar Piala Dunia, tapi tidak ada yang pasti dalam sepak bola dan banyak hal masih bisa berubah. Kami ingin pergi ke Piala Dunia berikutnya dan mudah-mudahan memenanginya,” ujarnya.
Di sisi lain, Mancini berharap sistem turnamen bisa diubah. Dia berkeras Italia seharusnya bisa berada di Piala Dunia setelah memenangi Piala Eropa. Menurut dia, pemenang turnamen di tiap-tiap benua sepatutnya mendapat slot khusus untuk tampil di putaran fi nal Piala Dunia.
“Tidak hanya juara Eropa, tapi juga pemenang di setiap benua. Saya mengatakannya untuk kebaikan sepak bola. Begitu pula dengan siapa yang meraih gelar di edisi sebelumnya harus selalu dilibatkan. Dulu seperti ini di masa lalu, sepak bola tidak hanya membuat keputusan yang baik untuk dirinya sendiri,” tuturnya.
Swedia dan Ukraina
Di daratan Eropa, Swedia yang langganan lolos juga merasakan nestapa. Swedia sudah 12 kali tampil dari 21 edisi, tapi kali ini gagal. Pada edisi 2018 lalu mereka tembus ke perempat fi nal.
Perjalanan perempat finalis edisi 2018 itu ke Qatar kandas karena hanya menduduki peringkat kedua grup kualifikasi di belakang Spanyol. Di babak play-off, mereka kalah 0-2 dari Polandia.
Sepanjang tampil di Piala Dunia, Swedia mencatatkan hasil terbaik ketika menjadi tuan rumah pada 1958. Mereka tembus ke partai fi nal meskipun kalah dari Brasil.
Ukraina juga gagal lolos ke Qatar setelah kalah dramatis 0-1 dari Wales di fi nal play-off. Negara yang tengah dilanda perang itu berharap bisa tampil di utaran fi nal setelah terakhir kali pada edisi 2006. Namun, mimpi itu dikandaskan Gareth Bale dan kawan-kawan.
Ukraina bersusah payah melakoni kualifi kasi dengan tak bertanding di kandang karena adanya invasi Rusia. “Saya rasa kami sudah melakukan semua yang kami bisa, tetapi saya ingin orang-orang Ukraina mengingat tim kami, upaya kami. Saya ingin mengatakan maaf kami tidak mencetak gol. Tapi itulah olahraga, itu terjadi,” kata pelatih Ukraina Oleksandr Petrakov.
Tuan rumah edisi 2018 Rusia juga tak lolos karena diasingkan akibat invasi mereka ke Ukraina. Rusia menjadi salah satu favorit untuk lolos dari zona Eropa dan melanjutkan ambisi setelah di edisi 2018 mencapai perempat fi nal.
Namun, pengusiran paksa secara politis dari Piala Dunia 2022 dan semua laga internasional membuat Rusia tak bisa berkutik. Rusia sempat ingin mengajukan banding atas larangan tersebut ke Pengadilan Arbitrase Olahraga, tapi tidak jadi dan menarik gugatan.
Amerika dan Afrika
Di zona Amerika Selatan, Kolombia yang sebelumnya diprediksi menjadi salah satu favorit untuk mengamankan tiket ke Qatar, justru terjungkal. Kolombia fi nis keenam pada kualifi kasi zona Conmebol, hanya selisih satu poin di belakang Peru yang mengambil tiket ke play-off.
Sepanjang kualifikasi, performa mereka turun, gagal mencetak gol pada enam laga termasuk kalah 0-1 di kandang dari Peru. Saking kecewanya, suporter Kolombia bahkan sampaisampai melempari para pemain dengan kaleng minuman setelah kekalahan dari Peru yang merusak ambisi mereka lolos ke Qatar.
Cile yang yang juga langganan bahkan sejak edisi pertama 1930 pun tak mampu lolos ke Qatar. Mereka hanya mampu finis di peringkat ketujuh zona Conmebol. Dari 18 laga, Cile hanya mampu mengemas 5 kemenangan dan 4 kali seri serta 9 kali kalah. Memudarnya penampilan nama-nama bintang seperti Arturo Vidal, Gary
Medel, dan Alexis Sanchez dinilai turut membawa performa Cile terperosok ke titik terendah.
Cile sempat berusaha agar Ekuador didiskualifikasi dengan menggugat keabsahan dokumen pemain Ekuador Byron Castillo, tetapi badan arbitrase olahraga menolaknya.
Dari belahan Afrika,
Nigeria yang langganan lolos kali ini juga tak beruntung. Impian Nigeria ke Qatar pupus ketika mereka bermain imbang pada babak play-off melawan Ghana. Dua leg
play-off berakhir 1-1 di Nigeria dan 0-0 ketika laga dimainkan di Ghana. Nigeria secara dramatis tak lolos ke Qatar karena kalah gol tandang.
Padahal, sejak debut pada edisi 1994 Nigeria menjadi salah satu negara Afrika yang difavoritkan berkat gaya menyerang dan perayaan gol para pemainnya yang menghibur. (AFP/Football Italia/Marca/R-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved