Headline

Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Seberapa Jauh Qatar Mampu Melaju

Suryopratomo Pemerhati Sepak Bola
19/11/2022 07:10
Seberapa Jauh Qatar Mampu Melaju
Suryopratomo Pemerhati Sepak Bola(MI/Seno)

PIALA Dunia 2022 mulai besok akan bergulir. Untuk pertama kalinya, pesta sepak bola empat tahunan itu digelar di jazirah Arab. Isu-isu pelanggaran hak asasi manusia dan ketidakpantasan Qatar sebagai tuan rumah masih terus digaungkan menjelang turnamen berlangsung.

Hanya penyelenggaraan yang baik serta memuaskan tim peserta dan penonton bisa menjawab semua cemoohan yang muncul. Apalagi jika kesebelasan Qatar bisa mengulang prestasi yang pernah ditorehkan Korea Selatan sebagai negara Asia pertama yang bisa menembus empat besar Piala Dunia, 20 tahun lalu.

Kalau melihat prestasi Qatar selama ini, dibutuhkan kerja keras yang luar biasa untuk bisa melakukan itu. Di Asia saja sangat jarang the Maroon mencatatkan prestasi gemilang. Satu-satunya prestasi besar mereka ialah menjuarai Piala Asia 2019.

Inilah yang membuat pelatih Qatar Felix Sanchez berupaya meningkatkan kualitas permainan tim asuhannya. Apalagi berbeda dengan Korsel atau Jepang, nyaris tidak ada satu pun pemain Qatar yang mengecap kompetisi di Eropa.

Naturalisasi menjadi jawaban Qatar untuk mendongkrak prestasi. Qatar mencari beberapa pemain berbakat di dunia untuk mengisi beberapa posisi penting dan memberikan mereka kewarganegaraan dengan jaminan hidup yang menggiurkan. Setidaknya ada tiga pemain berdarah Sudan, satu Irak, dan satu Prancis yang menjadi pilar the Maroon sekarang ini.

Sebagai negara minyak, uang sama sekali bukan masalah bagi negeri itu. Sama dengan ketika pada 2010 mereka maju dalam pemilihan tuan rumah Piala Dunia. Mereka bisa 'memengaruhi' para pejabat FIFA untuk berpihak pada Qatar ketimbang negara adidaya, Amerika Serikat.

Tidak tanggung-tanggung, Federal Bureau of Investigation AS kemudian turun untuk menyelidiki kemungkinan adanya korupsi di tubuh FIFA. Akibatnya, orang seperti Presiden FIFA Joseph Blatter dan Presiden Asosiasi Sepak Bola Eropa Michel Platini terlempar dari jabatannya serta harus berurusan dengan tuduhan korupsi.

Menjelang Piala Dunia 2022 bergulir, Blatter mengatakan, penunjukan Qatar sebagai tuan rumah sebagai kesalahan besar dari kepemimpinannya. “Qatar terlalu kecil untuk menjadi tuan rumah sebuah kejuaraan yang sangat besar,” kata Blatter.

Ia bahkan menyampaikan kesalahan ini terjadi karena ada intervensi Presiden Prancis Emmanuel Macron melalui Platini. Namun, mantan bintang sepak bola Prancis—yang menjadi pendukung utama Qatar sebagai tuan rumah—menyangkal adanya perintah Macron kepada dirinya untuk memenangkan Qatar. Macron yang sedang berada di Bangkok, Thailand untuk menghadiri Pertemuan APEC meminta isu Piala Dunia 2022 tidak dibawa ke politik.

Blatter sendiri sudah menyatakan tidak akan hadir untuk menyaksikan pertandingan di Qatar. “Saya akan menonton melalui televisi saja,” kata tokoh sepak bola asal Swiss itu.

 

Hadapi Ekuador

Qatar beruntung berada di Grup yang relatif ringan di penyisihan. Lawan terberat yang harus mereka hadapi pada tiga pertandingan pertama hanyalah Tim Oranye, Belanda. Kalau pada pertandingan pembukaan mereka bisa mengalahkan Ekuador maka Almoez Ali dan kawan-kawan akan lebih percaya diri untuk menghadapi Senegal dan Belanda.

Yang dibutuhkan Qatar ialah kepercayaan diri dari seluruh tim, terutama pada pertandingan pembukaan yang disaksikan puluhan ribu penonton dan miliaran manusia melalui layar kaca. Mereka harus yakin akan kemampuan diri mereka.

Tim asuhan Sanchez itu tidak perlu lagi memedulikan penampilan kurang meyakinkan dalam serangkaian uji coba yang sudah dilakukan sepanjang 2022 ini. Dari sembilan kali uji coba, dua kali mereka menang atas Ghana dan Bulgaria, lima kali seri, dan dua kali kalah dari Kanada dan tim Krosia U-23. Kini semua harus fokus untuk membongkar pertahanan grendel Ekuador yang dikenal kukuh.

Di Piala Dunia kali ini Ekuador memilih untuk lebih tampil bertahan. Dari 26 pemain yang dibawa ke Qatar, hanya empat pemain yang murni penyerang, sisanya pemain belakang dan gelandang.

Ekuador merupakan peserta terakhir yang menetapkan 26 pemain pada 14 November lalu. Pelatih Gustavo Alfaro memutuskan untuk tidak memasukkan bek kanan Byron Castillo ke dalam tim yang akan dibawa ke Qatar. Castillo menjadi isu yang ramai dibicarakan di Amerika Latin karena dipersoalkan kewarganegaraannya.

Cile mempersoalkan kewarganegaraan Castillo karena ia lahir di Kolombia. Badan Arbitrase Olahraga (CAS) menetapkan Castillo berhak membela Ekuador. Tetapi Ekuador dianggap menutupi fakta dan memberikan informasi menyesatkan sehingga dihukum FIFA pengurangan tiga poin untuk penyisihan Piala Dunia 2026 dan dijatuhi denda uang 100.000 franc Swiss.

Menyusul kontroversi itu Alfaro memilih untuk tidak membawa bek kanan andalannya dengan alasan cedera. Sebagai gantinya, ia memasukkan William Pacho yang bermain untuk Antwerp, Belgia.

Di tangan pelatih asal Argentina itu, Ekuador tidak mudah untuk ditembus pemain awal. Mereka mampu menahan Argentina dan Brasil di penyisihan Amerika Latin. Tidak usah heran apabila Ekuador menjadi salah satu dari empat negara yang lolos langsung ke Qatar.

Dengan Moises Caicedo yang menjadi playmaker, Ekuador mampu melakukan serangan balik yang cepat. Caicedo merupakan salah satu pemain yang membuat Brighton & Hove Albion tampil istimewa di Liga Primer Inggris musim ini.

Dua ujung tombak Michael Estrada dan Enner Valencia sangat dingin untuk menyelesaikan serangan. Tidak usah heran apabila Ekuador mampu mencetak 27 gol sepanjang penyisihan Grup Amerika Latin dan hanya kebobolan 19 kali.

Tugas Qatar untuk hanya tidak boleh kehilangan angka besok malam memang bukanlah pekerjaan yang mudah. Sanchez harus menerapkan taktik yang jitu untuk bisa membongkar pertahanan Ekuador dan mencuri kemenangan pertama.

Ujung tombak kembar Almoez Ali dan Akram Afif harus tampil kompak dan bahu membahu membongkar pertahanan Ekuador. Sebab, kuartet pertahanan Ekuador memiliki jam terbang tinggi dan teruji di Liga Eropa.

Pertandingan uji coba menghadapi Cile menjadi modal berharga bagi Sanchez. Setidaknya tim asuhannya memahami karakter permainan Amerika Latin yang kuat dengan permainan individunya. Hasil imbang 2-2 ketika itu seharusnya menjadi pelajaran penting untuk bisa meredam kecepatan para pemain Ekuador.

Pemain berdarah Sudan Abdulaziz Hatem dan pemain berdarah Prancis Karim Boudiaf diharapkan mengangkat permainan The Maroon. Apabila mereka bisa mengalirkan bola dengan lancar, akan membuka peluang bagi Ali dan Afif untuk menjebol gawang Alexander Dominguez.

Qatar harus bisa mencuri gol lebih dulu apabila ingin meraih kemenangan perdana di ajang Piala Dunia. The Maroon akan kesulitan untuk bangkit apabila kecolongan gol terlebih dahulu.

Semua orang memang menunggu, sejauh apa Qatar bisa bertahan? Kalau nasib mereka seperti Afrika Selatan yang tersingkir di babak penyisihan, maka isu banyaknya korban jiwa karena kelelahan dalam mempersiapkan ajang Piala Dunia 2022 akan kembali menyeruak dan mengganggu kerja Qatar sebagai tuan rumah.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya