Headline

Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.

Fokus

Tidak mengutuk serangan Israel dan AS dikritik

Pertaruhan Singa Gigih di Tangan sang Legenda

Akmal Fauzi
18/11/2022 05:25
Pertaruhan Singa Gigih di Tangan sang Legenda
(Timnas Kamerun AFP/KENZO TRIBOUILLARD)

PERTARUHAN besar timnas Kamerun untuk Piala Dunia Qatar 2022 ada di tangan salah satu pemain terhebat mereka, Rigobert Song, yang telah ditunjuk sebagai pelatih pada Februari lalu. Karena kurangnya pengalaman manajerial di level timnas senior, Song menghadapi tantangan untuk membawa tim berjuluk 'Singa yang Gigih' melewati babak penyisihan grup.

Tidak ada yang meragukan kontribusi besar Song untuk sepak bola Kamerun. Dia bermain di empat Piala Dunia, delapan Piala Afrika, memenangi dua gelar Afrika, dan membuat rekor nasional 137 penampilan untuk negaranya. Namun, 'sang Legenda' belum memenangi publik Kamerun dalam peran barunya sebagai pelatih.

Mantan bek Liverpool itu diharapkan mengulangi capaian Roger Milla dan kawan-kawan yang mampu mencapai perempat final pada 1990 serta menempatkan sepak bola Afrika ada di persaingan dunia. Negara Afrika Tengah itu mungkin mendambakan pengulangan keajaiban 32 tahun lalu, tetapi kenyataan pahitnya ialah Kamerun hanya memenangi satu laga di Piala Dunia sejak 1990, yakni melawan Arab Saudi pada 2002.

Pada Piala Dunia terakhir yang diikuti 2014, Kamerun kalah dalam tiga laga serta kebobolan sembilan gol. Hasil itu jadi rekor terburuk dari 32 tim di Piala Dunia 2014.

Dalam misi pertamanya, Song berhasil membawa Kamerun memenangi play-off Zona Afrika dua leg melawan Aljazair, Maret lalu, untuk lolos ke Qatar. Namun, dua bulan jelang kick-off Piala Dunia, mereka menderita dua kekalahan, melawan Uzbekistan 0-2 dan kalah dari Korea Selatan 0-1.

Kekalahan itu menimbulkan pertanyaan apakah Presiden Federasi Sepak Bola Kamerun (Fecafoot), Samuel Eto'o, mantan rekan setim Song, terlalu tergesa-gesa dalam mengganti Toni Conceicao. Pelatih asal Portugal itu membawa Kamerun ke posisi ketiga di Piala Afrika tahun ini dan meletakkan dasar untuk membangun tim yang tangguh.

Eto'o menepis keraguan itu. Bahkan, mantan pemain Barcelona itu sesumbar tim Afrika akan membuat sejarah dan mendominasi Piala Dunia di Qatar dengan Kamerun mengalahkan Maroko di final.

"Afrika selalu memiliki potensi untuk mencapai Piala Dunia yang sukses, tetapi kami tidak selalu menunjukkan wajah terbaik kami hingga saat ini. Selama bertahun-tahun, tim Afrika telah memperoleh lebih banyak pengalaman, dan saya pikir mereka siap tidak hanya untuk berpartisipasi di Piala Dunia, tetapi juga untuk memenanginya," kata Eto'o.

 

Perlawanan ketat

Song telah merilis 26 pemain yang akan dibawa ke Qatar. Kekuatan Kamerun ada di sektor depan, dengan hadirnya sejumlah pemain berkualitas seperti pemain Liga Arab Saudi, Al-Nassr, Vincent Aboubakar yang bakal memimpin tim dengan ban kapten di lengannya. Catatan 33 gol dari 88 cap jelas membuat pemain berusia 30 tahun itu bakal tetap jadi andalan Song.

Selain itu masih ada Eric Choupo-Moting yang tampil luar biasa untuk Bayern Muenchen. Pemain berusia 33 tahun itu mencetak sembilan gol dalam delapan pertandingan terakhirnya untuk juara Jerman tersebut. Di level timnas, Choupo-Moting telah mencetak 18 gol dari 68 cap.

Kamerun tergabung di Grup G bersama Serbia, Swiss, dan Brasil yang merupakan salah satu tim paling sukses dalam sejarah Piala Dunia setelah memenangi gelar lima kali.

"Timnas Brasil bukan hanya peringkat pertama di FIFA, melainkan juga pemilik lima gelar juara dunia. Swiss juga tim yang tidak bisa dianggap remeh. Namun, Kamerun ialah Kamerun, kami akan menunjukkan perlawanan yang ketat," kata Song.

Sementara itu, Aboubakar mengatakan timnya yakin masih bisa meladeni perlawanan Serbia dan Swiss. Ia lalu menyoroti timnas Brasil yang dinilai memiliki kedalaman skuad yang bagus. Namun, Aboubakar tak gentar dengan Neymar Jr dan kawan-kawan.

"Kami tidak akan takut dengan Brasil karena tim saat ini bukanlah Brasil yang lama. Memang benar mereka memiliki beberapa pemain berkualitas, tetapi Anda membutuhkan skuad yang bersatu untuk melaju jauh di turnamen. Sebuah tim dengan nama besar tapi tanpa persatuan tidak berarti apa-apa." ujarnya. (AFP/Espn/R-2)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Triwinarno
Berita Lainnya