Headline
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan
MANTAN kapten tim nasional Inggris, Steven Gerrard, turut buka suara mengomentari kegagalan skuat Tiga Singa dari putaran final Piala Eropa 2016 Prancis setelah dihentikan oleh tim kejutan Islandia di babak 16 besar dengan kekalahan 1-2.
"Saya tidak bisa menerima penjelasan bahwa masalah sepak bola Inggris adalah pemainnya tidak cukup bagus. Argumen yang sama akan terus berulang setiap kali kami keluar dari turnamen bergengsi. Pemain yang dinilai berlebihan dan Liga Primer Inggris tidak sekuat yang dibayangkan," kata Gerarrd membuka kolomnya di harian Telegraph terbitan Rabu (29/6) setempat.
"Inggris gagal dengan cara terburuk pada Senin (27/6) malam karena lemahnya pengambilan keputusan dan ketidakmampuan menyikapi sebuah peristiwa yang terjadi dan kesalahan-kesalahan masa lalu yang terus berulang," ujarnya menambahkan.
Menurut Gerrard, salah satu momen kuncinya ialah saat Islandia mencetak gol untuk mengungguli Inggris, keadaan tertinggal itu membuat pikiran para pemain The Three Lions akan mulai terbebani tentang konsekuensi apa jika mereka kalah ketimbang memikirkan bagaimana kembali berkonsentrasi terhadap jalannya permainan.
"Saya benci mengatakan ini, tapi pikiran Anda akan menciptakan situasi imajiner Anda pulang ke Tanah Air dan hujan kritik yang didapatkan. Anda tidak bisa menghentikannya," tutur Gerrard.
Sejak itu, kata mantan pemain Liverpool itu, segalanya akan menjadi berantakan dan kemungkinan untuk mengatasinya sangat kecil.
Gerrard tidak mengelak jika hal tersebut dikatakan sebagai tanda kerapuhan mental, tetapi ia lebih melihatnya sebagai warisan atas kegagalan Inggris menjuarai satu pun turnamen bergengsi dalam waktu separuh abad.
Terakhir kali, Inggris menjuarai turnamen bergengsi pada Piala Dunia 1966.
"Inggris bukanlah negara dengan tradisi menjuarai Piala Eropa ataupun Piala Dunia dan dampak psikologis hal tersebut nyata sebagai petunjuk utama masalah Inggris," katanya.
Ia menilai kegagalan di tingkat timnas jauh lebih sulit ketimbang di level klub, sebab untuk klub waktu pemulihan hanya membutuhkan hitungan pekan atau bulan sedangkan kegagalan di timnas akan membutuhkan waktu dua tahun tampil konsisten untuk menjawab kritik.
Di sisi lain, media Inggris sendiri tidak memahami warisan psikologis separuh abad tanpa trofi tersebut sehingga selalu mengambil jarak sebagai kritikus yang tak pernah tanggung.
Menurut Gerrard, selanjutnya FA mempunyai tugas besar untuk penunjukan pelatih baru menyusul mundurnya Roy Hodgson selepas kekalahan dari Islandia tersebut.
"Sebagai penggemar Inggris, saya tak pernah merasa sesedih ini tetapi Inggris harus bersikap konstruktif demi memastikan itu tidak terjadi lagi," kata Gerrard.
"Dan (media Inggris) harus berhati-hati sebelum mendakwa Inggris tidak punya bakat. Seharusnya kita merawat bakat yang ada, bukan membunuhnya," pungkas Gerrard. (Ant/OL-5)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved