Headline

Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Generasi Baru La Tricolor

Dhika Kusuma Winata
28/10/2022 08:05
Generasi Baru La Tricolor
Pelatih Ekuador, Gustavo Alfaro.(AFP/Rodrigo Buendia )

SELURUH mata dunia akan tertuju pada laga pembuka antara tuan rumah Qatar melawan Ekuador. Sempat absen pada edisi 2018, Ekuador lolos ke Qatar dengan wajah baru dihuni talenta-talenta muda.

Bagi Ekuador, pertandingan pembuka Grup A pada 20 November mendatang akan menjadi ujian sekaligus etalase bagi skuad muda yang diasuh pelatih Gustavo Alfaro untuk membuktikan diri.

Di zona kualifikasi Amerika Selatan atau Conmebol, skuad berjuluk La Tricolor itu menjadi skuad dengan rata-rata usia termuda, yakni 26 tahun 10 bulan. Mereka juga paling banyak memainkan pemain muda pada kelompok U-20 untuk tampil sepanjang kualifikasi.

Tak ayal, perubahan generasi menjadi kunci Ekuador bisa kembali berkiprah pada Piala Dunia kali ini setelah gagal lolos di Rusia empat tahun lalu. Ekuador yang membangun tim dengan perpaduan antara pemain muda dan berpengalaman berambisi menciptakan kejutan.

"Menjadi privilese untuk terlibat dalam pertandingan pembuka di Piala Dunia. Karena itu, ini akan seperti final bagi kami karena itu akan memiliki pengaruh besar, baik untuk kami sendiri maupun Qatar dan bagaimana posisi di grup. Kami harus menerjemahkannya ke dalam permainan, juga melakukannya dengan rasa tanggung jawab," kata Alfaro.

Piala Dunia kali ini menjadi yang keempat bagi Ekuador. Mereka debut dalam ajang sepak bola dunia itu pada edisi 2002 di Jepang dan Korea Selatan, lalu tampil lagi di Jerman pada 2006 dengan capaian terbaik lolos ke babak 16 besar. Setelah itu, mereka baru lolos lagi pada edisi 2014 di Brasil.

Tantangan di Grup A tak akan mudah bagi Ekuadorkarena selain menghadapi Qatar sebagai tuan rumah, mereka juga harus melewati tim kuat asal Afrika, yakni Senegal. Belum lagi ada salah satu tim favorit dari Eropa, yakni Belanda.

Alfaro menilai peluang lolos dari Grup A terbuka sama lebar bagi semua tim. Dia mengakui Qatar akan menjadi tantangan krusial pertama. Qatar memiliki beberapa pemain muda, tetapi mereka tidak terbiasa tampil di panggung dunia dan tidak memiliki pengalaman bersaing di level tertinggi.

Sementara itu, Senegal merupakan jawara di Afrika, tetapi mereka juga tidak memiliki catatan yang kuat dalam Piala Dunia. Adapun Belanda memiliki sejarah dan tim dengan kualitas tinggi, tetapi skuadnya juga masih sangat muda.

"Dari empat tim, Qatar dalam kondisi terbaik karena mereka memiliki lebih banyak waktu bermain bersama. Mereka saat ini berlatih bersama dan bermain pada laga persahabatan. Saya tidak melihat kurangnya chemistry di skuad Qatar dan mereka mendapat keuntungan dalam hal itu," ucap Alfaro.

"Belanda ialah prospek yang berbeda karena mereka berusaha memaksakan diri melalui permainan berbasis penguasaan bola. Namun, saya telah memberi tahu para pemain saya bahwa kami mampu menghadapi Argentina dan Brasil, yang keduanya merupakan tim bergaya Eropa dengan talenta Amerika Selatan, dan kami tampil bagus melawan mereka," imbuh pelatih asal Argentina itu.

Pada kualifikasi zona Amerika Selatan, Ekuador finis di peringkat empat mengungguli negara-negara favorit lainnya di kawasan, seperti Cile dan Kolombia. Mereka lolos juga dengan catatan apik menahan imbang dua tim raksasa, yakni Brasil dan Argentina.

Selain dihuni banyak darah muda, Ekuador jugamasih akan mempertahankan beberapa pemain senior. Mantan striker West Ham yang kini bermain untuk Fenerbahce, Enner Valencia, masih menjadi kandidat kuat untuk diandalkan di lini depan.

Pemain berusia 32 tahun itu akan menjadi salah satu nama pertama dalam daftar skuad Alfaro di Qatar. Valencia yang juga pernah bermain untuk Everton itu di timnas tergolong produktif dengan 35 gol dari 70 penampilannya. Sepanjang kualifikasi, dia juga mencetak 4 gol.

Beberapa pemain berpengalaman lain seperti Angel Mena dan Carlos Gruezo juga akan menjadi tumpuan dari sisi pengalaman.

 

Giliran Caicedo

Selain Valencia, yang juga akan jadi andalan Alfaro ialah Moises Caicedo. Sewindu lalu, Moises Caicedo yang baru berusia 12 tahun punya kenangan tersendiri menonton timnas Ekuador pada Piala Dunia 2014. Tak punya televisi di rumahnya, dia menonton aksi skuad La Tricolordari tempat tetangga.

Tak dinyana, sekarang dunia seakan terbalik dan giliran Caicedo yang akan menjadi sorotan mata seantero Ekuador yang menantikan penampilannya dalam Piala Dunia Qatar.

Banyak harapan publik Ekuador diletakkan di pundak Caicedo yang bermain pada Liga Premier Inggris berseragam Brighton & Hove Albion.

Gelandang tengah berusia 20 tahun itu selalu menjadi andalan Brighton dan sejauh ini sudah tampil pada 11 laga sebagai starter. Dia juga sudah mengemas satu gol.

Di Brighton, Caicedo mendapat kepercayaan besar ketika dilatih Graham Potter yang kini menangani Chelsea. Peranan yang dimainkannya krusial sebagai pemain serbabisa di lini tengah yang mengatur tempo permainan. Di usia yang amat muda, Caicedo dinilai memperlihatkan kematangan yang cukup.

 

Dia pun memupuk optimisme agar bisa mengantarkan Ekuador melaju sejauh mungkin di Qatar. Selama tiga kali tampil di Piala Dunia, skuad La Tricolor baru satu kali tembus ke fase gugur pada 2006 di Jerman. (FIFA/Dailymail/Thestar/R-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya