Headline

Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.

Fokus

Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.

Diego tidak Bisa Mati

MI
27/11/2020 01:35
Diego tidak Bisa Mati
Seorang ayah bersama putranya berdiri menyentuh mural bergambar legenda sepak bola Argentina Diego Armando Maradona(AFP)

PADA 22 Juni 1986, Stadion Azteca, Meksiko, menjadi saksi kedigdayaan sosok bernama Diego Armando Maradona membuat gol ‘Tangan Tuhan’ dan gol terbaik sepanjang masa ke gawang Inggris.

Tidak hanya kemenangan 2-1 itu. Seluruh penjuru jagat kemudian melihat El Pibe del Oro Anak Emas mengantarkan Tango menjadi juara dunia, tujuh hari berselang.

Dunia pun terhenyak ketika sang maut menjemput Maradona di usia 60 tahun. Setelah dukungan doa jutaan warga Argentina ketika El
Diego menjalani operasi otak, pada 3 November lalu, Maradona berpulang akibat serangan jantung, pada Rabu 25 November waktu
Argentina. 

“Dia sendirian memenangi pertandingan,” kata legenda Prancis Zinedine Zidane yang berusia 14 tahun ketika Maradona berlari sepanjang 60 meter, melewati lima pemain Inggris, dan menjebol gawang Peter Shilton.

“Itu hal ekstra yang dia miliki jika dibandingkan dengan pemain lain. Pada 1986, dia sudah berada di level lain,” kenang Zizou.

Dua pemain top yang masih merumput saat ini, Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo, juga mendudukkan Maradona sebagai sebuah
keabadian.

“Hari yang menyedihkan bagi seluruh warga Argentina dan dunia sepak bola. Ia meninggalkan kita semua, tetapi tidak pernah betulbetul pergi sebab Diego kekal,” tulis Messi dalam Instagram pribadinya, @leomessi.

“Hari ini saya mengucapkan selamat jalan kepada seorang teman dan dunia berpisah dengan sosok genius yang abadi,” tulis Ronaldo dalam Instagram pribadinya, @cristiano.

Pelatih Atletico Madrid Diego Simeone, yang pernah bermain bersama Maradona di timnas maupun klub menyatakan El Diego selalu hidup. “Diego tidak bisa mati,” tegas Simeone.

Mantan ujung tombak timnas Indonesia Bambang Nurdiansyah memuji skill Maradona seakan memiliki roh. Banur merasakan itu ketika Indonesia takluk 0-5 dari Argentina, dan Maradona mencetak dua gol, pada ajang Piala Dunia U-20 1979 di Jepang.

“Penjagaannya sangat ketat. Maradona sudah jadi bintang saat itu,” kenang Banur yang kala itu harus rela menunggu lama untuk bisa berfoto dengan Maradona kendati tinggal di hotel yang sama.

Kenangan akan sepak terjang pemain bertinggi 165 sentimeter membuat orang Naples, Italia, berkeinginan Stadion San Paolo diubah  menjadi Stadion Diego Maradona. Sosok yang mengantarkan klub Napoli berjaya dua kali menjadi juara Italia. Bahkan, ada seruan ke FIFA untuk memensiunkan nomor 10, milik sang maestro.

Argentina pun berkabung tiga hari dan menyemayamkan jenazah ‘Anak Emas’ negeri itu di Istana Kepresidenan, Buenos Aires.

‘Si Mutiara Hitam Pele’ yang kini berusia 80 tahun merindukan bisa bermain dengan Maradona. “Saya yakin, suatu hari nanti kita akan bermain sepak bola di atas langit sana,” kata Pele. (Berbagai sumber/Mal/Dmr/R-2)
 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya