Headline
Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.
Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.
Warga bahu-membahu mengubah kotoran ternak menjadi sumber pendapatan
ANDRES Iniesta tidak pernah bisa melupakan masa-masa indah di Barcelona. Pada usia 12 tahun, ia meninggalkan kampung halamannya, Fuentealbilla, dengan linangan air mata untuk menimba ilmu sepak bola di La Masia, Barcelona.
Di tempat itu, ia beruntung bisa bertemu dengan pemain-pemain, seperti Carles Puyol, Xavi Hernandez, Victor Valdés, Lionel Messi, Gerard Pique, dan Sergio Busquets, yang kemudian menjadi sahabat sejatinya. Hampir setengah abad waktu dihabiskannya memakai kostum Blaugrana. Kegembiraan dan kesedihan datang silih berganti sepanjang waktu itu.
Namun, ia tidak pernah akan melupakan momen terindah ketika podium penghargaan pemain terbaik dunia, Ballon d’Or, diisi oleh tiga pemain yang sejak remaja bersama di Barcelona: Iniesta, Xavi, dan Messi.
Seperti lirik lagu My Way Frank Sinatra, Iniesta merasakan, “The end is near.” Xavi sudah tiga tahun lalu meninggalkan Barca. Puyol dan Valdes bahkan setahun sebelumnya mundur. Ia pun sudah hampir dua tahun keluar dan kini bermain di Vissel Kobe, Jepang. Tinggal Messi, Piquet, dan Busquets yang masih bertahan di Barca. Iniesta merasakan La Masia yang dulu begitu subur melahirkan bintang, sekarang mulai terasa gersang. Akademi sepak bola di Camp Nou tidak lagi seproduktif seperti 25 tahun lalu ketika ia menimba ilmu di sana.
Barcelona memang sedang berubah. Bahkan badai besar sedang datang menerpa. Guncangan besar sedang melanda, yakni manajemen saling tidak percaya dan bahkan sekarang hubungan dengan pemain pun sedang terluka.
Messi yang biasanya lebih banyak diam, akhirnya bersuara keluar. Di media sosial, ia merasakan ketidakadilan yang dilakukan manajemen Barcelona sekarang ini. Para pemain sadar pandemi covid-19 membuat semua mengalami kesulitan. Namun, mereka tidak pernah diajak bicara untuk mencari jalan keluar bersama.
Secara tiba-tiba Presiden Barca Josep Maria Bartomeu mengumumkan pemotongan gaji para pemain. Itulah yang membuat para pemain bereaksi dan Messi memimpin perlawanan secara terbuka kepada manajemen Barcelona.
Di tengah situasi penuh ketidakpastian akibat wabah covid-19, badai besar harus dihadapi Barca. Mosi tidak percaya kepada Bartomeu ditunjukkan dengan mundurnya enam pejabat Barcelona dari kepengurusan.
Enam orang yang menyatakan mundur ialah Wakil Presiden Emili Rousaud dan Enrique Tombas. Pun Direktur Silvio Elias dan Josep Pont, serta dua pejabat yang tidak diduga Bartomeu untuk juga mundur, yaitu Jordi Calsamiglia dan Sekretaris Dewan Direktur Maria Teixidor.
Barcagate
Keenam orang itu, secara khusus, kini menuntut untuk dilakukan audit keuangan. Mereka meminta perusahaan akuntan PricewaterhouseCopers melalukan audit terhadap penyalahgunaan keuangan yang pantas dikategorikan sebagai Barcagate.
Demi menjaga citranya, Bartomeu disebut menyewa perusahaan I3 Venture untuk membuat kampanye positif mengenai dirinya di media sosial. Sebaliknya, Presiden Barca itu meminta I3 untuk membuat kampanye negatif kepada beberapa pemain dan mantan pemain yang dinilai tidak loyal kepada manajemen.
Bartomeu dituduh melakukan pembayaran kepada I3 sebanyak tiga kali. Presiden Barcelona itu menolak tuduhan tersebut, demikian pula pihak I3 menyangkal telah mendapat proyek dari Bartomeu.
Suasana di dalam manajemen Barca sekarang ini telanjur penuh dengan ketidakpercayaan. Apalagi, Bartomeu tidak mau mundur dari jabatannya yang baru akan berakhir tahun depan. Peraturan organisasi menetapkan harus ada 13 pejabat yang mengundurkan diri apabila ingin dilakukan pergantian pengurus.
Ketidakrukunan di tubuh manajemen itu membuat suasana di dalam tim menjadi tidak nyaman. Untuk pertama kalinya dalam empat tahun terakhir, Barca dipaksa menyerah 0-2 dari musuh bebuyutan, Real Madrid. Messi dan kawan-kawan tidak merasa harus terpukul kalah dalam duel El Classico, 2 Maret lalu.
Messi merasa Bartomeu tidak terlalu peduli dengan kondisi Barcelona. Meski ia sudah mengingatkan untuk mencari pengganti bagi Luis Suarez dan Ousmane Dembele yang harus istirahat panjang karena cedera, Presiden Barcelona dan Direktur Olahraga Eric Abidal tidak terlalu memperhatikannya.
Tidak usah heran apabila prestasi Barca di musim ini tidak konsisten. Dalam musim ini, mereka dipaksa menelan lima kali kekalahan. Kalau Barcelona masih bisa memimpin klasemen sementara hanya karena di pertandingan terakhir, Real Madrid dipaksa menyerah 1-2 dari Real Betis.
Mulai Januari
Ketidakharmonisan di tubuh Barcelona merupakan kelanjutan dari perseteruan yang muncul sejak Januari. Puncaknya terjadi saat pelatih Ernesto Valverde dicopot pada 13 Januari. Direktur Olahraga Barce lona Eric Abidal menuduh pemecatan Valverde disebabkan pembangkangan yang dilakukan para pemain.
“Banyak pemain yang tidak puas (dengan Valverde) dan mereka juga tidak bekerja dengan sepenuh hati,” ujar Abidal dalam wawancara dengan surat kabar Catalunya. “Ada juga masalah komunikasi internal. Di ruang ganti pakaian, hubungan mereka memang terlihat baik, tetapi ada hal-hal yang sebagai mantan pemain, saya bisa mencium ada sesuatu yang tidak beres. Saya memberitahukan apa yang saya pikirkan itu kepada manajemen dan saya pikir keputusan harus diambil.”
Messi ketika itu langsung menuntut Abidal untuk mengklarifi kasikan pernyataannya. Pernyataan yang tidak jelas itu membuat para pemain saling bertanya-tanya dan curiga.
“Kalau pejabat direktorat olahraga mengatakan ada pemain yang tidak puas dan tidak bermain dengan sepenuh hati, tolong sebut siapa orang itu. Kalau tidak berani menyebut namanya, berarti ia hanya mencoreng nama baik pemain, mengotori tim, dan itu tidak benar,” jawab Messi dalam Instagram-nya.
Meski sama-sama pernah bermain dalam satu tim, Abidal ternyata tidak mau terbuka kepada Messi. Termasuk terhadap isu untuk menunjuk Xavi sebagai pengganti Valverde, tapi mantan gelandang Barcelona itu disebut menolak tawaran itu. “Kami tidak pernah berniat untuk menunjuk Xavi sebagai pelatih Barca karena ia tidak punya pengalaman melatih,” ujar Abidal berkilah.
Namun, setelah mundurnya Valverde, Barca kesulitan mendapatkan pelatih pengganti. Setelah Xavi menolak, mantan libero Blaugrana Ronald Koeman juga menolak tawaran itu. Akhirnya, Barcelona menunjuk Quique Setien sebagai pelatih baru.
Dengan melihat kondisi yang dihadapi Blaugrana sekarang ini, Iniesta mengatakan dirinya masih ingin bermain sepak bola dan terikat kontrak dengan Vissel Kobe hingga 2021. “Kalau waktunya tiba, saya tentu sangat senang kalau bisa kembali ke Barca. Hanya saja, pertanyaannya bagaimana caranya, apa peran yang harus saya lakukan, seperti apa situasinya, dan siapa yang memimpin klub?” kata Iniesta.
Ia berharap ada perubahan besar di Barca pada tahun depan. Apalagi, ia mendengar Victor Font akan maju untuk menjadi Presiden Barcelona. Apabila ia bisa menggantikan Bartomeu, besar kemungkinan Xavi akan ditunjuk menjadi pelatih baru. Mungkinkah Iniesta akan ikut mendampingi Xavi sebagai pelatih? “Saya belum tahu apakah saya akan menjadi pelatih atau tidak sesudah pensiun nanti. Saya juga tidak tahu di mana Xavi nanti. Namun, sebagai formula, itu sangat bagus (kalau sama bersama Xavi menjadi pelatih),” ujar gelandang andal itu.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved