Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
SIE sind die Besten! Mereka yang terbaik. Itulah ucapan yang disampaikan pelatih Liverpool Juergen Klopp terhadap tim yang diturunkan saat menghadapi Napoli di pertandingan pertama penyisihan Grup E Liga Champions, Selasa (17/9).
Meski tampil menguasai pertandingan, ‘Tim Merah’ harus menyerah 0-2 dari tuan rumah Napoli.
Liverpool memang bukan tidak punya kelemahan. Napoli yang tampil tanpa rasa takut memaksa pemain belakang The Reds membuat blunder jelang akhir laga.
Pertama kesalahan yang dilakukan bek kiri Andrew Robertson untuk menghentikan gerakan penyerang sayap Jose Collejon di menit ke-82 yang berakibat hukuman penalti. Kedua, back pass keliru center-back Virgil van Dijk pada injury time yang tanpa ampun dimanfaatkan penyerang pengganti Fernando Llorente untuk menaklukkan kiper Adrian San Miguel.
Klopp menyayangkan keputusan wasit menjatuhkan hukuman penalti yang membuat tim asuhannya menelan pil pahit persis seperti musim lalu saat dikalahkan Napoli 0-1 di tempat yang sama.
Hukuman itu dinilai terlalu berlebihan karena Robertson sudah menyentuh bola dan Callejon melakukan diving.
“Saya kira hukuman penalti terlalu berlebihan karena tidak ada pelanggaran di sana. Namun, dalam sepak bola, wasit kadang bisa membuat kesalahan untuk kejadian yang begitu cepat,” ujar Klopp yang dengan sportif mengakui keunggulan tim tuan rumah.
Seperti pengalaman musim lalu, kapten kesebelasan Jordan Henderson melihat kekalahan itu sebagai pembelajaran bagi timnya. “Ini merupakan peringatan bagi kami untuk memperbaiki permainan pada pertandingan selanjutnya,” kata Henderson.
Kemampuan untuk segera bangkit dari kekalahan dibutuhkan karena besok Liverpool harus bertandang ke Stamford Bridge. Tidak tanggung-tanggung mereka menghadapi The Blues, Chelsea.
Seperti halnya The Reds, Chelsea harus menelan pil pahit pada pertandingan perdana Liga Champions. Di kandang sendiri, tim asuhan Frank Lampard dipaksa menyerah 0-1 oleh Valencia.
Kekalahan itu terasa menyesakkan karena The Blues mendapat hadiah penalti untuk menyamakan kedudukan. Namun, Ross Barkley yang dipercaya menjadi algojo gagal menjalankan tugas karena tendangannya membentur mistar bagian atas dan melejit ke luar gawang.
Lampard mendapat kritikan tajam karena mempercayakan peluang emas itu kepada Barkley yang baru masuk sebagai pemain pengganti. Kalau saja penalti diserahkan kepada Jorginho atau Willian yang tampil menawan, Chelsea tidak kehilangan tiga angka di kandang. “Ross Barkley memang pengambil tendangan penalti Chelsea. Kalau dia tidak ada di lapangan, memang peran itu diambil alih Willian atau Jorginho. Namun, saat itu dia ada di lapangan, maka dialah yang memang harus mengambil penalti itu,” ujar Lampard mencoba membela anak asuhnya.
Namun, gol tunggal Rodrigo Moreno 16 menit jelang bubaran membuat perjalanan Chelsea untuk lolos ke-16 besar menjadi lebih berat. Bulan depan mereka harus bertandang ke kandang Lille dan Ajax.
The Blues harus segera kembali ke jalur kemenangan untuk mengembalikan kepercayaan diri tim. Perjuangan itu tidak mudah karena Liverpool yang harus dihadapi juga sedang berupaya untuk kembali ke jalur kemenangan. Bahkan, bagi Liverpool, pertandingan besok malam lebih berarti karena mereka sudah membukukan lima kemenangan berturut-turut di Liga Premier.
Setelah kekalahan telak 0-4 dari Manchester United, Lampard sebenarnya mulai menemukan formasi terbaiknya. Tiga pemain muda, Fikayo Tomori, Mason Mount, dan Tammy Abraham, menjadi pilar utama the Blues untuk mengumpulkan delapan poin dari lima pertandingan pertama.
Ketiga pemain itu mempersembahkan lima gol bagi Chelsea saat mengempaskan tuan rumah Wolverhampton 5-2 pada pekan kelima Liga Primer. Dengan hattrick yang dilakukannya, Tammy Abraham kini bahkan berada pada daftar teratas penyerang tersubur. Pemain berusia 21 tahun itu sudah mencetak 7 gol, sama dengan mesin gol Manchester City, Sergio Aguero.
Tanpa Mason Mount
Kala menghadapi Liverpool nanti, Chelsea harus kehilangan Mason. Pemain berusia 19 tahun itu ditarik keluar karena cedera ankle saat menghadapi Valencia. Lampard menyadari absennya Mason merupakan kehilangan yang sangat berarti.
“Saya tentu sangat berharap dia segera pulih, tetapi melihat cedera yang dialami, kemungkinan dia harus beristirahat beberapa minggu,” katanya, sedih.
Tanpa Mason, Chelsea tinggal berharap kepada Pedro atau gelandang menyerang asal Belgia, Michy Batshuayi. Bersama Willian, mereka diharapkan bisa memasok bola kepada Abraham yang diharapkan bisa mempertahankan ketajamannya.
Dengan pola 3-4-2-1, Chelsea berupaya untuk memenuhi lapangan tengah agar bisa meredam aliran bola Liverpool. Trisula Sadio Mane, Roberto Firmino, dan Mohamed Salah merupakan trio penyerang yang menakutkan. Ketiganya merupakan mesin gol yang membuat Liverpool bisa membukukan 15 gol dalam lima pertandingan pertama atau rata-rata tiga gol pada setiap pertandingan.
Kekuatan Liverpool terletak pada kapten kesebelasan Henderson yang tidak pernah mengenal lelah untuk memasok bola ke tiga penyerang mereka. Bersama gelandang asal Belanda, Georginio Wijnaldum, aliran bola dari lapangan tengah selalu mengalir lancar. ‘The Reds’ masih memiliki gelandang penyeimbang asal Brasil, Fabinho, yang pandai dalam membaca permainan.
Dengan mendorong dua bek sayap asal Spanyol, Marcos Alonso dan Cesar Azpilicueta, bermain di tengah, Chelsea berharap bisa meredam dominasi Liverpool. Apalagi, gelandang asal Kroasia, Mateo Kovacic, sudah pulih dari cedera sehingga bisa mendampingi Jorginho untuk menjaga keseimbangan tim.
Tantangan terberat ‘the Blues’ ada pada tiga pemain belakang. Andreas Christensen, Tomori, dan Antonio Ruediger harus mampu berhadapan satu lawan satu dengan trio Salah, Firmino, dan Mane. Sedikit saja kesalahan mereka lakukan, tidak ada lagi pemain pelapis yang bisa mencegah penyerang Liverpool itu untuk berhadapan langsung dengan kiper Kepa Arrizabalaga.
Di depan pendukungnya sendiri, Chelsea harus tampil seperti Napoli yang tidak mengenal takut sejak menit pertama. Gebrakan awal seperti yang dilakukan saat menghadapi Valencia perlu diulang untuk menghindari dominasi Liverpool.
Newcastle United pernah berhasil untuk mencuri gol pertama saat bertandang ke Anfield. Sayangnya, mereka kemudian mengendur sehingga Liverpool bisa bangkit dan mencetak tiga gol balasan, dua dicetak Mane dan satu gol oleh Salah.
Sejauh ini Arsenal merupakan tim papan atas yang sudah merasakan gempuran para pemain Liverpool. Liverpool memang merupakan tim terbaik Liga Inggris 2019. Namun, jika keberuntungan tidak memihak, ‘the Reds’ bukan tidak bisa dikalahkan.
Stamford Bridge mempunyai daya magis yang tidak kalah dari Anfield. Patung Peter Osgood yang berdiri di depan pintu masuk stadion seakan mengingatkan para pemain untuk tidak membuat malu ‘the Blues’. Dengan semangat itulah Cesar Azpilicueta dan kawan-kawannya akan berupaya untuk tidak dipermalukan tim tamu dua kali berturut-turut. Kalau tidak, Klopp akan semakin menepuk dada: “Sie sind die Besten!”.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved