Headline

Istana minta Polri jaga situasi kondusif.

Suporter tidak juga Dewasa

Despian Hidayat
04/9/2019 00:20
Suporter tidak juga Dewasa
Polisi mencoba menghalau suporter dari area lapangan Stadion Brawijaya, Kediri.((ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani/wsj))

BENTROK suporter sepak bola pecah di Kediri, Jawa Timur, selepas laga Liga 2 antara Persik Kediri dan PSIM Yogyakarta di Stadion Brawijaya, Senin (2/9) malam. Insiden yang disesalkan dan menunjukkan suporter yang belum dewasa mendukung tim pujaan.

Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), Gatot S Dewa Broto menyayangkan atas terjadinya insiden tersebut. "Kita sesalkan bersama. Artinya, sudah sejumlah kejadian yang menelan korban itu berulang. Ini tidak boleh terjadi lagi, dan ini sudah menjadi concern kita bersama, artinya concern para pemangku kepentingan. Baik oleh suporter khususnya, maupun klub," ungkapnya saat dihubungi Media Indonesia, kemarin.

Gatot meminta suporter menjunjung sportivitas. "Kalau enggak, sepak bola Indonesia tidak akan pernah maju-maju," lanjut Gatot yang meminta kepolisian untuk melakukan penegakan hukum tanpa pandang bulu kepada suporter yang memulai terjadinya insiden.

Selepas laga yang dimenangi tuan rumah Persik 2-0, keributan terjadi saat sebagian suporter tamu berusaha memasuki lapangan hijau. Keributan berlanjut di luar lapangan. Puluhan motor dan tiga mobil yang diparkir di luar stadion dirusak.

Anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI, Yunus Nusi, sangat menyayangkan keributan suporter karena pertandingan justru berjalan lancar."Kasihan sepak bola kita kalau suporternya masih belum dewasa," tutur Yunus kepada Media Indonesia, tadi malam.

Petakan rivalitas

Pascakejadian tersebut, Yunus berencana untuk meminta seluruh panpel klub untuk memetakan kondisi rivalitas suporter di Indonesia. Jika perlu, PSSI membuat kebijakan bahwa suporter lawan tak diperbolehkan menonton di stadion jika berpotensi ribut. "Saya akan tegaskan ke klub jangan sampai membuka peluang kepada suporter tim tamu yang hanya ingin ribut," ucapnya.

Panitia Pelaksana Pertandingan Persik Kediri Widodo kepada Antara, kemarin, mengatakan akibat insiden tersebut ada beberapa orang terluka. Korban luka dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara Kediri serta RS Gambiran Kediri.

Widodo menjelaskan ada dua kelompok suporter PSIM yang berkomunikasi dengan pihaknya, yakni Brajamusti (Brayat Jogja Mataram Utama Sejati) dan The Maident (Mataram Independent). "Awalnya kami siapkan 500 tiket, tetapi mereka minta 1.000. Kami berikan, ternyata yang datang lebih dari 1.000 orang sampai 2.000 orang," ungkap Widodo.

Di sisi lain, PT Liga Indonesia Baru (LIB) selaku operator kompetisi Liga 2 menunggu laporan resmi dari berbagai pihak terkait dengan keributan di Kediri. "Kami sangat menyesalkan insiden tersebut. Kami akan menunggu laporan resmi dari beberapa pihak (di antaranya pengawas pertandingan). Setelah itu baru akan ditentukan langkah berikutnya," kata Direktur PT LIB Dirk Soplanit dalam keterangan resminya, kemarin.

Dari Yogyakarta, Brajamusti--kelompok suporter PSIM-- melaporkan kasus penyerangan yang mengakibatkan sembilan korban luka dan satu orang meninggal. Seperti diberitakan Medcom.id, kasus itu dilaporkan ke Kantor Polda DIY, Senin (2/9). Penasihat hukum korban, Koko Sudan Sudiarto, mengatakan kasus dugaan penyerangan suporter PSIM terjadi setelah laga melawan Mitra Kukar di Stadion Mandala Krida, Selasa (27/8). (*/R-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Triwinarno
Berita Lainnya