Headline
Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.
PENANTIAN panjang PSM Makassar untuk merebut satu gelar juara berakhir sudah. Untuk pertama kali dalam hampir 20 tahun, ‘Juku Eja’, julukan PSM, akhirnya kembali merasakan manisnya sebuah gelar juara setelah menjadi yang terbaik di ajang Piala Indonesia 2018/2019.
PSM menjadi juara setelah menundukkan Persija Jakarta 2-0 di leg kedua final yang berlangsung di Stadion Andi Mattalatta, Mattoanging, Makassar, kemarin. Kemenangan itu membuat PSM menang agregat 2-1 setelah di leg pertama kalah 0-1. Dua gol kemenangan PSM dalam laga tersebut dicetak Aaron Evans saat laga baru berlangsung 3 enit dan Zulham Zamrun di menit ke-49.
Trofi Piala Indonesia menjadi gelar pertama PSM di kancah domestik dalam 19 tahun terakhir setelah menjadi juara Liga Bank Mandiri 2000. Adapun di semua kompetisi, lokal maupun internasional, PSM terakhir kali menjadi juara pada 2001 dengan menjuarai Ho Chi Minh City Cup.
Kesuksesan PSM meraih trofi Piala Indonesia makin lengkap setelah dua pemainnya terpilih menjadi pemain terbaik. Bek muda Asnawi Mangkualam Bahar terpilih sebagai pemain muda terbaik dan Zulham Zamrun menjadi pemain terbaik sekaligus top scorer bersama penyerang Persebaya Surabaya, Amido Balde, dengan koleksi 10 gol.
Seusai pertandingan, pelatih Persija Julio Banuelos mengaku tim asuhannya telah berusaha keras sepanjang laga. Namun, hanya bermain dengan 10 orang sejak menit ke-33 setelah Sandi Sute terkena kartu merah, menurut Julio, sangat merugikan Persija.
“Selamat kepada PSM. Laga berjalan imbang karena kedua tim tampil menyerang. Namun, sangat disayangkan kami harus bermain dengan 10 orang sejak pertengahan babak pertama,” ujar Julio.
Striker Persija Bambang Pamungkas juga mengucapkan selamat kepada PSM. Menurutnya, kedua tim tampil baik dan menunjukkan pertandingan yang bagus.
“Sulit bermain dengan 10 orang. Saya pikir kami sudah memberikan yang terbaik. Sekarang kita lupakan hasil malam ini dan fokus ke liga untuk memperbaiki posisi,” ujar Bambang.
Ancam mundur
Sementara itu, Madura United mengancam mundur dari kompetisi Liga 1 2019/2020. Ancaman itu dikeluarkan Madura United terkait dengan kepemimpinan wasit Adi Riyanto saat laga melawan Bhayangkara FC di Stadion Madya Atletik, Jakarta, Senin (5/8).
Dalam laga yang berakhir 1-1 tersebut, wasit menganulir gol Madura United yang diciptakan Alberto Beto Goncalves di pertengahan babak kedua. Wasit menilai sebelum gol tercipta terjadi pelanggaran terhadap pemain Madura United.
“Kami akan mengajukan protes ke PSSI terkait dengan gol yang dianulir. Wasit meniup peluit setelah peristiwa gol terjadi. Pelanggaran terhadap Engelberd Sani posisinya advanted untuk kami sehingga laga tidak bisa dihentikan,” kata Manajer Madura United, Haruna Soemitro.
Haruna menambahkan pihaknya akan mengikuti mekanisme sebagai anggota federasi sesuai aturan yang berlaku dengan mengirim nota protes resmi. Akan tetapi, kalau hal itu masih belum cukup juga, jelas Haruna, sebaiknya Madura United menarik diri dari kompetisi dengan segala risikonya.
“Madura sudah berusaha mempersiapkan diri untuk kompetisi yang bersih dengan mempersiapkan pemain dengan level dan nilai yang tinggi. Akan tetapi, kalau masih saja ‘warnanya’ seperti ini, kontribusi Madura United menjadi tidak berarti apa-apa. Lalu untuk apalagi kami ikut kompetisi ini,” tegasnya. (MG/Cah/Des/R-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved