Headline
Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.
Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.
"TERUS terang saya sebenarnya tidak memperkirakan (comeback) itu bakal terjadi. Saya pikir kemenangan itu bukan tentang taktik, bukan tentang filosofi. Ini soal hati dan jiwa dan empati fantastis yang dibuat Juergen (Klopp) kepada sekelompok pemainnya," cetus arsitek kenamaan asal Portugal, Jose Mourinho mengomentari kesuksesan Liverpool mengalahkan Barcelona 4-0 pada leg II semifinal Liga Champions, kemarin dini hari WIB.
Mungkin bukan hanya Mourinho yang sebelumnya pesimistis dengan peluang the Reds untuk melaju ke final, bahkan meski laga kedua tersebut berlangsung di Anfield yang terkenal angker. Betapa tidak?
Selain dalam posisi tertinggal 0-3, 'si Merah' juga tidak bisa menurunkan kekuatan terbaiknya, lantaran beberapa pilar utama mereka dibekap cedera. Terutama dua penyerang andalannya, Mohamed Salah dan Roberto Firmino. Alhasil, sang arsitek Juergen Klopp terpaksa harus menurunkan pemain seadanya.
Namun faktanya, Liverpool mampu menuntaskan misi yang nyaris mustahil tersebut. Mereka mampu memberondong gawang Barca yang dikawal Marc-Andre ter Stegen lewat brace dari Divock Origi (7' dan 79') dan Giorginio Wijnaldum (56', 58').
Dengan keunggulan agregat 4-3, the Kop pun berhak atas tiket ke final. Ini berarti kali kedua beruntun 'si Merah' melaju ke partai puncak kompetisi kasta tertinggi di 'Benua Biru' tersebut. Sayangnya, musim lalu mereka dijegal Real Madrid 1-3 di final.
"Bukan persoalan mudah untuk mengalahkan Barcelona, bahkan lebih sulit lagi jika dengan clean sheet. Saya tak tahu bagaimana mereka melakukannya. Ada banyak hal penting di dunia ini, tapi menciptakan atmosfer yang emosional seperti ini bersama-sama merupakan hal yang spesial. Ini semua tentang kinerja pemain," cetus Klopp selepas pertandingan.
"Tentu saja kami harus main serius, tapi juga perlu sedikit nakal. Itu perlu. Barcelona bertahan dengan baik dari hal-hal yang terprediksi. Tapi, Anda perlu membuat improvisasi dan tak tertebak pada sejumlah kesempatan," kata Klopp lagi mengomentari sepak pojok yang dilakukan Trent Alexander-Arnold yang berbuah gol keempat timnya.
"Saya yakin banyak orang yang tidak memberi kami kesempatan, sebelum pertandingan. Kami tahu mengalahkan Barcelona akan sulit, tetapi itu masih mungkin bagi kami. Kepercayaan yang kami dapatkan di ruang ganti sangat menakjubkan, seperti yang Anda lihat," timpal kapten Liverpool, Jordan Henderson.
"Kami tahu di Anfield, kami bisa melakukan sesuatu yang istimewa. Dengan dukungan suporter, semua pemain, ini adalah malam yang istimewa di Anfield," imbuhnya.
Super sub
Pada bagian lain, Georginio Wijnaldum mengaku sempat kesal dengan keputusan Klopp yang hanya menjadikan dia sebagai pemain cadangan. Namun, kemudian ia masuk saat pergantian babak untuk menggantikan Andrew Robertson yang cedera. Saat itulah ia membayar kepercayaan tersebut.
"Saya benar-benar marah karena manajer menempatkan saya di bangku cadangan. Saya cuma mencoba membantu tim saya, (dan) saya senang saya bisa melakukannya dengan dua gol," ujar pemain asal Belanda itu.
Berbeda dengan Wijnaldum, Origi yang diplot sebagai pengganti Mohamed Salah lebih memilih merendah seusai laga. Ia mengatakan keberhasilan Liverpool menyingkirkan Barcelona lebih karena perjuangan keras tim.
"Itu lebih karena tim (daripada gol saya). Kami melakukannya dengan sangat baik. Kami tahu ini akan menjadi malam yang istimewa. Kami ingin bertarung untuk para pemain yang cedera. Kami berjuang sangat keras," tutur Origi. (AFP/UEFA/BBC/R-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved