Headline
Karhutla berulang terjadi di area konsesi yang sama.
Karhutla berulang terjadi di area konsesi yang sama.
Angka penduduk miskin Maret 2025 adalah yang terendah sepanjang sejarah.
PRANCIS mampu mengatasi kesalahan-kesalahan dan ketidaksempurnaan di final Piala Dunia saat mereka mengalahkan Kroasia dengan kekuatan mental untuk mengangkat trofi untuk kedua kalinya. Hal itu dikatakan pelatih Didier Dechamps, Minggu (15/7).
Prancis menang 4-2 atas Kroasia untuk membawa mereka mengangkat trofi dan Deschamps menjadi orang ketiga, setelah Mario Zagallo asal Brasil dan Franz Beckenbauer asal Jerman, yang menjuarai Piala Dunia sebagai pemain dan pelatih.
Namun mereka harus bekerja keras selama satu jam dan memerlukan gol bunuh diri dan penalti untuk meraih keunggulan.
"Sumber kebanggaan terbesar saya adalah mereka bermain dengan suasana pikiran yang tepat," kata Deschamps, yang merupakan kapten Prancis saat mereka menjuarai Piala Dunia 1998, kepada para pewarta.
"Hari ini terdapat ketidaksempurnaan. Kami tidak melakukan semuanya dengan tepat. Namun, kami memiliki kualitas-kualitas mental dan psikologis yang begitu menentukan untuk Piala Dunia ini," imbuhnya.
Prancis membuka keunggulan melalui gol bunuh diri Mario Mandzukic dan mereka direpotkan oleh serangan Kroasia, termasuk gol penyama kedudukan pada menit ke-28, sebelum kembali memimpin melalui hadiah penalti.
Mereka kemudian mencetak dua gol pada pertengahan babak kedua untuk memastikan keunggulan atas Kroasia.
Deschamps mengatakan sebanyak 14 dari para pemainnya merupakan pendatang baru di Piala Dunia. Namun, mereka siap bekerja untuk tujuan bersama dan secara mental lebih dewasa dibandingkan usia mereka.
"Bakat tidak cukup. Anda perlu aspek-aspek psikologis dan mental. Dengan hal itu tim manapun mampu untuk mendaki gunung-gunung," kata Deschamps.
"Terkadang saya dapat menjadi sangat keras kepada mereka namun saya melakukannya untuk mereka dan bahkan meski mereka muda, mereka biasanya mendengarkan."
Di antara para pendatang baru terdapat Kylian Mbappe, yang terpilih sebagai pemain muda terbaik di turnamen akbar ini dan menyumbang gol keempat Prancis.
"(Permainan) kolektif selalu penting namun terdapat pemain-pemain individual yang membuat perbedaan," ucapnya, menyebut nama Mbappe dan pemain terbaik pertandingan final Antoine Griezmann.
"Ke-23 pemain itu sekarang selamanya akan dikaitkan dengan apapun yang terjadi. Mereka akan menjalani jalur-jalur yang berbeda namun selamanya
akan terikat bersama dan sejak hari ini tidak akan ada profesionalisme yang sama, karena mereka adalah juara dunia."
"Kami akan menyadari apa yang terjadi besok," ucapnya setelah para pemainnya dua kali menyerbu konferensi pers untuk menyiraminya dengan sampanye.
"Saat ini, mereka belum tahu maknanya menjadi juara dunia."
Pria 49 tahun itu, yang juga memimpin Prancis ke final Piala Eropa 2016 saat mereka kalah dari Portugal, mengatakan bahwa kekalahan itu mungkin merupakan kunci untuk menjuarai Piala Dunia.
"Mungkin jika kami adalah juara Eropa, kami pada hari ini tidak akan menjadi juara dunia. Saya belajar banyak dari kekalahan itu," ucapnya.
"Final Piala Eropa berbeda. Kami kali ini berusaha untuk tetap rileks dan para pemain tahu apa yang harus mereka lakukan dan apa yang dipertaruhkan," pungkasnya. (OL-2)
Didier Deschamps mengantakan timnas Prancis menjadi juara Piala Dunia 2018 di Rusia serta mencapai final Piala Dunia 2022 di Qatar dan Euro 2016.
Kante, pemain yang membantu Prancis merebut trofi Piala Dunia 2018, sejatinya tidak asing dengan posisi kapten di timnas Prancis.
RANDAL Kolo Muani mencetak dua gol di Brussels saat Prancis menang 2-1 melawan Belgia pada lanjutan UEFA Nations League, Selasa (15/10) dini hari WIB.
Prancis unggul dua poin dari Belgia yang berada di posisi ketiga, yang tertinggal tiga poin dari pemimpin grup, Italia.
Dua gol dari Randal Kolo Muani dan Ousmane Dembele mengantarkan kemenangan Les Bleus.
Luciano Spaletti, sebagai pelatih, telah berjanji untuk membangun tim baru.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved