Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Les Bleus Menatap Sejarah Indah

Agus Triwibowo Laporan dari Rusia
08/7/2018 11:39
Les Bleus Menatap Sejarah Indah
(AFP/FRANCK FIFE)

HANYA selang 20 hari sebelum kemenangan gemilang 2-0 di babak perempat final atas Uruguay, Jumat (6/7), les Bleus melakoni laga perdana melawan Australia. Sepanjang 90 menit, anak asuhan Didier Deschamps tak tampil meyakinkan ketika unggul 2-1 atas tim yang tidak diunggulkan itu.

Apalagi, gol kemenangan Prancis lahir dari sepakan penalti serta aksi bunuh diri Aziz Behich saat hendak menghadang tendangan Paul Pogba. Gol itu pun tak lepas dari kontribusi teknologi garis gawang karena bola tipis melewati garis sebelum mental ke luar lagi.

Permainan hambar berlanjut. Les Bleus hanya menang 1-0 atas Peru dan berbagi skor kacamata dengan Denmark. Mereka lolos ke 16 besar dengan iringan kritik, bermain membosankan.

Kini, kemenangan atas Uruguay seperti menjawab kritikan. Prancis mampu berubah dengan cepat. Itu terjadi ketika di laga 16 besar menang 4-3 atas Argentina. Itulah laga yang bisa dikatakan terbaik sepanjang Piala Dunia di Rusia.

Permainan cemerlang Prancis berlanjut hingga saat mengalahkan Uruguay untuk menjejak semifinal menghadapi Belgia di St Petersburg, pada 10 Juli. Kini pertanyaan besar mengemuka, apakah Prancis bakal melaju hingga laga pemungkas?

Itu pula yang dijawab sang pelatih, Deschamps, setelah mengalahkan Uruguay. "Yang bisa saya katakan saat ini adalah kami memiliki potensi untuk berada di semifinal. Mari kita lihat apa yang terjadi. Kami tumbuh melawan Argentina. Kemudian, kami menunjukkan telah berkembang (saat mengalahkan Uruguay)," ucapnya.

"Kami bermain bagus, tapi itu bukan pertandingan yang sempurna. Ada begitu banyak hal yang bisa kami perbaiki," tegas kapten les Bleus saat memenangi Piala Dunia 1998 dan Piala Eropa 2000 itu.

Tidak diragukan lagi, Prancis melakukan apa yang tim sukses lainnya lakoni di Piala Dunia. Ada sejumlah contoh dalam sejarah bahwa tim yang biasa-biasa saja di awal, tetapi bisa jadi kampiun.

Mungkin contoh terbaik, yakni apa yang ditunjukkan Italia pada 1982. Mereka hanya imbang 0-0 melawan Polandia, berbagi skor 1-1 dengan Peru, serta seri 1-1 saat menghadapi debutan Kamerun. Azzurri lolos hanya karena unggul selisih gol atas wakil Afrika itu. Enzo Bearzot pun tutup mulut kepada awak media.

Di babak selanjutnya, bersama juara bertahan Argentina dan Brasil, Italia menyapu dua kemenangan dengan apik. Termasuk unggul di laga klasik atas Brasil dengan skor 3-2 yang ditandai trigol Paolo Rossi. Italia kemudian mengalahkan Polandia dan akhirnya menundukkan Jerman untuk menjadi juara dunia.

Kenangan 1998

Prancis juga merupakan contoh relevan saat mereka menjadi kampiun 1998. Dengan dimotori Zinedine Zidane, penampilan tim yang kala itu berstatus sebagai tuan rumah tidaklah impresif.

Mereka hanya menang lewat babak perpanjangan waktu atas Paraguay di babak kedua dan menang adu penalti atas Italia di perempat final. Hingga di semifinal, Prancis kebobolan lebih dulu dari Kroasia. Lalu, melalui dua gol Lilian Thuram, Prancis lolos ke final. Saat di final, Prancis meraup kemenangan emas dengan mengalahkan Brasil. Penampilan apik yang selalu diingat.

Laga di Stadion St Petersburg, Selasa (10/7), bakal menjadi pembuktian bagi Prancis. Di situlah kemampuan mereka untuk mengulang sejarah dengan melewati 'kuda hitam' Belgia demi menapak ke final lantas juara patut diuji. (AFP/FIFA/X-8)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya