Duel Dua Kuda Hitam di Novgorod

Agus Triwibowo Laporan dari Rusia
01/7/2018 13:35
Duel Dua Kuda Hitam di Novgorod
(AFP/EMMANUEL DUNAND AND PHILIPPE LOPEZ)

KROASIA pantas diunggulkan melaju ke babak selanjutnya ketimbang lawan mereka di babak 16 besar, Denmark. Tiga kemenangan di babak penyisihan, termasuk menghancurkan Argentina 3-0, membuat anak asuhan Zlatko Dalic pantas menjadi pemenang atas Denmark pada duel di Nizhny Novgorod, dini hari nanti.

Penampilan Kroasia mengingatkan catatan finis ketiga di Piala Dunia 1998 yang ditandai dengan prestasi striker Davor Suker sebagai pencetak gol terbanyak. Kini, selepas era generasi emas 20 tahun silam, Kroasia menjelma lagi menjadi kekuatan sepak bola dunia.

Sebut saja bintang-bintang yang mereka miliki, Luka Modric, Ivan Rakitic, serta Mario Mandzukic. Lewat trio serang ini, Kroasia bisa mengentak siapa pun lawan di fase gugur, termasuk Denmark, dini hari nanti.

"Pada 20 tahun lalu, Kroasia melakukan kejutan besar di Piala Dunia. Namun, saya pikir ini waktu terbaik untuk meraih kesempatan itu," tegas pemain jangkar Kroasia yang bermain di Liverpool, Inggris, Dejan Lovren.

Ketangguhan pertahanan Kroasia juga dibarengi dengan produktivitas gol yang baik. Mencetak tujuh gol dan hanya kebobolan satu menjadi jaminan keseimbangan bermain antara bertahan dan menyerang.

"Kami menikmati gaya permainan sepak bola yang kami miliki. Saya yakin kami kini bakal bermain lebih bebas dan lepas," tandasnya.

Apa yang dilakukan Dalic membuat atmosfer tim Kroasia terjaga sepanjang persaingan di Rusia 2018. "Ada atmosfer yang spesial di tim. Kondisi ini membuat kami bakal terus melaju jika kami mampu tampil berani," jelas Lovren lagi.

Pengatur serangan Vatreni, julukan tim Kroasia, Ivan Rakitic tidak ingin timnya jemawa. "Denmark lawan yang tangguh dan memiliki rekor tidak terkalahkan, itu pesan yang sangat jelas. Mereka tahu tim tangguh dan besar," jelasnya.

Gaya atraktif

Hanya, Denmark sebagai tim lawan juga tidak bakal menyerah dengan mudah. Tim 'Dinamit' juga memiliki catatan tidak terkalahkan sepanjang 17 laga terakhir di bawah asuhan pelatih asal Norwegia, Age Hareide, termasuk mengimbangi permainan tim unggulan, Prancis, dengan skor tanpa gol di penyisihan grup.

Lolos ke 16 besar ternyata tidak membuat Christian Eriksen dan kolega mendapat pujian setinggi langit. Pasalnya, permainan skuat 'Negeri Dongeng' itu dinilai masih medioker. Bukan seperti kala meledak di Piala Dunia 1986 atau semasa menjadi kampiun Piala Eropa 1992 bersama kiper legendaris Peter Schmeichel, ayah penjaga gawang Denmark saat ini Kasper Schmeichel.

Bagi Hareide, publik Denmark sepertinya ingin memainkan gaya atraktif karena mereka merasa sebagai Brasil-nya Skandinavia. Namun, dia telah membuat tim yang tangguh dengan 17 laga tidak terkalahkan dan hanya kebobolan 1 sepanjang 6 penampilan terakhir.

Hareide kini harus bersiap menghadapi tekanan lebih besar daripada tim yang agresif, seperti Kroasia. Kelemahan Denmark mengontrol permainan serta minim masuk hingga sepertiga daerah terakhir lawan, membutuhkan pembenahan cepat.

Hasil sangatlah penting bagi publik Denmark. Akan tetapi, kritik yang tetap menerpa kendati sudah lolos ke 16 besar menunjukkan publik Denmark membutuhkan permainan layaknya tim 1986 atau 1992. Itu yang harus ditunjukkan Hareide saat memberikan instruksi kepada para pemainnya.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya