Headline

Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Menggapai Maqam Qana’ah

Nasaruddin Umar
20/3/2025 05:10
Menggapai Maqam Qana’ah
Nasaruddin Umar Menteri Agama; Imam Besar Masjid Istiqlal\(MI/Seno)

KEPUASAN itu amat relatif dan subjektif. Ada seorang yang kehausan lantas diberi air setengah gelas, orang itu merasa terhina karena air tersebut tidak sanggup membasahi tenggorokannya.

Seorang lagi datang dengan kehausan yang sama dan menyaksikan air setengah gelas. Ia bersyukur, alhamdulillah, walaupun hanya setengah gelas, lumayan bisa membasahi kerongkongan. Alhasil orang ini merasa dahaganya terobati meski hanya dengan air setengah gelas karena berangkat dari persepsi positif. Sebaliknya, orang yang pertama sama sekali tidak terobati dahaganya karena berangkat dari persepsi negatif. Orang yang pertama contoh orang yang tidak qana’ah dan orang yang kedua contoh orang qana’ah.

Secara literal, qana’ah berarti rela menerima jatah pembagian. Qana`ah adalah merasa tenang dalam menghadapi hilangnya sesuatu yang biasa ada, merasa cukup dengan yang sedikit, dan bersyukur dengan apa adanya. Nabi SAW bersabda: “Qana’ah merupakan perbendaharaan yang tak pernah akan habis.”

Dalam Kitab Zabur disebutkan, orang yang qana’ah adalah orang yang kaya walaupun ia dalam keadaan kelaparan. Ada qaul yang mengatakan Allah SWT meletakkan kemuliaan di dalam lima hal, yaitu kemuliaan dalam ketaatan, kehinaan dalam kemaksiatan, kekhusyukan dalam salat malam, kebijaksanaan dalam perut yang kosong, dan kekayaan dalam qana’ah.

Kalangan arifin berkata kalian harus memotong segala sesuatu yang mengantarkan kepada kerakusan dengan pedang qana’ah. Nabi Musa AS ketika cenderung merasa rakus melalui ucapannya kepada Khidhr, “Jika kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu," (QS Al-Kahf [18]:77), maka ia dihukum melalui ucapan Khidhr, "Inilah perpisahan antara aku dan kamu,” (QS Al-Kahf [18]: 78).

Dikatakan bahwa Allah mengutus seekor kijang ke hadapan Musa dan Khidhr AS ketika Musa melontarkan ucapannya tadi. Di dekat Khidhr ada daging kijang yang sudah terpanggang dan di dekat Musa juga ada daging kijang yang masih mentah. Hal ini memberi isyarat bahwa Khidhr itu bersikap sabar atas kelaparan maka ia menyantapnya, sedangkan Musa AS yang tidak sabar justru tidak bisa menyantapnya.

Dalam mengomentari ayat 97 Surat al-Nahl, “Barangsiapa mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik,” Ikrimah berpendapat frasa 'kehidupan yang baik' dalam ayat itu ialah qana’ah.

Demikian juga dalam ayat 58 Surat al-Hajj, “Benar-benar Allah akan memberikan kepada mereka rezeki yang baik.” Maksud ‘rezeki yang baik’ dalam ayat itu ialah qana’ah.

Firman Allah ayat 35 Surat Shad [38], "... ia berkata: Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang jua pun sesudahku." ‘Kerajaan’ yang dimaksud dalam ayat ini ialah sikap qana’ah yang sempurna.

Orang yang tidak pernah puas dengan jabatannya selalu mengincar jabatan orang lain dengan berbagai cara, termasuk meninggalkan qana’ah dan mengejar kehinaan.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya