IDUL Fitri tahun ini (2022) terasa istimewa bagi perantau Indonesia di Rusia. Iya, karena untuk pertama kalinya Hari Raya Idul Fitri dijadikan sebagai hari libur nasional selama 2 hari. Adapun pada tahun sebelumnya (2021), hanya di region Tatarstan yang mendapatkan tambahan hari libur untuk merayakan (Uraza Bayram).
Berbeda dengan di Indonesia yang memiliki cuti bersama lebih lama untuk merayakan Hari Raya Idul Fitri. Bahkan anak sekolah di Indonesia sudah libur dari jauh-jauh hari sebelum Eid.
Jika dibandingkan dengan Rusia yang memiliki etos kerja tinggi, saya sebagai mahasiswa pun terkena imbasnya. Dengan instruksi dari dekanat fakultas untuk mengadakan kelas pengganti di Sabtu (16/4 )dan Sabtu (30/4). Bahkan ada teman saya (berbeda universitas) masih harus mengikuti kelas daring.
Namun, semua itu tidak menyurutkan semangat kami para mahasiswa dan diaspora Indonesia di Saint Petersburg untuk mengadakan pertemuan demi merayakan Hari Raya Idul Fitri. Acara silaturrahim ini berlangsung pada Selasa (3/5) di Aula PolyUnion, asrama Poltechnical University.
Persiapan acara sudah dimulai dari malam takbiran dengan berburu bahan-bahan khas (rempah) Nusantara. Seperti sereh, kelapa parut, gula merah dan bumbu-bumbu lainnya. Maklum, bahan-bahan tersebut cukup sulit untuk ditemukan di supermarket Rusia dan hanya terdapat di toko Asia yang lokasinya lumayan jauh.
Pagi harinya, kami pun memasak bersama yang dibantu oleh Bu Yulia, dosen Bahasa Indonesia yang mengajar di salah satu universitas Rusia. Makanan yang kami persiapkan cukup lengkap, dari opor ayam, rendang, telur balado, bihun goreng dan bakwan. Tidak ketinggalan rujak buah dengan kearifan bahan lokal dari Rusia yang rasanya tak kalah nikmat dengan rujak di Indonesia.
Acara silaturahim kali ini yang bertemakan Pulang Kampoeng ke Rumah Nenek. Pertama, acara dibuka dengan sambutan dari ketua persatuan mahasiswa Indonesia di Saint Petersburg, Ray Silalahi. Setelah itu langsung pada acara inti yaitu makan bersama.
Semua makanan yang disajikan sangat lezat seperti buatan nenek. Sampai salah satu teman saya makan hingga 4 ronde.
Selagi menyantap makanan, sebagian dari kami melakukan unjuk bakat dengan bernyanyi dan bermain gitar. Juga saling bertukar cerita pengalaman belajar di Rusia.
Suasana penuh suka cita dan kegembiraan menyelimuti acara hingga tak terasa langit di luar sudah sangat gelap.
Sementara makanan yang tersedia masih banyak, sehingga kami pun mengundang beberapa teman muslim lainnya dari berbagai negara yang tinggal di asrama ini. Mereka pun sangat senang bisa bergabung dengan acara ini.
Bahkan salah satu dari mereka yang berasal dari Yaman mengatakan, “Orang Indonesia sangatlah ramah dan baik, serta makanan Indonesia sangat enak, sampai saya mengambil 2 porsi.”
Momen lebaran tanpa keluarga di Indonesia terasa hangat dan indah dengan adanya acara silaturahim ini. Suasana yang tadinya sepi menjadi lebih ramai dan penuh keakraban. Saling menguatkan dan gotong royong menjadi prinsip kami sebagai perantau di negeri orang. Karena kita adalah saudara sebangsa dan se-Tanah Air, Indonesia.(H-1)