TERTAWA terpingkal-pingkal bersama para komedian, Rabu (16/12) malam, ternyata tak membuat Presiden Joko Widodo puas.
Kemarin, Presiden menerima belasan komika atau pelaku stand up comedian di Istana Negara.
Pertemuan dimulai pukul 12.00 WIB selama 70 menit.
Mereka, antara lain, pelawak senior Indro Warkop, Raditya Dika, Andi Wijaya, David Nurbianto, Yudha Keling, Rahmet, Heri Hore, Randika Jamil, Bene, Ge Pamungkas, Mongol Stres, dan Ari Keriting.
Dengan berpakaian batik, mereka duduk mengelilingi Jokowi di meja bundar.
Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki yang mendampingi Presiden membuka acara.
"Terima kasih sudah hadir. Pak Presiden ingin dialog dengan semua pihak. Kemarin dengan para pelawak, lucu banget. Hari ini harus lebih lucu. Jadi, teman-teman silakan mau menyampaikan apa pun kepada Presiden," ujar Teten.
Indro Warkop mengawali perbincangan dengan guyonan. Masih sama seperti kemarin malam, seputar mundurnya ketua para wakil rakyat.
Meluncur sindiran mengenai pengunduran diri Setya Novanto sebagai Ketua DPR.
"Saya sebenarnya bingung ke sini mewakili siapa. Kebetulan ada yang mengundurkan diri, mumpung kosong, saya mewakili dewan perwakilan stand up," ujar Indro disambut tawa kecil Presiden.
Teten yang duduk di samping Presiden langsung menimpali guyonan Indro.
"Nah, ini kurang lucu," ujar Teten disambut tawa deras Jokowi.
"Kalau kompetisi, tereliminasi nih," celetuk Raditya Dika, yang duduk di sebelah Indro.
Namun, tidak sepanjang pertemuan berisi lelucon.
Indro sempat menjelaskan, dalam khazanah hiburan lawak di Indonesia, stand-up comedy dipertandingkan di televisi.
Sebagai dampak dari acara tersebut muncullah komunitas penggemar.
"Hampir semua kampus di Indonesia punya komunitas ini dan rata-rata anak muda," kata Indro.
Selama Indro berbicara, Jokowi lebih banyak menyimak dengan mimik serius.
Setelah Indro berbicara, Jokowi langsung mengajak semua komika makan siang.
Di meja makan, gurauan kembali berlanjut.
Kali ini giliran Presiden yang banyak mengumbar guyonan.
Misalnya cerita mengenai saling tunggu untuk menurunkan hormat ketika menjadi inspektur upacara di awal menjabat sebagai Wali Kota Solo.
Dua hari penuh tawa di Istana Negara, menurut Tim Komunikasi Presiden Ari Dwipayana, bukan bentuk sikap Presiden yang ingin melepas penat setelah selama beberapa hari terakhir selalu dipenuhi hiruk pikuk dan tarik-menarik politik dari berbagai sisi.
Para komedian merupakan kelompok masyarakat, rakyat yang ingin didengarkan aspirasinya oleh Presiden.
Sebuah pilihan, bahwa Presiden kali ini memilih mendengarkan aspirasi langsung dari rakyat, bukan dari wakilnya rakyat.