KETIKA anggota Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) tengah sibuk bersidang soal pelanggaran etika Ketua DPR Setya Novanto, Presiden Joko Widodo memilih mengundang sejumlah komedian Tanah Air ke Istana Negara, Jakarta, kemarin.
Presiden ditemani Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki dan Menteri Sekretaris Negara Pratikno.
Di sana, Presiden tertawa terpingkal-pingkal bersama Nunung, Dorce Gamalama, Sule, Azis Gagap, Andre Taulani, Parto Patrio, Cak Lontong, Indra Bekti, Rico Ceper, Mpok Atiek, hingga artis senior seperti Tarzan, Djaduk Ferianto, hingga Butet Kertaradjasa.
Pertemuan yang berlangsung riuh canda itu dimulai pukul 17.00-19.20 WIB.
Jokowi yang duduk dikelilingi pelawak di sebuah meja bundar terkekeh tanpa putus mendengar lawakan mereka.
Tidak tampak raut tegang di wajah Presiden.
Satu per satu para komedian diberikan kesempatan berbicara.
Jika komentar mereka terlalu serius dan tidak lucu, komedian lain menimpali,
"Lucunya di mana?"
Komedian Parto salah satu komedian yang berhasil membuat tawa membahana di Istana Negara.
Ia bercerita kepada Presiden bahwa ia sering diajak foto oleh masyarakat saat sedang menghabiskan waktu di mal.
"Pernah saya ditanya mau gaya Ariel dengan pose apa oleh yang mengajak foto. Saya jawab saja, gaya Ariel dengan Cut Tari atau dengan Luna Maya," ujar Parto.
Presiden langsung tertawa terkekeh sambil menutup wajahnya dengan serbet putih.
Serbet ini ialah 'senjata' Presiden untuk menutupi wajahnya yang terpingkal-pingkal menahan tawa.
Sebenarnya, banyak di antara komedian itu tidak yakin dengan undangan langsung dari Presiden untuk hadir di Istana Negara.
Azis Gagap mengaku belum makan dari semalam karena tidak percaya diundang Presiden ke Istana Negara.
Saat menerima undangan makan dari Istana pun, Azis mengira itu hanya candaan.
"Saya dari lapar, perih, sampai kenyang lagi. Cuma berpikir, ini benar atau tidak," ujar pria bernama Muhammad Aziz ini.
Butet mengaku tujuan mereka memenuhi undangan tersebut ialah untuk menghibur Presiden di tengah kasus pencatutan oleh Novanto.
Menurut Butet, bukan tanpa alasan Presiden mengundang pelawak bertepatan dengan putusan sidang etik Novanto.
"Mengapa di saat kritis dan menentukan, beliau malah mengundang komedian? Saya simpulkan, yang di sana (DPR) berarti lebih dagelan dan lucu lagi. Ini bahasa simbolik dari Presiden," kata Butet.