Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
PELAKSANAAN pemilihan kepala daerah (pilkada) yang dilakukan serentak tanpa disertai konflik cukup berarti menjadi salah satu indikasi dari kesuksesan hajatan demokrasi itu.
Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya mengemukakan hal itu saat menanggapi pelaksanaan pilkada serentak di 264 daerah, kemarin.
Meskipun, masih sayup-sayup terdengar dugaan politik dinasti dan uang, pilkada kemarin dinilai lancar. Karena itu, Yunarto memberikan apresiasi.
"Secara substansial, publik sudah memiliki tingkat rasional tinggi," simpul pengamat yang akrab disapa Toto itu.
Namun, di lain sisi, kata dia, faktor kemenangan para calon di pilkada tidak serta merta ditentukan sebuah isu menjadi besar adanya.
Ada komponen lain, yang menurut Toto, tidak bisa dikesampingkan.
Ia mencontohkan, Wali Kota Tangerang Selatan Airin Rachmi Diany yang kembali terpilih. Kemenangan adik ipar Ratu Atut Chosiyah itu dinilai karena secara pribadi memiliki kedekatan emosional dengan masyarakat.
Secara terpisah, Presiden Joko Widodo mengimbau pemenang pilkada agar tidak jumawa. Sebaliknya, yang kalah tidak perlu kecewa dan mengamuk.
Pilkada serentak, yang pertama kali diselenggarakan ini, kata Presiden, ialah kegembiraan politik yang patut dirayakan bersama.
Presiden juga berharap pilkada yang bertepatan dengan hari antikorupsi sedunia itu bisa menghasilkan pemimpin berintegritas dan bebas korupsi.
Komisioner KPU, Arief Budiman mengakui pelaksanaan pilkada di 264 daerah berjalan tanpa hambatan berarti.
Berdasarkan data KPU per 19.30 WIB, tadi malam, angka partisipasi pemilih mencapai 73,22%.
Arif mengakui angka partisipasi pemilih ini lebih kecil daripada target KPU sebesar 77,5%.
Rohaniwan Benny Susetyo melihat rendahnya partisipasi masyarakat itu sebagai bentuk antiklimaks dari pilkada serentak yang seharusnya bisa memacu optimisme masyarakat. Karena, optimisme yang diharapkan malah bermetafora menjadi apatisme masyarakat.
Adapun pengamat politik Founding Fathers House Dian Permata menyatakan tak heran banyak petahana terpilih kembali dalam pilkada serentak.
"Kalau prestasi kinerja petahana di atas 60%, sudah bisa diprediksi akan terpilih kembali. Tetapi kalau di bawah 50%, hanya bisa dikalahkan calon yang punya prestasi fenomenal," ujar Dian, kemarin.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved